5

34 3 0
                                    

Menyadari bahwa aku melihat Austin di dalam foto itu sangat membuatku gugup. Juga membuatku merasa tidak nyaman. Senyuman yang dia lukiskan di wajahnya di dalam foto itu mengingatkanku akan masa-masa kuliah dulu.

Austin tidak berubah. Masih bersinar seperti dulu.

"Mbak," panggil seseorang ketika aku sedang memerhatikan foto itu-membuyarkan lamunanku. Aku menoleh. "Mau minum apa? Teh? Air putih? Kopi?"

"Ah, ga usah. Saya cuma sebentar kok disini," jawabku, sungkan.

"Mbak temennya Non Tia, ya?" Aku mengangguk. "Tadi saya disuruh sama ayahnya Non Tia buat bilangin ke Mbak untuk makan malem bareng."

"Hah?" sahutku spontan. "Gimana, gimana?"

"Iya, jadi kebetulan hari ini Mas Lio pul-"

"ADIKKU!" teriak seseorang di jauh sana yang terdengar jelas sampai ruang tamu. Sontak, aku dan ibu-ibu ini menoleh ke arah suara itu. Lalu dilanjutkan dengan suara teriakan kecil seorang perempuan.

"Ada apa ya, Bu?" tanyaku.

Tanpa memalingkan wajahnya kepadaku dan masih memerhatikan ke arah suara teriakan itu, dia menjawab, "Mungkin itu Mas Lio sama Non Tia. Mas Lio suka jailin adikinya itu." Ibu itu tersenyum.

Belum sempat aku menanggapi perkataan itu, pintu terbuka dan datanglah seorang laki-laki. Sinar matahari terbenam yang bersinar ke arah dalam pintu membuat pandanganku silau ketika pintu itu terbuka. Yang terlihat dari laki-laki itu hanyalah siluetnya. Siluetnya yang indah.

Setelah dia menutup pintunya, siluetnya menghilang dan wajahnya terlihat dengan jelas. Wajahnya sangat indah. Jantungku berdegup sangat kencang. Aku sangat gugup ketika kedua mata kami saling bertemu.

Semuanya terasa sunyi. Waktu pun serasa berhenti.

Austin, apakah kau masih mengingatku?

***

Jakarta, 2010

Minggu orientasi. Inilah rasanya bagaimana aku bersemangat dan juga tidak bersemangat di waktu yang bersamaan. Aku bersemangat karena aku suka hal yang baru. Tapi aku tidak suka kalau hal yang baru itu membuatku merasa sangat tidak nyaman. Teman-temanku yang satu SMA denganku berkuliah di tempat yang berbeda. Dan yang satu universitas denganku mengambil jurusan yang berbeda denganku. Bahkan tidak ada yang satu fakultas bersamaku. Jadi di minggu orientasi ini, aku benar-benar harus mencari teman baru.

Gina adalah teman dekatku sewaktu SMA yang juga berkuliah di universitas yang sama denganku. Tapi dia mengambil jurusan kedokteran, sedangkan aku mengambil jurusan desain komunikasi visual. Tentu kami berada di fakultas yang berbeda.

Hari pertama berjalan dengan biasa-biasa saja. Aku menemukan beberapa teman baru tapi belum terlalu dekat.

Hari yang kedua juga hampir sama dengan hari pertama. Hanya saja di akhir hari orientasi yang kedua ada yang sedikit berbeda dari hari yang pertama. Kegiatan selesai di sore hari.

Sore itu aku berencana untuk pulang bersama dengan Gina. Karena kegiatanku selesai duluan, aku pergi ke gedung tempat kegiatan Gina dilaksanakan. Aku duduk dan menunggunya di luar gedung. Sangat lama.

Kemudian seseorang berjalan ke arahku. Dia menggunakan topi hitam dan berjalan dengan menundukkan kepalanya. Awalnya aku tidak memerhatikannya. Tapi kemudian dia berhenti tepat di depanku dan terdiam untuk beberapa lama.

Awalnya aku berpikir mungkin aku mengenali orang itu. Jadi aku mencoba untuk melihat wajahnya yang tertunduk. Dia tidak mengangkat wajahnya, tapi aku bisa melihat wajahnya. Setelah aku melihat wajahnya, aku menarik kesimpulan bahwa aku tidak mengenali orang itu. Terus siapa dia?

Me & Her BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang