01

27.1K 3.6K 406
                                    


Haechan terlambat datang bekerja!

Dengan napas terengah Haechan setengah berlari menuruni bus kota itu sambil menyumpah-nyumpah mengutuki dirinya sendiri. Kalau saja tubuhnya tidak terasa begitu lelah, Haechan pasti tidak akan memutuskan tidur lagi siang tadi. Dia berpikir hanya tidur satu jam saja karena rasa mengantuk menderanya begitu kuat. Tetapi bodohnya dia lupa menyalakan alarm. Ketika terbangun, matahari sudah menyembunyikan diri di balik cakrawala, membiarkan bulan menggantikan tugasnya.

Haechan terlambat bekerja hampir satu jam. Sambil mengerutkan keningnya cemas, Haechan membayangkan bagaimana marahnya sang manager cafe kepadanya. Manager cafe itu tidak pernah menyukainya, entah kenapa. Mungkin karena Haechan bertubuh kecil dan dianggapnya lemah, sama sejali tidak bisa membantu jika ada pekerjaan berat. Selama ini dia selalu mencari-cari kesalahan Haechan, mencoba membuktikan bahwa seorang seperti dirinya tidak cocok bekerja shift malam di sebuah cafe.

Napasnya makin terengah karena berlari makin kencang, jarak dari halte bus ke cafe memang biasanya dia tempuh sambil berjalan kaki ketika waktunya panjang, tetapi sekarang dia harus sesegera mungkin tiba di cafe itu. Setengah melompat Haechan terburu-buru menyeberangi jalan itu, tempat cafe itu terletak diseberangnya, sampai suara rem yang ber-decit kencang dekat sekali dengannya membuatnya memejamkan mata, kaget dan panik.

Aku akan mati.

Bantinnya di detik-detik terakhir, tetapi ketika dia tetap memejamkan matanya, tidak terjadi apapapun. Tidak ada rasa sakit di badannya, dan bahkan dia tidak terguling jatuh tertabrak entah apapun itu.

Dengan hati-hati, Haechan membuka matanya. Kumpulan orang berkerumun melihatnya. Haechan mengernyit, orang-orang memang selalu tertarik dengan kecelakaan, dan berkerumun. Dia menatap ke samping tubuhnya dan menemukan sebuah mobil warna hitam, dekat sekali dengan tubuhnya, tampaknya mobil itu direm tepat pada waktunya sehingga tidak menyentuhnya meskipun hanya berjarak beberapa centi dari tubuhnya.

Pintu mobil terbuka, dan seorang lelaki tampan bertubuh tinggi dengan kacamata hitam turun dari balik kemudi. Lelaki itu cemberut, dan ketika dia membuka kacamatanya, Haechan menyadari bahwa lelaki itu adalah lelaki yang sama yang membantunya semalam, salah satu pelanggan tetap cafe tempatnya bekerja.

"Dimana otakmu sehingga menyeberang terburu-buru seperti itu dan melupakan keselamatan dirimu?" Dahinya mengernyit, "Oh jangan lupa, keselamatan diriku juga, aku bisa saja membanting stir dan menabrak trotoar tadi kalau aku tidak bisa mengerem tepat pada waktunya."

Pipi Haechan memerah, malu dan gugup dimarahi di depan banyak orang begitu, meskipun banyak orang-orang yang berkerumun memutuskan pergi ketika menyadari bahwa Haechan baik-baik saja.

"Maafkan saya." Haechan bergumam lemah, sedikit gemetar tak tahan dengan tatapan  tajam lelaki itu.

"Kau terluka?" tanya lelaki itu cepat, matanya menelusuri seluruh tubuh mungil Haechan.

Haechan menggelengkan kepalanya, "Tidak. Saya tidak apa-apa."

"Baguslah." Lelaki itu mendengus kesal, "Lain kali hati-hati!" dengan ucapan penutup yang sinis itu, lelaki itu membalikkan tubuhnya dan memasuki mobilnya kembali, lalu melajukan mobilnya meninggalkan Haechan yang mundur kembali ke trotoar sambil menatap mobil hitam itu melaju meninggalkannya hingga tertelan keramaian jalan raya.

Haechan menyeberang lagi, kali ini memutuskan untuk berhati-hati supaya kejadian mengerikan dan memalukan tadi tidak terulang kepadanya, lagipula dia sudah benar-benar terlambat sekarang.

Haechan berdecak, manager cafenya akan berpesta pora dengan kesalahannya ini.

[•]

Ketika Haechan memasuki pintu belakang cafe itu, dia langsung berhadapan dengan Jeno, salah satu pelayan pria di cafe, pemuda itu mengangkat alisnya ketika melihat Haechan datang.

Crush in RushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang