11

20.1K 2.9K 1K
                                    

Mata Mark tampak menggelap mendengar kata-kata arogan Jeffrey, bibirnya menipis menahan marah, "Berani-beraninya kau menghina calon pasangan pilihanku." Gumamnya gusar, "Keluar dari rumah ini sekarang."

Jeffrey tampak kaget diusir dengan tidak sopan seperti itu. Dia terbiasa dihormati, orang-orang terbiasa membungkuk hormat kepadanya. Dan sekarang dia diusir oleh anak kandungnya sendiri? Sungguh penghinaan yang menyinggung harga diri Jeffrey, tetapi dia menahankannya. Jeffrey membutuhkan Mark. Hanya anak itulah satu-satunya laki-laki keluarga Sinclair yang masih hidup.

Selama berapa dekade ini, keluarganya telah dikutuk selalu melahirkan anak perempuan yang tentu saja tidak bisa diandalkan untuk meneruskan nama gelarnya. Lalu penyakit jantungnya yang menyebabkannya tidak bisa mempunyai keturunan menyerangnya. Membuatnya tergantung hanya kepada Mark. Jeffrey akan rela menahankannya. Tidak apa-apa, asalkan gelar dan nama keluarga selamat di masa depan.

Dia kemudian beranjak dari duduknya dan bergumam geram, "Aku akan pergi sekarang. Tetapi aku akan kembali lagi, dengan membawa calon isterimu, Mark. Calon isteri yang sangat berkelas dan cocok untukmu." Setelah mengucapkan kata-kata angkuh itu, Jeffrey melangkah pergi meninggalkan apartemen itu.

Lama kemudian Mark masih termenung, dengan marah menatap ke arah pintu, tempat Jeffrey menghilang, matanya menyala nyaris menakutkan.

"Lelaki tua bangka tak tahu diri." Desisnya, "Seenaknya dia membuangku dan sekarang dia ingin memilikiku? Dia tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa!"

Sinar kebencian memancar di mata Mark, membuat Haechan beringsut menjauh, gerakan Haechan itu tampaknya menyadarkan Mark, lelaki itu langsung melepaskan pegangannya di pinggang Haechan, dan menatapnya dalam, "Aktingmu tadi bagus sekali meski awalnya sedikit kaku." Gumam Mark ringan, "Kau mungkin harus sedikit berusaha membiasakan diri dengan sentuhanku."

Dan kemudian, tanpa disangka-sangka, Mark menarik pinggang Haechan lagi, dan menciumnya. Membuat Haechan ternganga kaget ketika bibirnya dilumat oleh Mark tanpa ampun. Dia hendak memekik, tetapi kemudian, sentuhan bibir Mark berubah lembut, menyesap bibirnya seolah begitu menikmatinya, dan juga jemarinya bergerak lembut, menelusuri lengan Haechan, naik dan turun.

"Wow."

Itu suara Hendery yang baru keluar dari kamar. Membuat Mark dan Haechan terperanjat. Secepat kilat, saat itu juga Mark langsung mendorong Haechan hingga hampir terjungkal di sofa. Hendery sendiri tampak menikmati sekali wajah-wajah gugup di depannya. Lelaki itu tampaknya sudah bangun lama, tetapi memilih tidak keluar selama ayah kandung Mark bertamu tadi.

Sekarang Hendery dengan sengaja melemparkan tatapan mata penuh arti dan berganti-ganti ke arah Mark dan Haechan, "Jadi yang barusan kulihat tadi apakah...." suaranya penuh spekulasi.

Dan Mark langsung menyahut ketus, "Itu tadi latihan supaya Haechan lebih terbiasa dengan sentuhanku." Mata Mark menatap Haechan tajam, "Benar bukan, Haechan?"

Ditatap setajam itu, dengan tatapan yang sangat mengancam, Haechan tidak bisa melakukan hal lain selain menganggukkan kepalanya. Meskipun sekarang bibirnya terasa panas membara. Mark telah merenggut ciuman pertamanya!

"Kau boleh pergi Chan, siapkan makanan, aku ingin makan." Mark mengalihkan pandangan seolah tak peduli. Dan Haechan yang ingin segera melarikan diri dari suasana canggung yang menyesakkan itu langsung bangkit dan setengah berlari menuju dapur.

Hendery mengambil tempat duduk di sebelah Mark, melirik lelaki itu yang berpura-pura memusatkan pandangannya kepada televisi.

"Kenapa kau menciumnya?" tanya Hendery langsung dengan lugas, membuat Mark membelalakkan matanya marah kepada sahabatnya itu.

Crush in RushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang