Bumi terbelah-belah, langit seolah runtuh, kemudian menimbun apa saja yang berada di bawahnya. Jerit tangis anak-anak dan perempuan melumpuhkan hati dan pikiran. Kasih sayang di negeri itu benar-benar telah sirna, berubah menjadi dendam tak berujung. Masing-masing mengatakan, mereka yang paling benar, mereka yang paling berhak atas tanah tersebut. Bahkan satu pihak mengklaim, tanah itu adalah tanah yang dijanjikan Tuhan buat bangsa mereka, untuk itulah mereka datang untuk mengambilnya. Itu satu pernyataan yang membuat pihak lain murka, sebab mereka telah mendiami tanah itu sejak berabad-abad lamanya. Dan demi tanah itu mereka pun berperang habis-habisan, mereka telah kehilangan banyak harta dan nyawa, bahkan kehilangan akal sehat. Inilah perang terpanjang yang terjadi di muka bumi, mengukir sejarah kelam di tanah tandus bernama Palestina. Nampaknya Tuhan sengaja
membiarkan perang itu terjadi guna menguji ketabahan dan kedewasaan manusia berpikir. Tentu Tuhan sudah mempunyai rencana lain di balik peperangan tersebut.
Serangan dan gempuran yang mereka lakukan tak pandang bulu, mereka tak peduli berapa banyak nyawa melayang. Asap hitam sisa mesiu membutakan mata dan hati, belum lagi hentakan meriam yang tak henti-henti berdentum, sungguh menyesakkan dada. Puluhan roket terbang menciptakan ledakan dan gelombang mematikan. Langit memerah diselubungi api dan cahaya warna-warni, ramai dan bising. Tapi itu adalah perang bukan pesta kembang api malam tahun baru. Di sini kecerdasan dan keberanian para pejuang benar-benar diuji.
Aku terperangah dengan kejadian tersebut, aku tak percaya. Sedih yang teraduk rasa geram membuat air mataku berlinang. Perang itu telah memupus harapan tentang sebuah negeri damai dan merdeka. Mungkin ini yang dinamakan neraka."Tuhan, Engkau di mana? Mengapa Engkau diam saja, berpangku tangan duduk manis? Menyebalkan!" gerutuku kesal.
Arena pertempuran semakin memilukan hati, beberapa buah drone berputar-putar mengancam, kemudian menjatuhkan bom yang mengandung gas beracun. Siapa pun yang menghirup gas racun tersebut akan langsung tewas dengan tubuh melepuh. Nyawa mereka melayang bagai debu di dalam angin.
Aku semakin terperangah, darah muncrat ke wajahku. Itu adalah darah pejuang yang baru saja menjadi korban serpihan granat. Aku mengusap wajahku dengan tubuh menggigil.
"Semoga kalian gugur sebagai suhada bukan mati sia- sia, semoga arwah kalian diterima Tuhan Yang Maha Kuasa." gumamku sedih.
Ada pemandangan lain yang jauh lebih menghacurkan hati. Sebuah gedung rata dengan tanah dihantam sebuah roket, puluhan balita terkubur hidup-hidup di dalamnya. Mata dunia terbelalak, satu duka yang akan membekas di hati orang berakal sehat. Ini kejahatan perang luar biasa yang dilakukan orang-orang yang tak memiliki hati nurani. Tapi anehnya negara- negara Arab seolah tutup mata melihat tragedi tersebut, mereka membiarkan Palestina berjuang sendiri. Dan aku pun kembali menyalahkan Tuhan.
"Tuhan, kenapa Engkau tak menghukum perbuatan mereka? Apakah Engkau menunggu sampai bangsa Palestina musnah?!" gumamku mulai geram.
Sebagus apapun rencana Tuhan di kemudian hari buatku tetap saja menyebalkan, menurutku Tuhan tidak adil. Kegeramanku membuat pola pandangku terhadap Tuhan semakin bergeser, aku mulai benci dan muak dengan semua perintah-Nya yang tertulis dalam kitab suci. Aku sebal dengan para pendakwah yang sering berbicara tentang Tuhan dan aku mulai kesal dengan nasihat ibuku. Semua dusta!
Sebenarnya aku tengah mendengarkan cerita Ki Rono Kentir tentang perang itu. Saking seriusnya aku seperti terlibat langsung dalam perang tersebut, perang terpanjang memperebutkan tanah tandus bernama Palestina.
"Apa benar Palestina tanah yang dijanjikan Tuhan buat bangsa Israel? Jika benar demikian, ada dua kemungkinan, Tuhan yang salah menjanjikan atau mereka yang salah menafsirkan kitab suci atau sabda para nabi. Tapi perlu diingat, Tuhan tak pernah salah dalam setiap pernyataan-Nya. Tuhan tak pernah berdusta akan janji-Nya, tentu dengan gaya bahasa yang halus dan sopan. Bahasa Tuhan yang tertulis dalam kitab suci harus dikaji dan direnungkan kembali. Tapi pada kenyataannya manusia sering menafsirkan bahasa Tuhan secara tekstual saja atau sesuai dengan apa yang dibacanya. Manusia mencoba mengkondisikan kitab suci dengan nafsu, tak melihat latar belakang turunnya ayat-ayat dalam kitab suci tersebut. Sebagian besar ayat yang diturunkan menggunakan bahasa kiasan yang pengertiannya tersembunyi. Ini yang membuat manusia kadang keliru, jutaan umat telah terjebak oleh kitab sucinya sendiri. Akhirnya kekeliruan itu menciptakan peperangan yang menelan jutaan jiwa. Tanah dambaan yang dijanjikan Tuhan semakin kelabu. Sebenarnya jika mereka mau berpikir secara cerdas, pertikaian panjang berdarah-darah itu tak perlu terjadi." Kata Ki Rono Kentir.
Ki Rono Kentir meneguk teh hangatnya dan aku sibuk dengan jagung rebusku. Sejak aku mengenal orang tua itu, aku sering mendapat cerita unik yang asyik untuk didengarkan, ada makna tersembunyi yang ditujukan khusus buatku. Jika nanti aku dewasa, aku akan memahami tentang Tuhan yang selama ini kucari.
"Apa benar Palestina tanah yang dijanjikan Tuhan untuk Israel Jawabnya tidak, tanah itu bukan Palestina!" kata Ki Rono Kentir lagi.
Meskipun aku sibuk mengunyah jagung rebusku, tetapi aku tetap mendengarkan semua kata-katanya. Sesekali aku menatap wajahnya yang sejuk dan tegas.
"Kau tahu, kenapa aku berada di daerah ini?"
Aku menggeleng tak tahu, sebab sejak aku lahir dia sudah ada di daerah ini.
"Aku berada di sini menunggu kelahiran seorang anak yang memiliki kekuatan luar biasa, terutama kekutan pikiran yang dimilikinya."
Aku tak mengerti apa yang dikatakannya dan sejauh ini aku pun tak tahu siapa sebenarnya Ki Rono Kentir. Aku mengenalnya gara-gara aku digigit anjing gila, aku terluka parah dan orang tua inilah yang telah mengobati lukaku.
"Ada yang ingin aku jelaskan tentang Tanah Perjanjian itu padamu. Tanah yang dijanjikan Tuhan sebenarnya bukan Palestina, tapi Nusantara. Tak banyak orang yang mengetahui tentang hal itu, hanya iblis dan para pendukungnya saja yang mengetahuinya dan dokumen Tanah Perjanjian itu kini ada di tanganku. Sejak zaman penjajah mereka sudah berusaha merebut dokumen itu, namun mereka gagal. Dua belas tahun yang lalu pasukan iblis yang dipimpin Magda Aeron datang untuk merebut dokumen itu, namun mereka kembali gagal. Tujuh tahun ke depan nampaknya mereka akan datang lagi dengan pasukan yang jauh lebih kuat. Magda Aeron adalah manusia setengah iblis yang sangat sulit ditaklukan. Satu- satunya orang yang dapat mengalahkannya adalah, anak yang memiliki kekuatan luar biasa yang kukatakan tadi."
Aku tak peduli, apa yang dikatakan orang tua itu menurutku hanya dongeng, aku sendiri sedang pusing memikirkan diriku. Kata orang aku terlahir membawa sial, membawa kutukan. Selain dianggap tak waras, tiap kali terjadi bencana, orang-orang di kampungku selalu mengaitkannya dengan diriku. Kalau hanya aku yang disalahkan tak menjadi masalah, terkadang keluargaku ikut jadi sasaran. Itu yang membuat hidupku tak nyaman.
Ketika usiaku tujuh tahun kemarau panjang menyerang desaku, sawah-ladang tak bisa ditanami, harga pangan pun membumbung tinggi. Banyak orang mati kelaparan, sementara bantuan pemerintah sengaja ditahan oknum aparat di suatu tempat. Warga langsung menuding akulah penyebab kemarau itu. Kalau sudah begitu ibuku hanya bisa menangis.
Selain kemarau panjang berbagai penyakit menyerang kampungku, setiap hari selalu ada orang yang dikuburkan karena terlambat diobati. Lengkap sudah penderitaan keluargaku, kami menjadi bulan-bulanan warga kampung. Itulah awalnya mengapa aku membenci Tuhan, buatku Tuhan tak adil. Mengapa aku dilahirkan berbeda dengan anak-anak lain. Sejuta pertanyaan yang ku ajukan tak pernah dijawab-Nya. Rasa kecewa dan amarah menjadikan aku semakin liar. Aku harus bertemu Tuhan untuk memprotes-Nya.
"Berdasarkan dokumen Tanah Perjanjian tersebut Magda Aeron ingin menguasai Nusantara. Sekali lagi hanya anak itu yang sanggup melawannya." kata Ki Rono Kentir serius.
Itu percakapanku dengan orang tua bernama Ki Rono Kentir beberapa minggu lalu. Tanah Perjanjian yang diceritakannya padaku ternyata benar, dia memperlihatkan dokumen kuno itu padaku. Tanah yang dijanjikan Tuhan buat bangsa Israel bukanlah Palestina, tapi Nusantara Raya.#####
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Mencari Tuhan [TAMAT]
Historical Fiction(TELAH TERBIT) - TAMAT Jangan lupa kasih bintang dan share cerita ini ya :) Blurb Sakit kepala yang diderita anak laki-laki bernama Gee, bukan sakit kepala biasa. Jika sakit kepalanya muncul membuatnya sangat menderita, bahkan kepalanya sampai menya...