Bab 45 : Sa Ae Lah

347 30 2
                                    

Maukah kau bertahan?
Sedikit lagi.
.
.
.

"Ita," panggil mama Rosita dari kejauhan ketika melihat putrinya tengah duduk di salah satu bangku taman.

"Mama, sebentar ya," sahut Loli dari kejauhan sambil melambaikan tangan.

"Mama udah jemput, saya dulu-"

Et?
Itu jin atau satan?
Belum lima detik kok gue noleh ke mama.
Sumpah merinding gue.

"Kenapa si? Kok mukanya pucat begitu?"

"Tadi abis ngobrol sama moyangnya tuyul, Ma. Mama kesini bawa mereka, ya?"

"Eleh, ngawur aja. Ayo cepat pulang. Ayahnya Ita udah nunggu di rumah sama Ifah."

"Apa? Gusdri datang, Ma? Yeayy!"

At least bayi mungil tanpa dosa bisa menetralisir kecemasan gue gara-gara dedemit tadi.

.
.
.

Mengurus administrasi kampus cukup melelahkan bagi gadis yang baru saja terbangun dari tidurnya. Ia merasa kadang terasa sakit di bagian jantungnya. Sesak tiba-tiba. Atau merasa pusing hingga tak sanggup berdiri. Semua hal itu dirasakan Loli pada bulan ke-7 sebelum check up lagi. Ia berencana akan mengadukan itu pada dokternya saat jadwal check up berikutnya.

Pagi ini pun matanya sembap. Tapi, ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja di depan sahabat-sahabatnya. Meski sebenarnya itu percuma saja. Mereka lebih ampuh dari sekadar dukun biasa.

"Lol. Muka lo udah bermasalah, tolong jangan tambahin masalah lagi di hati dan pikiran lo."

Tuh kan. Itu adalah umpatan yang mengandung rasa khawatir dari seorang sahabat sejati.

"Kemarin waktu check up.. gue ketemu."

Sontak Lina, Rea dan Mita saling berpandangan satu sama lain.

"Ketemu sapa, Neng? Dokter Riyan?" Sahut Rea antusias.

"Itu mah udah pasti lah."

"Aelah. Gue... Ketemu istrinya."

"Haaaaaaaah?"

Paduan suara mahasiswa semester akhir yang sekaligus dalam rangka melepas penat selama 8 semester menjadi mahasiswa.

"Mon maap, Ges. Ini kuping, bukan gantungan jilbab," sabet Loli berkomentar.

"Makhluk waras bin jenius mana yang ngeprank sahabat bongol gue sesukses ini?" Lina berdecak kesal sekaligus kagum.

"Bentar. Riyan sendiri yang kenalin ke lo?" Tanya Rea dipenuhi rasa penasaran yang menggebu-gebu.

"Nggak. Kami ketemu di taman RS. Dia bahkan beberapa kali nyebut Riyan sebagai suaminya dia." Jelas Loli muram sebelum akhirnya dia menyadari bahwa tindakannya di luar batas wajar.

"Hahaha. Kenapa sih lo pada? Biasa aja kali kan? Lagian ceweknya cantik kok. Dokter disana juga ternyata."

"Mit, gimana nih?" Lina menyeka. Mita tampak pucat. Tampak jelas di wajahnya semburat raut marah dan kesal. Tanpa basa-basi ia keluar sambil mencari nama kontak seseorang, Riyan.

Nikah Lagi, yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang