SUARA ALAM

39 1 0
                                    


Aku rindu suara kicau burung, suara si jago yang berteriak kencang memanggil jiwa yang tertidur. Terasa sesak udara terhimpit gedung-gedung kaca.

Burung kutilang pun enggan bernyanyi, terserak asap pabrik berdebu. Hijau daun seketika menguning seolah tanah tak lagi bersahabat.

Tanah mengering, rerumputan terkubur dan tergusur mesin-mesin serakah. Sapi-sapi kelaparan, para peternak mengakat tangan dan berseru di depan istana penguasa.

Pagar besi terpampang megah, pertanda tuan rumah tak peduli suara rakyat-rakyat kecil. Catur-cartur istana berdiri tegak mengempal tangan didepan para penuntut hak.

Mata dan suara berperang hebat, pikiran dan hati tak terhiraukan lagi. Entah sudah harapan rakyat; alam tersudut menangis sedih, Tuhan geram bencana pun datang, menelan habis mahluk-mahluk serakah.

Menyesal sudah para penguasa, dihancurkan tanah kelahiran; mayat-mayat bertebaran berbau tak sedap menyengat masuk paru.

Sudah usai, alam sudah tak bercinta lagi dengan kita, Tuhan pun enggan menolong, sampai akhirnya kita melolong menangis menyesal.

GELAS PUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang