Kalo sepi komennya gue ga update lagi. Bay.
Jeno menatap pantulan dirinya di cermin besar yang terletak di sudut kamarnya. Kaus hitam yang ditutup jaket kulit hitan dan celana jeans hitam sudah melekat apik di tubuhnya. Kacamata juga sudah bertengger manis di hidung bangirnya. Pemuda itu mengangguk, kemudian melangkahkan kakinya keluar kamar.
Pemuda itu benar-benar menepati janjinya untuk bertemu dengan Herin di sore ini. Jeno harus meluruskan semuanya hingga selesai. Jika bukan sekarang, maka kapan lagi ia akan mendapat kesempatan untuk berbicara serius dengan Herin?
Sebenarnya Jeno juga mengajak Jaemin tadi. Tapi pemuda manis itu menolak dan mengatakan bahwa Jeno dan Herin butuh waktu untuk berbicara empat mata.
Tapi sebenarnya, Jaemin tahu, ia hanya pihak pengacau disini. Tak sepantasnya dia berhadapan dengan Herin.
Jeno memasuki starbucks dan menemukan Herin yang tengah duduk di sudut ruangan sendiri. Tanpa pikir panjang, pemuda itu segera melangkahkan kakinya menuju Herin.
Jeno menghampiri meja bernomor 25 itu. Di atas meja itu sudah ada ice caffe latte kesukaannya. Mungkin Herin sudah memesannya sejak ia datang tadi.
"Nunggu lama?" Tanya Jeno sembari menarik kursi tepat di hadapan Herin.
Herin menggeleng. "15 menit mungkin?" Gadis itu menjawab pertanyaan Jeno dengan pertanyaan pula. "Jadi, mau mulai darimana?"
Jeno tertawa pelan. "Formal bener kek apaan deh." Jawabnya santai.
"Jelasin semuanya, kak. Tanpa terkecuali." Ujar Herin menuntut.
Jeno menghela nafas. Mengambil minumannya kemudian menyedotnya sedikit. Baru setelah itu ia menatap kekasihnya tersebut. "Aku sama Jaemin sahabatan. Kamu tau itu. Dari aku kecil, aku lahir, aku udah kenal sama yang namanya Arnata Jaemin Hanggara."
Jeno mengambil jeda. Memperhatikan embun di sekitar gelas plastik minumannya, kemudian tersenyum. "Aku udah hidup sama Jaemin selama 18 tahun."
"Berhenti. Aku ga minta kakak cerita tentang persahabatan kalian. Aku cuma mau penjelasan tentang komen di instagram tadi!" Ujar Herin kesal. Dia sedang dalam mood yang buruk dan Jeno malah memancingnya dengan terus mengatakan soal Jaemin.
Jeno tersenyum tipis. "Santai aja lah, dek. Jarang - jarang kita berduaan begini. Aku mau cerita dari awal yang bener bener awal. Jadi tolong, dengerin dulu."
Herin mendengus kesal, namun Jeno tetap melanjutkan ceritanya. Pun dia memang butuh meluruskan semuanya disini.
"Jaemin ada di setiap waktuku. Pagi, siang, sore, malem, subuh, maghrib, semuanya ada Jaemin. Jaemin itu temen pertamaku dan juga--" Jeno menghela nafas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya. "--cinta pertamaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
❝ Cuma Temen? ❞
Fanfiction【NOMIN】 ❝Kan pacarmu itu Dek Herin! Bukan aku!❞ --Arnata Jaemin Hanggara. ❝Tapi, kalo aku sayangnya sama Arnata Jaemin, aku bisa apa?❞ --Raditya Jeno Pradana. jojoacel © 2018