-=XVII=-
Lari Arial harus terhenti, lantaran perawat Na meminta Sehun saja yang masuk ke dalam kamar Luhan, ada perbincangan empat mata yang harus mereka bicarakan. Sebelum masuk ke kamar, Sehun lebih dulu menaruh kedua tangannya di bahu Arial yang sudah bergetar karena menangis.
"Jangan khawatir, hyung perlu bertemu denganku karena ia mungkin saja rindu padaku."
Setelahnya, tanpa mendengar jawab Arial lelaki itu masuk ke dalam kamar rawat Luhan. Hyeri yang baru datang, melihat Arial begitu muram segera membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Ia berharap, kali ini Arial akan merasa lebih baik.
"Luhan akan baik – baik saja."
**
Luhan membuka alat bantu oksigen yang membuatnya terus bernapas. Ia merasa keadaannya sedikit lebih baik dari sebelumnya. Meski Sehun sudah melarangnya, namun kali ini Luhan lebih keras kepala dari biasanya, membuat Sehun akhirnya menyerah dan tetap berdiri di sisi pembaringan Luhan.
Ia kini bingung apa ia harus marah pada Luhan karena telah membuat sahabatnya nangis terus-terusan, menahan segala sesak yang tak dapat ia suarakan. Atau, harus ikut iba melihat keadaan Luhan yang jauh dari kata baik.
"Maaf. Karena terlampau sering membuat Arial menangis. Aku juga tidak sanggup membuat sebuah bahagia untuknya, dan bertahan lebih lama lagi setelah ini –'
Oh! Jadi Luhan minta maaf pada Sehun? Ya, Sehun mensyukuri karena akhirnya ia tidak jadi marah pada Luhan, walau sebenarnya rasa kesal itu masih ada. Ataukah, Sehun merasa seperti itu sebenarnya hanya ditujukan untuk dirinya sendiri? Lelaki itu juga tidak tahu, bagaimana ketepatan perasaannya sekarang. Detik ini mungkin ia geram, kesal. Bisa jadi, detik berikutnya ia menyesal, marah bahkan sedih.
"Untuk itu semestinya kau bertahan,membuat bahagia Arial, karena kau adalah lelakinya." Sehun menyela cepat. Tak berhenti, ia membuang napas kasar, begitu tak sengaja matanya menangkap sebuah bingkai foto yang ada di atas nakas. Foto pernikahan Luhan dan Arial.
Ya Tuhan, bagaimana Arial bisa begitu cantik di dalam sana. Namun, mengapa itu tidak seperti Arial yang ia kenal? Segala ekspresi Arial, entah sorot matanya ataupun senyumnya yang tertaut terlihat artifisial untuk Sehun.
Luhan hanya memandang Sehun jenaka, begitu menyadari bahwa adik tirinya itu kini memandang foto pernikahannya begitu intens disertai dengan dahi yang mengerut jelas. Dengan cepat, ia mengambil sebuah amplop cokelat panjang dari bawah bantalnya.
"Ini! Untukmu."
Pandangan Sehun segera beralih pada amplop cokelat yang masih berada di tangan Luhan. Tidak kunjung diterima, tangan Luhan lebih dulu untuk mengambil tangan kanan Sehun dan memberikan surat itu cepat.
"Jangan membukanya –'
"...sampai aku sudah tidak ada di antara kalian lagi."
Cukup panjang perbincangan mereka, yang pada akhirnya membawa Sehun untuk keluar dari kamar Luhan dengan surat yang sudah ia taruh di saku celananya.
**
Arial baru saja kembali dari mengantar Hyeri yang pulang setelah mengantar bagian tugas yang harus ia kerjakan.
"Ada apa Hyeri ke sini?"tanya Sehun, Arial sudah tidak menangis, wajahnya juga lebih cerah dari sebelumnya. Entah sihir apa yang Hyeri berikan untuknya juga Sehun tidak tahu. Yang jelas, Sehun cukup lega melihatnya.
"Memberiku tugas. Aku tidak berniat untuk cuti, karena aku akan lulus lebih lama lagi nanti. Apa yang kalian bicarakan?"tanya Arial, matanya melihat kamar Luhan dimana lelaki itu kini memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
【Soon】EHC Sequel: (still) Come and Gone
FanfictionMenjadi sahabat, tidak harus selalu akrab. Persahabatan kami adalah persahabatan yang seperti itu. Kebersamaan tetap ada meski kami tidak akrab? Ya, itulah aku dengan dia. Sampai suatu hal lain, mengubah segalanya di antara kami. Dan, tidak ada ya...