12

19.1K 2.9K 684
                                    

Jeffrey masih ternganga akan kata-kata vulgar Haechan, sementara Nancy melemparkan pandangan jijik kepada Haechan. Haechan sendiri tidak peduli, dua orang di depannya itu sudah menganggapnya sebagai kelas rendahan hanya karena dia bukan bangsawan dan tidak jelas asal usulnya, jadi biar saja mereka berpikiran semakin buruk kepadanya.

"Kau membuatku tak sabar untuk masuk kamar." Mark berbisik mesra, tangannya semakin memeluk pinggang Haechan dengan posesif, sengaja memberikan isyarat di sana agar tamu mereka malu.

Tetapi rupanya Nancy bukanlah perempuan yang mudah menyerah. Tentu saja, dia tidak akan diangkat menjadi CEO perusahaan multinasional yang sekarang kalau dia menyerah dengan begitu mudahnya.

"Aku ingin kau memberiku kesempatan." Gumamnya tegar, membuat Mark mengerutkan keningnya sambil menatap Nancy.

"Kesempatan untuk apa?"

Nancy tersenyum manis, "Kesempatan untuk mengenalku. Rasanya tidak adil bagiku kalau aku datang jauh-jauh kemari hanya untuk diusir dengan kasar, tanpa kau memberi kita kesempatan untuk saling mengenal."

Nancy lalu melemparkan tantangan kepada Mark, tahu bahwa ego seorang lelaki akan tertantang jika dipancing seperti itu, "Aku ingin kau mencoba mengenalku dengan intens selama seminggu penuh... dan kalau setelah itu tidak ada ketertarikan yang tumbuh darimu untukku, aku akan pergi dengan kepala tegak, puas karena sudah mencoba."

Mark terdiam, menatap perempuan di depannya. Oh ya. Mark tahu persis Nancy bukan perempuan biasa, dia bukanlah perempuan bangsawan Inggris yang lemah dan lembek, bisa diusir dengan mudahnya. Satu-satunya jalan adalah dengan cara menerima tantangan Nancy. Setelah itu perempuan itu pasti akan pergi dengan terhormat dan tidak mengganggu mereka lagi. Itu juga merupakan salah satu cara untuk membuat ayahnya kalah karena tidak punya senjata lagi untuk mencoba menguasainya.

"Oke. Satu minggu." Mark tersenyum, "Dan setelah itu, kau bisa mengemasi barang-barangmu, Nancy."

Nancy mengulurkan tangannya dan Mark menjabatnya. Lalu perempuan itu terkekeh, "Jangan yakin dulu Mark, jangan-jangan kau yang akan berkemas nanti dan mengikutiku pulang ke London." Mata Nancy beralih ke Haechan, "Kau dengar sendiri Haechan? Kekasihmu setuju untuk menjadi milikku selama seminggu penuh." Gumamnya dalam bahasa inggris yang sekali lagi dilambat-lambatkan seolah mengejek kemampuan bahasa inggris Haechan.

[•]

Sepeninggal kedua orang itu, Mark menutup pintu dan kemudian tersenyum kepada Haechan.

"Kalimat yang sangat hebat, aku tidak menyangka kau bisa menggunakan kosakata 'mencemari' dengan begitu baiknya." Mata Mark tampak menggoda, "Membuatku bertanya-tanya darimana kau belajar tentang hal itu."

Pipi Haechan merah padam. Mengingat ulang kata-katanya dan menyadari bahwa kata-katanya begitu vulgar, "Aku mempelajarinya di drama yang aku tonton."

Jawab Haechan seadanya, dan langsung membuat Mark mengerutkan keningnya, "Sudah kubilang Haechan, jangan terlalu suka melihat drama, itu akan menenggelamkanmu dari dunia nyata." Lelaki itu lalu terkekeh, "Lagi pula apa gunanya aku memasang TV kabel di kamarmu kalau kau hanya memakainya untuk menonton drama?"

Mark berhasil membuat Haechan merasa malu, tetapi laki-laki itu memilih tidak menanggapinya, dia malahan teringat akan tantangan Nancy yang diterima oleh Mark tadi dan seketika merasa cemas.

"Apakah menurutmu bijaksana memberi kesempatan kepada Nancy selama seminggu? Siapa yang tahu apa yang akan dilakukannya?"

"Dia memintanya dengan begitu baik, dengan tantangan yang membuatku mau tak mau harus menerimanya, Chan. Kalau tidak aku akan tampak seperti pengecut." Jawab Mark cepat, "Jangan khawatir, aku tidak akan dikalahkan olehnya."

Crush in RushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang