ARIAL
"Halo?"
Suaranya sedikit hilang performa tidak seperti biasanya. Ada serak yang terdengar. "Aku tahu, Luhan pasti meninggalkan sesuatu.Ia tidak bodoh." Kataku mencoba dengan nada biasa, meski tentu saja ada sedikit bulir yang lolos dari mataku.
"Memang." Hanya itu jawab Sehun. Wah! Pria ini ingin aku habisi saja rasanya. Begitu singkat, padat dan jelas.
Lantasan, di antara keheningan yang mengelilingiku sementara aku berpikir apa yang harus katakan padanya lagi setelah ini, mataku kembali menatap kata perkata yang tertulis dalam surat itu.
Untuk: seorang gadis yang datang bagai asap yang tertiup angin.. Arial
Peraturan membaca surat ini adalah 'JANGAN BERHENTI MEMBACA SAMPAI KALIMAT TERAKHIR SURAT.' Kau mudah teralihkan karena hal – hal lain, jadi turuti kataku.
Ketika aku menulis ini, tanganku sedikit merasa aneh. Kau tahu kenapa? Aneh, karena ketika menulis surat untuk Sehun begitu mudah, mengapa untuk gadis yang aku cintai malah menjadi kaku dan sulit begini. Seakan, aku hilang frasa untuk ditulis.
Arial, seorang gadis yang tinggal di negara empat musim namun hanya punya kepribadian satu musim. Atau mungkin dua? Setelah aku menikahinya. Awalnya kau adalah gadis yang ceria, bagai musim semi yang peralihan ke musim panas. Dan menjadi melankolis bagaikan musim gugur. Ingat pertemuan kita? Tidak berkesan dan juga ada Sehun di sana. Aku tidak mau bicara tentang dia, karena surat ini tentangmu.
Mungkin kau akan mengatakan kau akan bahagia saat bersamaku. Benar, aku melihatmu tertawa, aku menyukai ketika kau akhirnya bersandar padaku, ketika akhirnya kau mantap dengan keputusanmu menikah denganku. Aku bahagia juga soal itu. Namun, seperti jalan yang diaspal, selalu akan ada lubang kecil meski sudah ditambal oleh aspal yang baru. Dan, itulah Arial.
Lubang yang tetap ada meski sudah ditambal. Tidak dapat mengisi celahnya, dan itulah aku. Kenapa aku jadi berbicara tentang aspal? Aku tidak pintar membuat umpama. Jadi, mau seperti apapun aku mengikatmu dalam sebuah pernikahan, sebesar apapun aku mencintaimu, namun aku tak pernah dapat mengisi hatimu, sekalipun itu hanya celah kecil saja. Dan, aku sadar bahwa mecintai saja tidak cukup, tapi semua butuh perjuangan dan pengorbanan. Lantas, jika kau tanya apa aku sudah berjuang dan berkorban untukmu? Maka, jawabannya adalah tidak sama sekali.
Tapi, kau sadar? Untuk memperbaiki aspal, ada pekerja yang rela terbangun di tengah malam hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya karena besok jalan itu harus dipakai kembali untuk orang – orang. Dan, orang yang melakukan pekerjaan itu adalah dia.. jadi, kau sudah berpikir hal yang sama denganku?
Jangan terlalu bodoh soal ini, aku mohon padamu Arial. Ini bukan ujian matematika ataupun fisika yang memakai rumus. Kau bisa berpikir dengan logika –emm, tidak itu tak tepat. Tapi, pakai saja hatimu. Gunakan hatimu untuk menemukannya.
Dan, kau perlu tahu satu hal lagi. Yang sungguh berkorban untukmu dan akulah yang benar–benar tulus mencintaimu. Dan, perlu kukatakan juga, bahwa kau juga sudah berkorban banyak hal dan menurunkan egomu untuk membuatku bahagia. Terimakasih sudah menjadi istri yang baik, dan aku bangga padamu. Mungkin, ia akan bangga padamu, meski ia tidak mengatakan itu terang–terangan di depanmu. Arial, sekali lagi ...temukan perasaanmu yang sesungguhnya, tolong bayangkan saja jika aku tidak pernah datang dalam hidupmu. Kau pasti, akan menemukan jawabannya.
"Kau tidak ingin mengatakan sesuatu padaku?"
"Jangan kemana pun!.." Aku sudah terkekeh tanpa suara begitu mendengar titahnya yang penuh peringatan. "...Kau tidak boleh keluar dari hidupku dan masuk ke hidup pria lainnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
【Soon】EHC Sequel: (still) Come and Gone
FanfictionMenjadi sahabat, tidak harus selalu akrab. Persahabatan kami adalah persahabatan yang seperti itu. Kebersamaan tetap ada meski kami tidak akrab? Ya, itulah aku dengan dia. Sampai suatu hal lain, mengubah segalanya di antara kami. Dan, tidak ada ya...