Bukan gelapnya malam yang harus kita benci, namun indahnya kerlip cahaya bintang itulah yang harus dinikmati
...
"Ari, mbak menyuruh kamu datang kesini karena ada hal penting yang harus mbak sampaikan kepada kamu."
"Hal penting apa mbak?" tanya Ariana.
Nafisah diam sejenak, menghela napasnya dalam-dalam "Sepertinya kamu harus mencoba mengikhlaskan."
"Maksudnya mbak? Jujur Ari nggak ngerti."
"Sakha memutuskan untuk mengakhiri ta'aruf."
Hening. Tidak ada jawaban dari Ariana, gadis itu terlalu terkejut mendengarkan penuturan dari Nafisah. Dirinya mencoba membuka bibirnya untuk bersuara namun terasa kaku hingga tidak ada suara yang keluar dari bibir mungilnya.
"Kamu kecewa ya. Mbak tahu usaha kamu untuk menjaga hati kamu dan mbak bangga sama kamu. Mbak yakin suatu saat nanti Allah akan mempersatukan dengan orang yang sama - sama menjaga. Mbak yakin, Allah sudah menyiapkan jodoh yang terbaik untuk Ari."
Raut wajah keterkejutan Ariana berubah menjadi raut wajah kesedihan dan kekecewaan. Air matanya sudah menumpuk dipelupuk matanya siap untuk terjun bebas jatuh ke pipi namun sekuat tenaga, Ariana menahannya.
"Kenapa harus begini mbak?"
Ariana mencoba mengangkat wajahnya. Hatinya terasa teramat perih. Kenapa disaat dirinya yakin dan memutuskan untuk bersama Sakha selamanya namun kenyataannya takdir tidak mau berpihak padanya.
"Terkadang apa yang kita yakini baik kenyataannya berbanding terbalik, mungkin Allah sedang menjauhkanmu dari cinta yang salah. Jika pada akhirnya kamu tidak bersama dengan orang yang sering kamu sebut dalam do'amu, mungkin kamu akan dibersamakan dengan orang yang diam-diam mendo'akanmu. Mungkin, Sakha memang bukan yang terbaik untuk Ari."
Ariana menatap Nafisah, dan Nafisah langsung memeluk Ariana menepuk pundaknya pelan. Tanpa disadari air mata yang mati-matian ia tahan akhirnya tumpah juga. Air matanya terus mengalir membasahi kedua pipinya namun bibirnya mencoba untuk tersenyum setidaknya inilah yang bisa ia lakukan berusaha tegar dihadapan orang.
Dinginnya angin sore tidak terlalu berdampak pada tubuh Ariana, gadis itu tetap mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Suasana hatinyapun memperkeruhnya. Mendadak motornya tiba-tiba mogok.
"Aghh, kenapa ada acara mogok sih?"
Soal mesin motor Ariana bukan ahlinya, alhasil dirinya mendorong motornya. Ariana menghembuskan napasnya dengan kasar. Gadis itu terus berjalan, jalanan memang ramai namun semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing tanpa ada niatan untuk menolong.
Cukup jauh Ariana mendorong hingga dirinya kelelahan dan menyerah. Ariana berhenti di sebuah emperan toko yang sudah tertutup. Gadis itu duduk berjongkok sambil menerawang akan keberlangsungan nasib hatinya. Mendadak otaknya teringat kejadian saat berada di rumah Nafisah.
"Ya Allah, saat aku yakin dengannya dan menaruh rasa ini, kenapa jadinya begini? Sakit, sakitnya di sini di dalam hatiku."
Air matanya perlahan kembali tumpah bebas di kedua pipinya. Dalam benaknya terus terucap lirih berbagai kalimat dengan awalan 'mengapa', berusaha menenangkan diri namun hasilnya nihil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terbaik (HIATUS)
FantasyAriana yang sudah berumur 26 tahun terus di desak oleh orang sekitarnya untuk segera menikah namun dirinya masih betah untuk sendiri hingga seorang guardian Angels dan Secret Admire datang tanpa permisi mengobrak - abrik pertahanannya. Penasaran den...