06

19.7K 3K 284
                                    

Hendery berdiri disana dengan senyum lebarnya dan tatapan mata tidak berdosanya, sama sekali tidak menyadari kalau Jeno hampir saja melotot melihat penampilannya.

Tentu saja, Haechan yang dikenal oleh Jeno pastilah tidak mungkin dekat dengan pria-pria berpenampilan elegan semacam ini. Haechan yang dikenal Jeno sangat sederhana lugu dan pemalu, sangat bertolak belakang dengan lelaki tampan itu, yang dengan santainya melingkar-kan lengannya di pundak Haechan.

Apakah lelaki ini majikan Haechan yang diceritakan sebagai pemilik apartemen tempat Haechan bekerja?

Tetapi seorang majikan mana mungkin merangkulkan lengannya dengan akrab seperti itu? atau jangan-jangan lelaki ini pacar baru Haechan? Kalau begitu beruntung sekali Haechan bisa mendapatkan pacar lelaki yang jelas-jelas berasal dari kalangan atas itu.... tapi kalau begitu kenapa Haechan masih bekerja sebagai pembantu? Kalau memang pacarnya kaya bukankah Haechan tidak perlu bekerja lagi?

Tiba-tiba pikiran buruk melintas di benak Jeno, berpikiran jangan-jangan Haechan berbohong padanya, Haechan pasti tinggal di apartemen itu bukan sebagai pembantu, mungkin dia bekerja sebagai simpanan!

Tiba-tiba Jeno merasa sedih dan tak yakin, merasa pedih kalau memang benar Haechan sampai jatuh di jurang kehinaan seperti itu... Yah bagaimanapun juga Jeno tahu hidup Haechan begitu pas-pasan sampai kadang Jeno merasa kasihan, dan godaan harta pastilah terasa begitu menarik.

Sementara itu Hendery mengamati ekspresi Jeno yang berubah-ubah sambil menahan tawa. Ekspresi lelaki itu seperti buku yang terbuka, pertama-tama terlihat tercengang, lalu curiga, lalu marah dan terakhir sepertinya sedih.

Hendery berani bertaruh bahwa di benak lelaki ini pasti sudah dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang aneh-aneh tentang dirinya dan Haechan.

"Temanmu, Chan?" dengan sopan Hendery mengulurkan tangannya ke arah Jeno, matanya masih tetap menatap Haechan, menunggu jawaban.

Apakah lelaki ini teman biasa Haechan, ataukah pacarnya? Kalau lelaki ini pacar Haechan, mau tak mau Hendery harus berusaha menjelaskan keadaan sebenarnya kepada lelaki ini dan mengusir seluruh pikiran buruk di benak lelaki ini.

Hendery terbiasa melakukannya, banyak sekali pria yang cemburu kepadanya, yah mau bagaimana lagi, keadaannya memang seperti ini, bukan salahnya kalau dia bertampang mempesona bukan?

"Iya, ini teman saya" Haechan bergumam cepat, tiba-tiba merasa canggung, apalagi melihat keterkejutan yang begitu nyata di mata Jeno karena Hendery bersikap akrab kepada Haechan.

Haechan tidak tahu kenapa Hendery begitu mudah bersikap akrab, mungkin memang sudah wataknya begitu meskipun mereka baru bertemu tadi pagi.

Hendery langsung menyela Haechan, "Sudah kubilang jangan menyebut saya dan anda." Gumamnya dalam tawa, lalu mengalihkan kembali tatapannya ke arah Jeno yang masih ragu menerima uluran tangannya

"aku Hendery."

Jeno menyambut uluran tangan Hendery dengan sopan, mencoba tersenyum meskipun tatapan curiga masih tampak di sana, "Saya Jeno, teman Haechan di cafe tempat Haechan dulu bekerja, cafe di seberang situ."

Hendery tahu cafe itu, dia memang belum pernah ke sana, tetapi setiap dia mengunjungi Mark dia melewatinya, dan Mark sering bilang kalau dia terbiasa menghabiskan paginya di sana.

"Saya teman majikan Haechan, kebetulan saya bosan, jadi saya menguntit Haechan berbelanja di supermarket." Lelaki itu tersenyum sopan kepada Haechan. "Aku akan naik duluan, mungkin kau ingin bercakap-cakap dengan temanmu itu?"

Hendery rupanya berbaik hati, lelaki itu melangkah menjauh, berpura-pura sangat tertarik pada botol-botol bumbu yang tertata rapi di rak.

Haechan mengalihkan pandangan ke arah Jeno dan tersenyum meminta maaf, "Aku harus naik dan memasak." Gumamnya lembut, "Mungkin kita bisa bertemu nanti di sini ya... kalau tidak aku akan ke cafe."

Crush in RushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang