Bitter 'Bye' is always caused by the sweet 'Hi'
And I actually have sense for this case.
Look?
..
.
.________________________________
__________________
_________
_____
__
_Dingdong dingdong.
Pesan chat WhatsApp dari Mama.'Ita, mama udah transfer 7jt untuk bulan ini, ya. Dipakai dengan bijak.'
Hah?
Demi titisan Jennie yang terpancar dari muka gue, emak gue salah makan apaan, ya?
Ini duit, Mak. Ini duit. Bukan kertas jilid.Sepulang dari kampus, Loli segera menemui Mama Rosita untuk mengklarifikasi kondisi mamanya.
Apa mama sakit, ya?
Terus jadi baik gitu sama gue?
Atau kebalikannya.
Jangan-jangan dokter bilang ke mama sesuatu yang gue ngga tau tentang kondisi gue yang ternyata makin parah ae?
Wah gawat."Mamaa..." Panggil Loli menyusuri ruang keluarga hingga ke ruang dapur. Namun, ia tak menemukan siapapun disana.
Suara mesin sepeda motor terparkir. Loli segera menuju halaman rumahnya dan melihat sosok yang dicarinya masih sibuk mengamankan kendaraan.
"Assalamualaikum, Ma, darimana?" Ia menghampiri sang Mama dan mencium tangannya.
"Mama habis dari kakaknya Ita," jawab Bu Rosita sambil melepas helm yang menghiasi kepalanya.
"Duh, Ma. Mama nggak apa-apa, kan?"
"Hah? Emangnya mama kenapa?"
"Kok mama transfer uang sebanyak itu ke Ita?"
"Yaelah, kan buat sebulan."
"Ya tetap aja, Ma. Ini terlalu banyak untuk anak rumahan kayak Ita. Lagian padahal dulu mama kan ratunya hemat disini."
"Haha, kalau tidak ada yang diperlukan, ditabung saja."
Duh, kok mama jadi gini sih?
Apa karena gue baru sembuh?
Kok itu truk tangki BBM bawa berkah aja dari kemarin?"Oh iya, Ta. Jangan lupa jadwal check up Ita nanti sore. Nanti mama yang antar," pesan Bu Rosita. Untuk sesaat saja Loli terkejut. Ia menyadari bahwa itu artinya dia akan menemui dokternya, orang yang paling ingin ia hindari.
"Ma," gumam Loli pelan.
"Iya?"
"Ma, boleh ganti dokter, ngga? Mau yang perempuan aja," pinta Loli seketika membuat sang Mama risau. Meski pada kenyataannya ia selalu risau tiap kali ia memikirkan bahwa putrinya akan menemui pria itu. Ya, pria itu.
"Memangnya kenapa, Ta?"
"Umm... Agak risih aja kalau masuk ruangan dengan laki-laki yang bukan mahram Ita," jelasnya beralasan.
Ngga. Ini bukan cuman alasan.
Ya, gue akui itu bukan satu-satunya alasan.
Itu hanya salah satu alasan dari beberapa alasan lain.
Gue cuman... Apa ya...
Mental gue belum siap untuk ketemu dia lagi."Kan Islam memperbolehkan interaksi dengan laki-laki bukan mahram dalam tiga hal, salah satunya adalah masalah kesehatan," jelas Bu Rosita berargumen.
"Kan masih ada yang perempuan, Ma."
"Tidak akan semudah itu, Ta. InsyaAllah Allah meridhoi ini sebagai sesuatu yang baik." Bu Rosita berusaha menenangkan.
Loli menghempas napas berat dari lubang hidungnya yang terdengar cukup keras. Ia tampak cemas. Lalu ia memilih untuk bertolak menuju kamarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Lagi, yuk!
General FictionGue nggak paham alur cerita gue sendiri. Sampai detik ini pun rasanya semua kayak mimpi. Tapi hamdalah banget gue masih bisa sadar kalo keputusan gue bego banget. Yah, dari pada nggak nyadar-nyadar? Intinya Lo nggak bisa bangun hubungan kalau bukan...