SPERMA BUKAN TANDA CINTA 2

24 1 0
                                    


"Kau adalah imam bagi wanita.
Kau seharusnya bisa menjaga setiapnya.
Bukan malah mengambil jatah sebelum tiba saatnya." Kata mu.

Sepanjang perjalanan malam itu, kau terus merayuku.

Kau berkata "Hawa diciptakan Tuhan dari tulang rusaknya Adam. Sudah sepantasnya malam ini kita berdua rayakan."

Kau membuka gerbang untuk ku,
Kau perlihatkan aku segala pernak-pernik
yang kau punya.

Dari gunung berpuncak merah gelap, hingga hutan lebat berkawah pucat.

Seketika aku terpesona, dalam hati aku berkata "Tuhan, apakah aku harus membaca Basmalah?"

Sedang aku berbuat sebelum aku mengucap dua kalimat syahadat.

Sedang aku yang berbuat sebelum ada kesepakatan di tengah tangan yang berjabat.

Aku memeluk ragu, takut malaikat mengintip ku malu.

Aku mencium malu, takut syaitan terus membisik halu.

Aku takut, sungguh, malam itu aku sangat ketakutan.

Tapi seakan semuanya pudar, ketika kau mulai menggeliat tak sabar.

Aku mulai mendaki dengan gagah, melewati lembah dengan perkasa, lalu berkemah pada goa yang sungguh megah.

Langkah ku pelan dan perlahan. Takut terpental oleh lantai goa yang plin-plan.

Kadang lebar, kadang sempit.
Kadang basah, kadang kering.
Sesekali juga sedikit lembab dan licin.

Di dalam tak ada kelelawar atau binatang lainnya. Sunyi, hanya terdengar gemericik air pada dinding goa.

Lalu aku memberanikan diri untuk semakin dalam memasuki goa yang tadinya ku kira lembah.

Semakin dalam, semakin hangat. Tak ku sangka ada goa sehangat itu. Aku semakin nyaman tapi rasanya tak aman.

Aku tiba-tiba terdiam, tak bergerak.
Mematung lemah tak berdaya.
Setelah dinding goa itu ku coret-coret, se-enakku.

Setelah ku tulis namaku pada dinding goa dengan benda yang bertinta, yang ku bawa setiap harinya.

Putih, dinding goa, aku terus memandangi namaku sebelum aku meninggalkan goa dan menitip do'a.

Aku pergi untuk malam itu.
Aku tak akan kembali.
Apapun yang terjadi.
Kau juga harus pergi, kita sudahi malam purnama yang kita alami.

Aku menyesali, kau juga harus mengikuti.

Lalu aku berbisik kepada Tuhanku "Aku tidak akan mengambil jatah sebelum tiba saatnya, jika dia tidak merayuku. Percayalah, dia dan syaitan itu menggodaku. Dia yang membukakan segala pintu untuk ku, aku hanya datang sebagai tamu."

21 September 2020

Ali sodikin

GELAS PUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang