Jika aku harus bermimpi untuk bisa menggenggam erat tanganmu...
Bolehkah aku meminta agar aku tak lagi punya realita?Aku benci senja.
Bukan karena aku suka pada cahaya yang hendak pergi.
Bukan karena seulas senyum yang pendarnya memudar.
Bukan karena lekuk bait yang rimanya tak terdengar.
Aku benci senja karena malam akan merayumu, menyuguhkan gemintang yang bersajak rindu, melukis ribuan raut yang melenyapkan sembilu..
.
.
."Lolita Agustin!"
Suara ini...
Loli menghentikan langkahnya meski ia tak cukup berani untuk menoleh. Jantungnya memompa terlalu kuat, getarannya tampak jelas. Meski begitu ia tak ingin terlihat tak baik-baik saja.
"A-ada apa, Kak?"
"Gue hari ini sibuk banget di UGD. Tahun pertama koas gue bener-bener berat."
Yawla... Sumpahhh demi biawak Kanada yang pengen banget manjatin pohon sakura, gue nggak nanya!
"Oh gitu, ya, Kak. Semangaaaattt!!!" Ini jawaban original Loli.
"Lo belum jawab pertanyaan gue."
Duh, di saat-saat kayak gini nih gue jadi nyesel banget dulu sering bolos latihan kungfu macan. Karena kungfu panda udah kelewat mainstream.
"Pertanyaan yang mana, ya?" Loli menunjukkan raut kepura-puraan yang terlalu jujur.
"Hahaha lo-"
"Loli? Kenapa lo di luar? Dokter Riyan belum keluar? Bukannya tadi lo dijagain sama dokter Gea?" celoteh Mita yang tiba-tiba muncul di ujung anak tangga ke-4 hendak menemuinya.
"I think you have so many saviors," gumam laki-laki itu dan berbalik menuju koridor yang cukup gelap untuk menutupi sebagian wajahnya.
"Okay, lo mau ngunyah apaan, King?"
"Eh? Lo kan lagi sekarat. Tapi kalo Lo mau traktir gue sih nggak papa. Gue lagi ngidamin lalapan kuyang, nih. Sapa tau lo bisa dicuekin sama malaikat Malik besok," ceracau Mita yang sebenarnya menyadari bahaya yang tengah berusaha dihindari sahabatnya.
"Tenang, nyampe bibit kodok pun gue oporin khusus buat lo."
Loli bersiap untuk berlari menyusuri tiap anak tangga yang sewaktu-waktu bisa saja membuat dirinya terjatuh. Meski begitu ia yakin akan bisa melewati sekitar 40 anak tangga dalam waktu 15 detik.
Tapi ia harus gagal. Lagi."Loli."
Sreet...
Persis banget gaya gue kek motor racing kecepatan 500km/jam yang tiba-tiba dipaksa ngerem."Kembali ke ruang periksa. Hasil tes darah kemarin keluar."
"Tes darah?" Mita terkejut dan segera menaiki tangga menuju lokasi Loli dan dokternya, dokter Adriyan.
"Lol, Lo tes darah?" Gadis itu tampak cemas.
Masak gue bakal mati di mimpi gue sendiri, sih?
Ibarat pengen hemat, bukannya galon bekas air minum dijadiin tong sampah, tapi malah bekas tong sampah dijadiin galon air minum.
Ngelantur apaan sih gue?
Di ruangan dokter Riyan
"Lo sehat. Nggak ada alat vital yang mengalami gangguan."
"Eh? Gitu? Gue nggak jadi mati?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Lagi, yuk!
Fiksi UmumGue nggak paham alur cerita gue sendiri. Sampai detik ini pun rasanya semua kayak mimpi. Tapi hamdalah banget gue masih bisa sadar kalo keputusan gue bego banget. Yah, dari pada nggak nyadar-nyadar? Intinya Lo nggak bisa bangun hubungan kalau bukan...