Bagian 10 (Namanya Juga Manusia)

1.1K 52 0
                                    

Aku tak sebaik yang engkau ucapkan dan aku juga tak seburuk apa yang terlintas di hatimu

🦋


Setelah pekerjaannya selesai, Ariana mendadak kepo dengan Sakha. Ya, semenjak kejadian tentang penolakan ta'aruf beberapa bulan yang lalu, Ariana dirundung rasa penasaran dengan kehidupan Sakha.

Dirinya merasa menjadi orang jahat karena menolak kebaikan hati seseorang.Ariana menghembuskan napas dengan panjang dan terus beristigfar, tidak baik memikirkan seseorang.

"Astagfirullah, seharusnya aku tidak memikirkan dia. Pikirkan hidupmu sendiri Ariana, masih ada target yang harus kamu lalui," gumam Ariana.

Ariana mendadak mengalihkan pikirannya dengan membuka akun onlineshop yang menjual beberapa baju gamis yang lucu. Tanpa sengaja matanya menatap baju couple yang sangat menarik perhatiannya.

"Kenapa mbak?" Kepala Sari tiba -tiba memandang wajah Ariana yang begitu serius melihat layar dekstop.

"Enggak kenapa - napa? hanya melihat beberapa baju."

"Itu kan baju couple mbak, wah mbak mau beli baju couple ya. Berarti mbak sudah punya pasangan dong," seru Sari dengan heboh.

"Belum, cuma iseng lihat olshop nggak sengaja buka baju couple."

Kepala Lia hanya mengangguk - angguk paham dan tingkahnya diikuti oleh Sari. Ariana hanya mengernyit agak aneh dengan kelakuan kedua teman sekantornya ini.

"Kalau mau baju couple’an juga enggak apa - apa kok Ri, couple sama abang Danu yuk," ucap Danu dari meja kerjanya.

"Apaan sih kamu Danu, sudah ditolak juga masih ngarep," ucap Lia.

"Namanya juga usaha."

"Usaha - Usaha, terima takdir. Ariana itu nggak suka sama kamu, jangan sok tebar kebaikan niatnya cuma cari perhatian."

"Kamu kenapa sih, enggak suka banget kalau aku deketin Ariana? jangan - jangan kamu suka lagi sama aku," selidik Danu.

"Amit-amit deh aku suka sama kamu, cowok aku lebih ganteng dari pada kamu dasar kardus bekas."

"Wah wah wah ngajak ribut ini, dasar wanita kaleng-kaleng." Danu berdiri tegap dengan wajah yang menantang.

"Lelaki kardus."

"Sudah kalian itu jangan berantem, kalau jodoh tahu rasa," ucap Sari.

"Aku sih ogah," ucap Danu langsung.

"Siapa juga yang mau, lagian ya Sari aku itu sudah tunangan. Ingat tunangan."

Danu menggeleng-gelengkan kepalanya dan berjalan menuju pintu keluar ruangannya, mungkin meminum segelas kopi akan membuatnya moodnya kembali membaik. Sepeninggal Danu, Lia tersenyum.

"Kenapa senyum -senyum?" tanya Ariana heran.

"Enggak, lucu aja lihat muka Danu yang kesel, itu sebagai hiburan tersendiri."

"Dasar, enggak baik tahu," ucap Ariana mencoba menasihati, gadis itupun menutup layar online shopnya.

"Sekali-kali enggak sering juga."

"Mmm mbak Ari," ucap Sari.

"Ya."

"Mbak, nanti sepulang dari kantor bisa temani aku nggak ke mall. Aku mau membeli beberapa kerudung dan baju gamis."
Mata Ariana mengerjap - ngerjapkan matanya cukup terhenyak mendengar ucapan Sari.

"Masya Allah, sari mau hijrah?" Ariana yang membuat Sari mengangguk dan Lia yang langsung menoleh tidak percaya.

"Kamu benar mau hijrah?" tanya Lia tidak percaya.

Sari hanya mengangguk, " Iya, aku disuruh sama mas Tama untuk berhijab."

"Sari hijab itu lillahi ta'ala buka lillahi dia, tapi aku cukup bahagia kalau kamu mulai berhijab."

"Iya mbak aku mau seperti mbak Ariana, yang sholeha, baik, cantik lagi."

"Sari, meskipun aku terlihat baik dan terlihat sholeha sebenarnya aku juganggak jauh berbeda dengan mereka yang setiap saat melakukan kesalahan dan keburukan bahkan kemaksiatan."

"Mbak kok ngomongnya gitu sih."

"Iya tahu tuh," tambah Lia.

"Jadi mbak mau nggak nemenin aku?"

"Insya Allah, nanti aku sama Lia akan menemani kamu membeli gamis dan khimar."

"Terima kasih mbak ya, bersamai aku dalam hijrahku ya mbak."

"InsyaAlllah, aku juga masih belajar Sari. Kita belajar sama-sama. Lia kapan berhijab?"

"Nanti deh Ri, aku masih bingung."

"Bingung kenapa?"

"Aku masih belum baik kayak kamu Ri, makanya aku belum berani berhijab."

"Sudah aku bilang aku nggak sebaik penampilanku dan sebaik yang kamu pikirkan. Aku juga masih perlu banyak belajar."

"Iya maksud aku begini Ri, aku mau saat aku berhijab nanti aku sudah baik. Karena tidak sedikit banyak yang berhijab namun masih suka ghibah, ngomongnya kasar."

"Namanya juga bukan makhluk yang sempurna jadi tak jarang kadang melakukan kesalahan. Jilbab itu adalah kewajiban, urusan perilaku adalah perihal lain. Setiap orang punya perilaku berbeda dan setiap orangpun punya perilaku baik namun tak semua bisa merubahnya dengan mudah. Butuh proses dan progres."  

Jodoh Terbaik (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang