"Hyung!"
Lelaki itu tersenyum kilas, lantas ia berhenti begitu hampir beberapa meter lagi tiba di hadapan Sehun. "Berhenti di sana. Jangan melangkah dulu."pintanya membuat Sehun hanya mengikuti instruksi bodoh kaka tirinya itu. Ia mengernyit tak paham, apa maksud semua perintah bodoh ini?
Lantas, lelaki itu kembali tertawa. Dan melangkah lalu memeluk lelaki dengan seragam sekolahnya yang masih lengkap. "Kau bodoh. Mengapa memilih menjemputku, dan bolos sekolah? Kau benar-benar.."
**
"Ada apa? Arial. Ketika pelajaranku kau nampak begitu sa –ngat menikmatinya.."
"ne?"
"..sampai ngantuk dan terantuk meja seperti itu.."
"aah, anindeyeo.."
"Lebih baik keluar dan cuci mukamu sekarang, dan tidak usah kembali sampai selesai jam ku nanti."
"eh?"
"Keluar!"
**
"ck.ck.ck. Ponselmu hening sekali. Bahkan instagram saja kau tak punya."
"Aku tak menyukai hal seperti itu, tak penting."sahutnya masih tak begitu menjadikan topik receh itu sebuah atensi yang harus didengarkan dengan seksama. Arial terbahak mendengar itu, lantas ia menjentikkan jemarinya. "aigoo. Ini adalah zaman modern, kita adalah masyarakat mill –milliar? Bukan, mill –mill apa.."
"Millenial."
"Ah.. ya itu maksudku. Dan juga kita bisa date-date.. apa itu sebutannya?"
"Update."jawab Sehun meluruskan hipotesa gadis itu seraya menggeleng, sebenarnya Sehun tak mengerti apa isi otak Arial sehingga istilah sederhana seperti itu saja dia tidak tahu, namun entah mengapa itu adalah sebuah hiburan untuk Sehun. Well, memang ada gadis lain yang punya pemikiran sedangkal dan sepolos anak yang satu ini? Tidak ada, dan tidak akan pernah ada.
Diam-diam sebuah ulas senyum tertarik dari sudut bibir Sehun yang tertutupi oleh buku yang ia baca.
**
"Oppa, boleh aku bertanya padamu?"tanyaku kemudian mengalihkan pandanganku dengan menoleh padanya. "Permintaanmu dikonfirmasi."jawaban Luhan ketika aku memulai perbincangan selalu lucu. Aku terkekeh lalu menaruh gitar itu di sisi dinding balkon, menyuruhnya untuk kembali duduk di tempatnya.
"Sebenarnya, apa kunjunganmu kali ini untuk berbicara yang sebenarnya pada Sehun tentang apa yang terjadi, sebenarnya..Kau tahu maksudku,kan?"tanyaku seraya menatapnya hati - hati.
**
"Hari ini tanggal berapa?"
Sehun sekarang mengalihkan pandangannya padaku, ia menatapku begitu malas. "Lihat saja kalender."
"Hari ini perayaan pernikahan orang tuamu."tandasku berusaha mengingatkan bahwa seharusnya dia benar-benar mesti melakukan sesuatu kalau memang ingin orang tuanya kembali bersama.
"Arial, mereka sudah tidak bersama. Apa yang harus dirayakan?"
Entah kenapa, tanya Sehun justru melukaiku kembali. Dan, mungkin Sehun menyadari perubahan wajahku jika dia memang manusia. "Setidaknya jika kau rindu kau tidak perlu menahan rindumu seperti aku."
**
"Terimakasih untuk hari ini." Sehun membuka topi yang ia pakai sejak tadi. Arial tersenyum kecil lalu menggeleng, "Sudah sangat lama sejak mereka pergi.. tapi, entah mengapa melihatmu bisa memeluk ibumu membuatku iri dan aku merasa bersalah di waktu yang sama." Kesedihan Arial menyentuh perasaan Sehun, namun ia tidak tahu bagaimana mengespresikan kesedihan itu. Sehun ingin sekali membawa Arial dalam peluk terdalamnya, namun sedikit Sehun melangkah membuat jantungnya berdetak lebih kencang lagi.
**
"Wajahmu murung berpikir tentang Arial bukan?"
"Aku tidak punya jeda untuk mengalihkan diriku dari dia. Melihat bagaimana kecerobohannya."
"Itulah kenapa aku menolakmu. Kita begitu klise, seperti domino.. aku jatuh untuknya, dia jatuh untuk Arial dan kau juga."
"Hanya Seokmin."
"Menaikkan gengsi untuk tidak mengakui itu hanya untuk membuat dirimu sendiri merasa aman dan menurutku itu egois."
**
"Oh Sehun.."
"Apa?"
"Ternyata..kau manusia juga ya?" Aku tidak tahu harus berpendapat apa lagi soal kejujurannya. Saat itu, mataku tak dapat lepas dari Oh Sehun. Aku seperti ditarik ke dalam dunianya, apalagi saat mata tajamnya menatap mataku begitu penuh. Senyumnya merekah, layaknya orang yang sedang jatuh cinta. Dan, aku tidak bisa bilang kalau senyumnya itu jelek.
"Lalu apa kalau bukan? Kloningan dariku juga tidak akan memiliki wajah yang tampan sempurna begini, kau tahu?"
Aku hampir tersedak,"Wah! Orang jatuh cinta memang begini ya sikapnya? Kau memang tidak pernah tidak menjadi menyebalkan di mataku."
**
"Antarkan saja dia ke kamarnya." Setelah melepas rangkulannya dari Arial. Paling tidak, ia mampu berjalan sendirian ke dalam kamarnya tanpa harus digendong seperti tadi,kan?
"Kau mau kemana memangnya?"tanya Huijin yang segera berdiri di sisi Arial. Sehun masih melangkah, namun menjawab. "Ke kamarku tidur."
"aigoo! Unni, dia dingin begitu masih saja pertemanan kalian bertahan."celetuk Huijin begitu Sehun sudah masuk ke dalam rumah. Arial hanya tertawa renyah sebentar,"Biar saja, dia lelah hari ini. Dia telah mengalami banyak hal yang membuatnya repot. Aku sarankan, kau punya satu teman lelaki sepertinya."
"Kenapa?"
"Kau akan dijadikan segalanya, meskipun waktu mengubah orang-orang di sekitarmu. Dia menjadikan aku seseorang yang berharga, meskipun orang lain menganggapku tidak ada nilainya. Dia memberi keistimewaan itu dengan caranya sendiri, yang dingin dan terlihat seperti tanpa perasaan. Itu sebabnya, pertemanan kami bertahan, atau klisenya aku dapat menghadapi sikap menyebalkannya, dan dia dapat menghadapiku dengan apa adanya."
a.n :
telat si emang bikin teasernya udah 4 chapter di publish.. hufft.. tapi biarkanlah, biar greget! ^^ vote do not forget!
![](https://img.wattpad.com/cover/130429313-288-k524916.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
【Soon】EHC Sequel: (still) Come and Gone
FanficMenjadi sahabat, tidak harus selalu akrab. Persahabatan kami adalah persahabatan yang seperti itu. Kebersamaan tetap ada meski kami tidak akrab? Ya, itulah aku dengan dia. Sampai suatu hal lain, mengubah segalanya di antara kami. Dan, tidak ada ya...