JATUH KE BUMI

20 3 0
                                    


Hembus angin terdengar pelan, kala sejuk di musim gugur.
Tak henti berbisik bengis seolah kemarin tak ada tangis.
Lembut dan halus masuk dari telinga menembus dada.

Hati tergetar disentuhnya pelan, suara gemuruh hati oleh akal yang menolak rasa.
Helai pada ranting terbawa lebayu-lembayu.
Terbang melayang tak tau arah pulang, sebab kering diatas sana.
Daun itu seperti menangis, bersorak seolah meminta ku untuk menjemput.

Namun ku tak bisa, sebab kita dua rasa yang berbeda.
Terus ku pandangi, semakin tajam dan semakin membabi buta hati ingin menolong.
Tak tega rasa melihat daun itu jatuh sampai ke muka bumi.
Karena ku tau; sungguh jatuh itu bukan hal yang mengenakkan.

Tangan ku terangkat, menadah melawan angin dan pikiran yang menolak.
Tak ku hiraukan meski dunia memarahi; meski raga tak menyetujui.
Untuk apa daun ini ada di genggam ku, apa benar ini untuk ku; atau mungkin ini sebuah kesalahan cipta dan rasa.
Entahlah, yang terpenting niat tulus ingin menolong walau hati akhirnya tak tertolong.

GELAS PUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang