08

19.9K 3K 819
                                    

"Teganya kau memanfaatkan orang sepolos itu sebagai tameng?" Hendery mengernyitkan kening, "Dan tameng seperti apa maksudmu?"

Mark mengangkat alisnya, menatap Hendery setengah mencemooh, "Benarkah yang kudengar ini? Seorang Hendery yang selalu menyakiti hati perempuan dan laki-laki tanpa pandang bulu tiba-tiba mencemaskan kepolosan seseorang?"

Hendery membalas tatapan mata Mark dengan serius, "Aku sungguh-sungguh dengan perkataanku Mark.... kau tahu semua orang yang pernah menjadi korbanku, mereka memang pantas mendapatkannya, tetapi Haechan.... dia benar-benar laki-laki polos yang tidak tahu apa-apa, apapun yang kau rencanakan terhadapnya, kau akan bersikap kejam kepadanya."

Mark membeku, dia lalu mengangkat bahunya, "Haechan adalah satu-satunya orang yang paling tepat untuk ini."

Hendery berdiri, menatap Mark dengan tatapan tajam "Terserah Mark, aku sudah memperingatkanmu. Rasa berdosa itu akan semakin dalam kalau kau memanfaatkan laki-laki polos yang tidak tahu apa-apa." Hendery lalu melangkah dan meninggalkan Mark, masuk ke kamarnya, setelah beberapa langkah sampai di depan kamarnya, lelaki itu seolah teringat sesuatu dan menolehkan kepalanya sedikit, "Oh ya, aku lupa mengatakan kepadamu, tadi pagi aku berbelanja dengan Haechan, dan kami bertemu teman Haechan."

"Teman Haechan?" Mark mengernyitkan keningnya, langsung tertarik.

"Yah, dia bilang dia teman Haechan, salah satu rekan kerjanya di cafe tempat mereka bekerja sebelumnya." Hendery menatap Mark penuh arti, "Tapi aku tahu lelaki itu tidak menganggap Haechan sebagai teman. Dan kalau kau mau menjalankan rencanamu, apapun itu, kau harus mempertimbangkan keberadaan orang-orang yang menyukai Haechan lebih dari yang seharusnya."

Hendery sepertinya menebak kalau Mark akan menjadikan Haechan sebagai kekasih pura-puranya. Mark memang akan melakukan hal yang hampir mirip seperti itu, tetapi tentu saja dengan cara yang jauh berbeda. Dia akan membuat ayah kandungnya pulang ke negaranya dengan bahu terkulai kalah dan sangat sangat kesal.

"Aku akan mempertimbangkannya." Jawab Mark datar, "Terima kasih Hendery."

"Dan satu lagi, Haechan tidak punya ponsel. Kasihan sekali di jaman sekarang tidak punya alat komunikasi yang begitu penting. Kau mungkin bisa membelikannya satu."

"Akan kulakukan." Mark mengangguk, menyadari bahwa hal itu luput dari perhatiannya.

Nanti dia akan memastikan kalau Haechan mempunyai ponsel, hal itu memberikan manfaat baginya juga untuk berkomunikasi dengan Haechan kapanpun dia jauh.

[•]

Ketika Haechan keluar dari kamarnya setelah berganti pakaian, Mark berdiri di sana dan menatap Haechan dari ujung kepala sampai ke ujung kakinya. Tatapannya setengah mencemooh setengah kasihan.

"Kau hanya punya baju ini?" lelaki itu mengamati kaos Haechan yang dulunya pasti pernah berwarna putih meskipun sekarang hanya menyisakan warna krem kusam yang tidak jelas. Dan laki-laki itu mengenakan celana panjang hitam se-mata kakinya.

Kaos putih dan celana hitam! Demi Tuhan.... apakah orang ini tidak punya selera berpakaian yang lebih baik? Pakaiannya mengingatkan Mark pada anak training di toko-toko. Padahal Mark akan membawa Haechan ke butik kelas atas. Dia sendiri sebenarnya tidak peduli, tetapi dia tahu orang-orang di sana akan mencemooh Haechan, memandang Haechan seperti pertunjukan sirkus mahluk aneh yang salah tempat, dan dia tidak mau Haechan mengalami itu, dipermalukan seperti itu sementara Haechan berjalan di sisinya.

Tidak boleh ada orang yang mempermalukan perempuan maupun submisif yang sedang bersama Mark.

Pipi Haechan sendiri tampak merah padam. Malu. Dia tahu bahwa pakaiannya yang sederhana itu pasti tidak akan cocok dengan selera Mark, pasti akan membuat lelaki itu malu. Tetapi mau bagaimana lagi, pakaian yang dikenakannya ini adalah pakaian terbaiknya.

Crush in RushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang