¬ 022

70 27 0
                                    

"Ayah, Dyaaz ngambil mobil dulu ya sekalian mau manasin" ujar Dyaaz pada Abraham. "Ayo bang, temenin sekalian bukain pager"

June mengangguk, kemudian ia dan Dyaaz meninggalkan Salma dan Abraham didepan pintu rumah.

"Salma, boleh om ngomong sesuatu sama kamu?" tanya Abraham.

Salma menatap Abraham, "Boleh, emangnya om mau ngomong apa?"

Abraham berdehem, "Begini Salma, om ingin berterimakasih sama kamu karena kamu sudah baik sekali sama Dyaaz dan juga keluarga ini. Om sangat senang kamu tidak memandang apa latar belakang Dyaaz dan dari siapa ia dilahirkan, karena bagi Dyaaz mungkin sangat sulit untuk mencari teman dekat. Ya, seperti yang kamu tahu teman Dyaaz itu sedikit, bisa dihitung dengan jari.

Tak banyak yang mau berteman dengan Dyaaz mengingat ia adalah anak dari seorang pemakai narkoba, sulit untuk Dyaaz menemukan teman yang benar-benar tulus. Mungkin ini semua salah om, om sudah gagal mendidik Dyaaz. Om gagal menjadi Ayah yang baik untuk Dyaaz"

Salma memotong omongan Abraham, "Om, nggak ada orang tua yang gagal mendidik anaknya. Adanya hanya orang tua yang keliru saat mendidik anak"

Abraham tersenyum simpul, "Oh iya satu lagi Salma. Jika suatu saat kamu melihat Dyaaz sedang emosi, om mohon sama kamu tolong kamu maklumi sikap dia yang seperti itu. Om mohon, kamu jangan tinggalkan dia disaat emosinya sedang tidak terkontrol. Rangkul dia, Salma. Tutupi kekurangan Dyaaz dengan segala kelebihan kamu. Sikap Dyaaz yang emosian itu adalah sikap bawaan, dulu Om dan Almarhumah Mama nya sering bertengkar dengan kata-kata kasar dan Dyaaz sering sekali mendengarnya mungkin itu juga yang membentuk karakter emosian Dyaaz hingga sekarang"

Salma menghela napas kemudian ia menatap Abraham, "Inshaallah om, inshallah Salma bisa memaklumi sikap Dyaaz yang emosian om. Dan inshaallah, Salma tidak meninggalkan dia disaat emosinya sedang tidak terkontrol seperti apa kata om"

"Om tahu kamu wanita yang baik, Salma. Dan om percayakan itu semua sama kamu" ujar Abraham.

Suara klakson mobil didepan pagar pun taklama terdengar ditelinga Salma dan Abraham,

"Salma, itu Dyaaz udah nungguin. Kamu hati-hati ya, kapan-kapan main kesini lagi kalau bisa ajak kakak dan adik kamu ya?" ujar Abraham. "Jangan lupa, kalau kesini rame-rame kamu harus masak ya sama kakak kamu itu"

Salma tertawa sambil salaman dengan Abraham, "Hehehe iya om! Pasti" 

"Yaudah Salma pamit pulang dulu ya om, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" balas Abraham.

Abraham melihat kepergian Salma dengan Dyaaz, dalam hati ia meminta agar Salma akan selalu ada disamping Dyaaz apapun keadaannya. Ia percaya Salma adalah wanita yang baik dan penyabar dan ia yakin Salma bisa menghadapi kerasnya Dyaaz.





















hiyakkkkk maapkeun lama update bikoz aku udh mulai masuk kuliah lagee:(

// instagram - hangyulisme //

oh! my pretty salma ¦ byounggon ft. jiwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang