Karena bagiku sepi bukan saat kau tak ada di sini
Sepi adalah ketika angin pun tak punya jawaban atas khawatirku
Sepi adalah ketika aku hanya bisa merindu namun tak tahu bagaimana harus menemukan kabarmu.
.
.
.Cekidot!
..
.
Tuk tuk tuk
Suara ujung ke-lima jemari Loli menghempas pada meja berlapis kaca setebal kurang lebih 1 cm. Ia tak segan-segan untuk menghantam kaca itu dengan tengkorak kecilnya. Ia mulai meringis. Bukan karena tubrukan meja. Tapi, entahlah.
Wajahnya sayu, ia mulai mengantuk selama hampir dua jam menunggu operasi selesai.
Tiriring tiriring
Pasti bukan Riyan. Ya kali dia chattingan sambil ngobrak-abrik isi perut orang?
Ceking : Lo di mana?
Loli : di ruangan Riyan. Lantai 2 ujung dekat tangga
Ceking : gue ke sana ya
Loli : dari tadi kek! Gue kayak kuntilanak joness gini nyempil di rumah sakit
Ceking : okay!
Selang beberapa menit. Pintu terketuk. Karena sudah lebih dari satu jam, Loli berpikir bahwa manusia di depan pintu adalah Riyan atau Mita.
"Masuk... Ish, pake salam kek!" Gerutu Loli sambil tak memindahkan kepalanya sedikitpun, juga tanpa memandang ke arah pintu.
Kriett
Pintu terbuka.
Njirrrr... Suaranya kok horror gitu, yak? Berasa kek di pilem Evil Dead. Bentar lagi yang muncul nih satan bawa gergaji motong palanya sendiri."How's life, Lolita?"
Satu-satunya makhluk yang manggil gue begitu... Masak iya? Seriously?
Loli mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini hanyalah halusinasi. Ia berusaha memejamkan matanya kuat-kuat dan mencoba meraih kesadarannya kembali.
"I know. Lo pasti udah diwanti-wanti sama Riyan buat jangan ngeladenin gue." Suara itu semakin tajam menembus ambang batas pendengaran Loli.
"Selama gue kenal Adriyan, mungkin lebih dari yang lo kira, gue nggak pernah liat dia peduli sama orang lain kayak dia peduli sama lo. Entah, keluarga?"
"Gue tau seluk beluk keluarga Riyan dan gue jelas tau kalo lo bukan keluarga sedarah sama dia."
"Kalo lo bukan anak angkat keluarganya, berarti lo istri Riyan."
Deg.
"Siapa lo sebenarnya?"
"Kenapa gue nggak boleh suka sama lo?" Raungnya mulai bernada tinggi.
"Kenapa Riyan dengan mata tajamnya seolah mengharamkan perasaan gue ke lo?"
"Sa-saya ..." Loli mengangkat kepalanya tanpa berusaha melihat ke arah pemilik suara yang tengah berdiri. "Saya ada-"
Cklek
"Lol!" Mita berdiri di pintu masuk dan segera melangkah mendekati Loli yang terlihat gemetaran dan hampir seluruh tubuhnya dipenuhi dengan keringat dingin.
"Mi-Mita?"
"Okay, mungkin gue bakal dapet jawaban di lain waktu," katanya. "Have good time, Guys." Laki-laki itu berbalik dan menghilang di balik pintu.
"Kenapa? Dia gangguin lo?"
"..."
"Tadi gue bingung di mana tempatnya jadi gue ke sini sama dokter Gea," jelas Mita kebingungan melihat keadaan Loli saat ini. Kulitnya memucat, matanya memerah. Detak jantungnya menjadi tak stabil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Lagi, yuk!
General FictionGue nggak paham alur cerita gue sendiri. Sampai detik ini pun rasanya semua kayak mimpi. Tapi hamdalah banget gue masih bisa sadar kalo keputusan gue bego banget. Yah, dari pada nggak nyadar-nyadar? Intinya Lo nggak bisa bangun hubungan kalau bukan...