'Iblis?'
Merasa bukti sudah cukup, menjauh diriku dari sana dengan meminimalisir bunyi pergerakan. Ceroboh sedikit, malapetaka akan menjemputku.
........................
"Ini sangat gila!" lantang Daniel, menganga mulutnya, sepasang matanya pun membeliak.
"Aku harus benar-benar menjaga jarak dengannya, benar katamu..." kulengkungkan bibirku ke atas.
"Jangan pernah bertemu dengannya lagi. Jika terpaksa, berusahalah menghindar!" titah Daniel tegas. "Tak kusangka ia seperti itu..." tambahnya menggeleng-gelengkan kepala, beberapa decak keluar dari mulut Daniel.
Penjelasan serta video bukti telah kuserahkan pada Daniel. Di babak penjelasan, ia bersikeras menolak fakta yang ada. Namun di babak pemutaran video, runtuh rasa ketidakpercayaannya. Satu frasa pun tak terlontar dari mulut Daniel. Pandangan nanar ia aktifkan. Bisa terbaca olehku pikirannya sedang melambung ke angkasa. Sebegitu khawatirnya ia perihal masalah tersebut.
"Daniel?" panggilku berkerut kening.
Terperanjat dirinya, lamunan sirna seketika. "Ada apa?" tanyanya mengangkat kedua alis.
"Jangan terlalu dipikirkan..." terselimuti rasa cemas diri ini menyaksikan Daniel seperti itu.
"Bagaimana tidak? Ini jelas masalah besar! Tidak hanya kita yang dalam bahaya! Orang-orang di sekitar pun sama!" nada bicaranya sedikit tinggi.
Kegundahan menyerbuku layaknya badai, ia pun sama. Aku paham apa yang menggerayangi hati dan pikirannya. Akan cukup sulit untuk menjauhi Hyunbin. Ikatan hubunganku dengannya erat. Mustahil harus setiap kali berjumpa dengannya, diriku mencoba menjauh atau bersembunyi. Lama-lama kecurigaan dalam dirinya dapat tumbuh.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, semua berjalan normal. Tiada kendala apa pun mengusik lembar demi lembar kisah hidup kami. Adrenalinku tak terpacu sama sekali. Kurang mengasyikan, namun aku bersyukur tak perlu mempertaruhkan nyawa lagi. Begitu pun malam ini, aku bisa santai duduk-duduk di balkon rumah tanpa menonton kekerasan berdarah di jalan. Semilir angin menyibak sedikit helai-helai rambut. Kupejam mata, meresapi lembutnya terpaan angin ke berbagai sisi tubuhku. Headphone membungkam suara angin yang hendak menyelusup ke dalam telinga. Lagu bertempo pelan dengan alunan instrumen musik yang lembut menggantikan bunyi udara bergerak itu.
Bunyi lain berhasil menyusup ke dalam telinga, lolos dari penjagaan headphone. Cukup mengusik ketenangan, bunyi kelontang timbul dari samping. Terlonjak sedikit diri ini. Arogansiku pun sedikit naik sebab kedamaian yang telah terbangun harus roboh seketika, namun kutahan. Menengok gesit kepalaku ke asal bunyi. Sebuah kaleng tergeletak di lantai. Hasrat keingintahuan aktif secara otomatis. Sebelum menyentuh kaleng tersebut, atensiku teralih pada pertanyaan tentang 'siapa pelempar kaleng ini?'
Menengok ke bawah, kudapatkan seorang pria bermasker dan bertopi hitam, terselubung wajahnya, mengguratkan kesan misterius yang kentara. Matanya memancarkan emosi bahagia. Di balik masker hitamnya, tersungging sebuah senyum. Sebelum kuinterogasi sosok ini, gerak bibirnya mendahului.
"Ini aku, Taehyung!" disingkap masker yang melekat di wajah, menampakkan paras tampannya. Lambaian tangan didaratkan padaku, kubalas itu kemudian.
Anak manusia satu ini lolos dengan selamat dari malam mengerikan itu. Meski ia ditemukan dalam kondisi mengenaskan, namun napasnya masih berembus, denyut nadi dan jantungnya masih berdebar. Bagaimana dengan Jungkook yang sedang bersamanya saat itu? Jungkook tak sadarkan diri ketika polisi menemukan dia. Tubuhnya terkapar tak berdaya di lantai dua. Konon pintunya menganga lebar semenjak rumahnya belum dijamah polisi. Padahal diriku, Sang Saksi Mata memiliki keterangan berbanding terbalik. Pintu tertutup rapat ketika kumenyambanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Out III
Fanfiction"Ini mati listrik yang... luar biasa..." -Sungwoon- "Apa ini perbuatan alien?!" -Minhyun- "Kenapa kalian begitu histeris?" -Jaehwan- "Apa dia masih hidup?" -Woojin- "Tidaaak!!!" -Seongwoo- "Tidak! Aku buta!" -Daniel- "Tubuhnya tidak bergerak sama se...