Allah tahu
Jika kau mengingat-Nya,
Dia akan mengingatmu.
Jika kau melupakan-Nya,
Dia pun akan mengabaikanmu.
.
.Cekidot!
.
.
.Sementara di sisi lain Loli tengah berusaha memahami sesuatu. Kali ini ia benar-benar mempekerjakan otaknya dengan keras.
"Lo mau ngapain? Gila lo ya?! Ini bukan ruang operasi, tolo'!" Jerit Yono ketika melihat tingkah aneh gadis di seberang sana.
"Ikat dia!"
Sekitar dua sampai empat orang menahan Yono. Pria itu memberontak namun tak bisa berbuat apa-apa ketika suntikan opium menancap di lengannya. Ia tumbang.
"Kak?"
"..."
"Lo ngibulin gue, ya?" Loli lega akhirnya bisa berbicara non formal kali ini.
"..."
"Ck. Gue mendadak seneng punya muka jelek tapi hati gue nggak jelek-jelek amat, masih jelekan biawak lah," cecar Loli setengah kesal.
"..."
"Hmm gimana, ya? Maksud gue... Sebelum gue nemu pencipta tercinta gue, gue pengen tau alasan lo ngelakuin ini dan lima tahun yang lalu." Gadis itu terus berceloteh tanpa tanggapan.
Diam.
"Lo nanya? Lo beneran nggak tau atau pura-pura bego?" Sergah pelaku.
"Beneran bego lah. Masak bego aja pura-pura. Bego tuh nggak perlu pura-pura, wong udah dari sononya," pungkas Loli cepat.
"Oh gitu? Kalo gitu biar gue jelasin otak lo yang nggak kerja itu," tandas si pelaku yang diketahui bahwa ternyata adalah Gea.
"Haha makasi lho ya," balas Loli nyengir kecut.
"Lo pikir berapa lama gue tau kebohongan kalian?"
Kebohongan?
"Untuk apa sodara sepupu butuh ngertiin satu sama lain?"
"Ya karena lo sodaraan, kadal!" tangkas Loli.
"Lo pikir gue percaya?"
"Yah gue pikir lo juga bego en bisa dibegoin," ketus Loli sekenanya.
"Dia nggak pernah liat perasaan gue. Dia nggak pernah peduli sama pengorbanan gue," elaknya.
"Pengorbanan? Bukannya lo yang ngorbanin orang?" sergah Loli emosi.
"Itu karena orang-orang kayak lo!!!"
"Jadi lo bilang gini juga ke cewek lima tahun yang lalu?" Loli memulai langkah provokatif. "Gue pengen ketemu sama dia. Gue... Pengen minta maaf." Matanya perih, merah dan mengalirkan hujan tanpa awan.
"Gara-gara takdir Riyan sama gue, dia harus ngelewatin itu semua sendirian. Gue..."
Entah mengapa hatinya terasa begitu sakit sekarang. Seperti ribuan paku berkarat tengah berusaha menembus belulangnya, memasung dirinya.
"Gue nggak bisa bayangin gimana rasanya jadi dia waktu itu. Nggak bisa bayangin gimana tegarnya dia ngadepin satan di hati lo. Dia pasti orang yang baik sekali. Mungkin gue nggak bisa sekuat dia. Mungkin gue-"
"Shut up!"
Lah yang ngajakin ngoceh dari tadi sape?
Ya gue sih.
"..."
"Begonya dia malah milih lo!" serang gadis itu mengeratkan genggamnya pada gagang pisau bedah di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Lagi, yuk!
General FictionGue nggak paham alur cerita gue sendiri. Sampai detik ini pun rasanya semua kayak mimpi. Tapi hamdalah banget gue masih bisa sadar kalo keputusan gue bego banget. Yah, dari pada nggak nyadar-nyadar? Intinya Lo nggak bisa bangun hubungan kalau bukan...