4 hari kemudian.
Malika sedang duduk di taman belakang milik abinya, pikirannya sedang tidak baik-baik saja, Malika sangat heran dengan suaminya yang dengan teganya menghancurkan apa yang telah mereka bangun bersama.
Lamunannya tersadar saat sebuah tangan mendarat dan dilihatnya siapa pemilik tangan tersebut oleh Malika.
"Umi," Malika menyunggingkan senyum manisnya.
"Kamu kenapa?" Tanya Nina.
"Gak pa-pa kok mi," jawab Malika dengan pandangan lurus ke depan.
"Mending kamu temuin suami kamu, bicara dengan kepala dingin. Sesuatu yang di dadasari oleh amarah pasti hasilnya akan mengecewakan," ujar Nina.
Malika menatap sang umi, dari ucapan Nina, Malika juga setuju. Mungkin, bicara dengan kepala dingin dengan sang suami bisa menjelaskan semua yang ada di benaknya.
"Umi benar, nanti Malika akan bicara sama mas Atha," jawab Malika dengan menatap Nina.
Nina mengusap pucuk kepala Malika dengan sayang, "Kalau memang sudah benar-benar tenang, sebaiknya kamu kembali lagi ke rumah kamu. Umi bukan ingin mengusir kamu, tapi lari dari masalah bukanlah hal yang tepat, dan lihatlah siapa yang menjadi korban? Kanaya, anak itu sangat merindukan ayahnya,"
Lagi-lagi Malika setuju dengan uminya, Malika menghela napas kemudian mengangguk mantap, dia juga tidak tega melihat putrinya yang terus-menerus ingin bertemu sang ayah.
"Iya umi," jawab Malika.
Nina tersenyum kembali, "Umi tahu kalau putri umi ini kuat!"
Pukul 16:10 Malika dan Kanaya sudah siap membawa koper mereka masing-masing, mereka sudah berada di ruang tamu rumah abinya, kalian bertanya kemana abinya? Jawabannya adalah kerja, sudah hampir satu minggu ini Bambang alias abi Malika berada di pulau dewata guna mengurus cabang perusahaannya.
"Jadi berangkat Mal?" Tanya Revan turun dari tangga dengan rambut yang sedikit basah dan pakaian casual rumahannya.
"Iya bang, terus-terusan lari dari masalah gak baik juga," jawab Malika.
"Selesaikan masalah kamu itu, kalau ada apa-apanya kamu bisa tinggal hubungin abang, handphone abang dua puluh empat jam selalu ada buat kamu," ucap Revan.
"Mangkanya bang, cari pasangan dong," Malika tertawa di akhir kalimat.
Revan hanya memutar bola matanya malas, masih belum ada pemikiran untuk ke arah pernikahan untuknya. Lagi pula kariernya masih sangat panjang.
"Om bener yang dikata Bunda, Om cepat nikah dong terus kasih Kanaya pangeran deh," ucap Kanaya semangat.
"Iya putri kecil," Revan menggendong Kanaya, sedangkan Malika menyusul uminya yang ada di dapur.
"Umi Malika berangkat ya," Malika memeluk uminya dari belakang yang sedang menggoreng.
"Iya, kamu hati hati ya salam buat Atha." jawab Nina.
Lalu Malika mencium punggung tangan umi dan berjalan keluar rumah yang sudah mendapati Kanaya yang ada di dalam mobil.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Seindah Surgamu (REVISI)
RomanceRanking ❤ 1 in #takdir [09/04/19] 2 in #takdir [06/04/19] 3 in #takdir [06/04/19] 3 in #spiritual [28/03/19] Sebagian cerita di privasi jadi follow dulu sebelum membaca. Cover by:@imchoxo Makasih udah buat cover yang menurutku keren banget:) Malika...