Sudikah Tuhan menjatuhkan satu bintang yang aku inginkan?
Dan sudikah Tuhan menjaga satu bintang untuk ku bahagia nanti?
Mugkin tidak.
Dengan aku yang sekarang, pantaskah aku memimpikan bintang yang begitu indah?
Dan apakah aku pantas untuk Tuhan jadikan pelindung bagi bintang?
Mungkin tidak.
Selalu saja aku berharap kepada keindahan yang mutlak namun mustahil aku miliki. Melihat mu saja aku bahagia, aku tenang disetiap sisi-sisi malam. Kau penyempurna, kau lengkapi jiwa dan kau buat dunia ini istimewa untuk ku tetap berpura-pura tak mengagumimu.Aku selalu melihatmu dari sudut malam, sudut gelap dimana rasa tak akan pernah tersampaikan kepadamu, bintang.
Apa kau juga melihatku dari sudut sana? Atau bahkan kau tak mengenal ku?
Tapi tak mungkin Tuhan tak menyampaikan pintaku terhadapmu.
Karena aku percaya, Tuhan tak akan membebani setiap rasa yang tulus.Aku sering terbawa keserakahan, seringkali aku ingin bahagia sendiri. Sering pula aku merasa istimewa disisimu, bintang.
Aku tak menerima ketika pajar tersenyum indah. Aku sering membenci hal itu. Karena aku tak ingin berhenti melihat indahmu, bintang.
Namun, tatkala senja melambai, aku merasa seakan seisi dunia ini hanya aku yang hidup, punya mata, dan rasa. Dan saking bahagiannya aku, aku sampai lupa bahwa aku bukan siapa-siapa, tak berarti dan bahkan tak kau kenali. Teruntuk kamu bintang, diamlah disudut sana. Kau tak perlu jatuh seperti pintaku kepada Tuhan. Biar nanti aku saja yang menjemputmu. Karena aku tau betapa sakitnya jatuh Ditengah dunia yang pana ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
GELAS PUISI
PuisiKumpulan puisi yang semoga bisa bermanfaat bagi teman-teman. Puisi yang tidak mencantumkan nama penulis adalah karya dari bukan.pangerann (nama pena seorang penulis). Dan pada antologi puisi ini juga memuat karya dari komunitas Cangkir Inspirasi.