13

20.3K 3K 1K
                                    

Haechan membuka matanya dan mendadak merasa kehilangan orientasi. Dia kebingungan menyadari dirinya berada di atas ranjangnya. Bukankah semalam Haechan sedang duduk minum teh di sofa, sementara Hendery sedang berlatih serius dan mengurung diri di kamarnya setelah makan malam? Seingat Haechan dia mengantuk dan memutuskan memejamkan matanya sebentar di atas sofa, saat itu benaknya sedang berkecamuk karena Mark tak kunjung pulang juga. Lalu sepertinya dia tertidur. Kalau begitu kenapa dia bisa berada di atas ranjang ini?

Haechan terduduk, menatap sekeliling dengan bingung, apakah dia berjalan kembali ke ranjangnya tanpa sadar? Yah. Itu mungkin saja. Dengan bergegas, Haechan langsung menuju kearah kamar mandi, dia harus segera mandi dan menyiapkan sarapan pagi.

[•]

Ketika sampai di dapur, Haechan mengernyit melihat Mark sudah duduk di sana, lelaki itu sedang menyesap secangkir kopi, kemudian tersenyum ke arah Haechan.

"Hai, aku sudah bangun duluan darimu." Gumam Mark ramah, ada senyum di sana.

Haechan langsung gugup, "Oh… Aku akan membuatkan sarapan untukmu."

"Tidak usah." Mark mendorong cangkir kopi yang sudah dihabiskannya, "Aku cukup minum kopi saja, aku akan menjemput Nancy, kami berjanji akan sarapan bersama sebelum main golf."

Tangan Haechan yang membawa dua butir telur membeku, dia menoleh dan menatap Mark bingung. "Kau akan pergi dengan Nancy lagi?"

Mark tertawa, "Tentu saja, kau lupa? Tantangan itu kan seminggu lamanya." Lelaki itu lalu berdiri, meraih jaketnya yang tersampir di kursi, "Aku pergi dulu," gumamnya dan kemudian sambil bersenandung, lelaki itu pergi berjalan keluar.

Sementara itu Haechan masih terpaku kebingungan menatap bayangan Mark yang menghilang di ambang dapur. Mark... bersenandung?

Tiba-tiba Haechan merasakan perasaan tidak enak yang mengglayutinya, perasaan yang dia tidak tahu itu apa. Yang pasti rasanya menyesakkan dada dan membuatnya ingin menangis.

[•]

"Mark pergi lagi?" Hendery yang datang ke dapur untuk sarapan menatap Haechan yang murung. Meskipun begitu Haechan membuatkan nasi goreng keju yang sangat enak untuknya.

"Dia pergi pagi-pagi sekali." Hendery terkekeh, "Seperti tidak sabar menghabiskan hari bersama perempuan itu ya." Lelaki itu lalu tersenyum lembut, "Dan kita seharian di sini, menghabiskan hari yang membosankan... Hmmm..." Dia tampak berpikir. "Mungkin kau bisa ikut aku."

"Kemana?" Haechan menatap Hendery dan tampak agak tertarik.

"Aku akan menemui mentorku untuk membicarakan persiapan resital tiga bulan lagi di Austria, setelah itu aku bebas. Kau bisa ikut aku, menunggu sebentar ketika aku berkonsultasi dengan mentorku, lalu kita mungkin bisa pergi ke taman hiburan, atau tempat lainnya yang ingin kau kunjungi."

“Taman hiburan?” Mata Haechan melebar, begitu tertarik ketika mendengar nama taman hiburan disebut, dia tahu Lotte world, tapi yang dia tahu tiketnya cukup mahal, sehingga datang kesana hanyalah impian bagi Haechan.

"Tapi… Tapi bukankah harga tiketnya mahal?" Haechan mengungkapkan kecemasannya, membuat Hendery terbahak.

"Haechan, begini-begini aku adalah pemain biola dengan bayaran tinggi, sekali-kali mentraktirmu tidak apa-apa buat kantongku," gumamnya dalam senyuman, Hendery lalu menghabiskan suapan nasi gorengnya, "Ayo siap-siap, kita berangkat sekarang, semakin pagi kita sampai, semakin banyak kesempatan kita untuk mencoba banyak wahana."

Setengah meloncat, Haechan pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian, membuat Hendery melihatnya sambil tersenyum. Haechan sangat mirip dengan Renjun, adiknya yang begitu lugu dan polos, dengan tubuh mungil dan wajahnya yang penuh binar. Ternyata Hendery cukup lemah dengan orang-orang yang setipe adiknya.

Crush in RushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang