14

20.9K 2.8K 476
                                    

Haechan tidak ada di mana-mana!

Mark langsung menghambur ke luar, memeriksa penjuru ruangan, tetapi Haechan tidak ada. Hendery mengikutinya dan kemudian bergumam, menarik kesimpulannya, "Kurasa Haechan pergi dari rumah ini setelah lewat tengah malam."

Mata Mark menggelap, "Tapi dia kabur kemana? Dia tidak punya rumah, tidak punya tempat tinggal, tidak punya uang. Dan tidak ada satupun orang yang dikenalnya. Bahkan dia meninggalkan ponselnya?"

Mark melirik frustrasi kepada ponsel yang diletakkan Haechan dengan rapi di atas meja ruang tengah, bagaikan sebuah pesan bahwa Haechan tidak membutuhkan apapun pemberian Mark.

"Kita bisa bertanya kepada mantan rekan kerjanya di cafe, mungkin saja Haechan ke sana meminta pertolongan."

Sebelum Mark sempat menjawab, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Dia melirik nama yang ada di sana dan mengernyitkan dahinya, itu Nancy yang meneleponnya.

"Ya?" Mark menjawab telpon itu dengan gusar.

"Sekedar mengingatkanmu sayang." Nancy menjawab dengan suara lembutnya di seberang sana, "Aku akan siap kau jemput satu jam lagi, hari ini kita akan ke sebuah restoran yang direkomendasikan oleh pramutama hotelku, kau pasti akan menyukainya..."

Nancy terus berkata-kata tetapi Mark sudah tidak mendengarkan lagi. Diakuinya bersama Nancy memang menyenangkan, tapi Mark menghabiskan waktunya bersama Nancy bukan karena menyukainya, sama sekali tidak tumbuh perasaan di hatinya menghabiskan waktu begitu lama bersama Nancy. Dia mendekati Nancy hanya untuk satu alasan khusus. Satu alasan yang kemudian malahan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.

"Aku tidak bisa keluar bersamamu sekarang Nancy."

"Kau sudah berjanji Mark, satu minggu bersamaku, ingat?" suara Nancy agak meninggi, tetapi perempuan itu masih bisa menyembunyikan kegusarannya.

Mark menghela napas panjang, "Memang. Tetapi sekarang aku sampai di satu titik dan menyadari bahwa aku tidak butuh waktu selama itu untuk tahu bahwa aku sama sekali tidak tertarik kepadamu. Dan tidak akan pernah tertarik!"

Sebelum Nancy sempat bertanya lagi Mark menutup teleponnya dan kemudian mengalihkan pandangannya kepada Hendery yang berdiri di sana sambil bersedekap.

"Ayo kita ke cafe tempat Haechan dulu bekerja." Gumamnya tergesa.

[•]

Ternyata sia-sia. Entah Jeno berkata jujur, atau dia melindungi Haechan, lelaki itu mengatakan bahwa dia sama sekali tidak tahu dimana Haechan berada. Sejak pertemuan di supermarket itu, Jeno sama sekali belum pernah bertemu lagi dengan Haechan.

Mark sudah bertanya dengan begitu serius, tetapi Jeno tetap menggeleng-gelengkan kepalanya, lelaki itu masih begitu terkejut karena didatangi oleh dua lelaki yang sangat tampan dan berpakaian elegan. Yang satu tentu Jeno sudah pernah melihatnya ketika bertemu di supermarket beberapa waktu lalu. Lelaki yang sangat tampan, sedangkan yang satunya lagi itu adalah pelanggan tetap cafenya waktu itu yang sering datang ketika tengah malam hingga menjelang pagi. Yang secara kebetulan tidak pernah datang lagi setelah Haechan berhenti bekerja.

Jadi ini semua bukanlah kebetulan?

Hendery menatap Jeno yang kebingungan lalu mengernyit, "Sudahlah Mark, sepertinya dia benar-benar tidak tahu di mana Haechan, kita harus berpikir ulang. Siapa kira-kira yang akan didatangi Haechan di saat dia butuh bantuan. Dan siapa kira-kira yang menginginkan Haechan menghilang."

[•]

Nancy langsung menemui Jeffrey yang kebetulan suite hotelnya ada di sebelahnya, dia mengetuk pintu kamar itu dengan marah dan kesal. Jeffrey yang baru bersantai sehabis mandi, membuka pintu dan menatap terkejut ke arah Nancy, yang berdiri di depan pintu kamarnya dengan wajah gusar.

Crush in RushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang