Ga berani bikin ahek ahek yang eksplisit. Dihujat aku tuh kemarin :(
"Dek, Nata kemana?"
Jisung yang sebelumnya tengah sibuk mengencangkan tali sepatunya mendongak. Menemukan Jeno yang terlihat tergesa-gesa. Wajah pemuda itu juga tampak sangat berseri. Jisung takut sendiri melihatnya.
"Apaan sih itu muka senyum-senyum gitu." Ujar Jisung mengomentari Jeno. "Kak Nata di dalem. Lagi tidur kali."
Jeno mengangguk. Namun baru saja pemuda itu hendak melangkah, suara Jisung menginterupsinya.
"Kak, aku keluar, nginep di rumah temen. Papa mama keluar kota dari semalem. Temenin Kak Nata ya. Kalo nginep, jangan lupa kunci pintu. Motor Kak Radit masukin garasi juga." Pesan Jisung panjang lebar. "Aku berangkat, Kak."
Jeno tersenyum penuh arti. Menepuk puncak kepala calon adik iparnya tersebut, kemudian melesat masuk ke dalam kediaman keluarga Hanggara tersebut.
Jisung menggidikan bahunya tak peduli melihat Jeno yang terlihat sangat bahagia. Pemuda tampan itu segera mengeluarkan motornya dan mengunci pintu gerbang. Karena ia yakin, Jeno pasti melupakan pesannya untuk mengunci pintu. Jisung terlampau hafal pada sifat Jeno yang tidak peduli hal lain saat sudah bersama Jaemin.
Bucin.
Jeno melangkahkan kakinya lebar menuju kamar Jaemin yang terletak di lantai dua. Membuka cepat pintu kamar tersebut dan menemukan Jaemin yang tengah bergelung dalam selimut biru langitnya.
Pemuda tampan itu tersenyum. Memasuki kamar dan tak lupa menutupnya. Ia melepas jaket kulitnya kemudian melemparkannya pada sofa di sudut kamar Jaemin.
Jeno beringsut mendekat pada ranjang Jaemin. Menemukan pemuda manis pujaan hatinya yang tengah tidur dengan tenang. Tubuh berbalut selimut, tangan yang memeluk erat boneka Jenonie, dan bibir yang mengerucut pelan membuat senyuman Jeno semakin berkembang.
Tangan Jeno terarah untuk mengusap pipi tembam Jaemin yang semakin membulat setiap harinya. Pemuda itu juga mendudukan dirinya di pinggir ranjang sembari sesekali terkekeh pelan tanpa sebab.
Jaemin yang lambat laun merasakan usapan pada pipinya mengerjapkan mata.
Netranya menyesuaikan cahaya sebelum akhirnya ia menemukan Jeno yang tersenyum lembut padanya."Radit?" Jaemin menyuarakan pikirannya dengan suara seraknya. Selimut tebalnya ia singkap, kemudian dengan malas ia membawa tubuhnya untuk duduk.
Jeno lagi-lagi terkekeh gemas. Pemuda itu mencubit pelan hidung Jaemin sebelum berucap. "Tidur mulu tuan putri."
"Ngantuk sih abisnya. Bawaannya juga males banget." Jawab Jaemin sembari mengucek pelan kedua matanya. "Kok kamu udah disini? Jam berapa sih ini?"
Mata Jeno bergulir ke jam weker di atas nakas. "Jam 5 sore. Ayo bangun abis gitu mandi. Aku buatin makan—"
"Gausah gegayaan masak kamu. Nyalain kompor aja gatau caranya." Sela Jaemin cepat. "Udah, delivery order aja."
Jeno mendengus. Jaemin selalu meragukan kemampuannya di dapur. Tapi kan bukan salah Jaemin juga. Siapa lagi yang memasak beras tanpa memberi air selain Jeno? Tidak ada.
Jaemin terkekeh melihat Jeno cemberut. Pemuda manis itu menangkup pipi Jeno kemudian memberi sebuah kecupan kilat di bibirnya. "Manyun mulu. Muka kamu jelek tuh."
"Bodo biarin jelek. Begini juga kamu suka."
KAMU SEDANG MEMBACA
❝ Cuma Temen? ❞
Fanfiction【NOMIN】 ❝Kan pacarmu itu Dek Herin! Bukan aku!❞ --Arnata Jaemin Hanggara. ❝Tapi, kalo aku sayangnya sama Arnata Jaemin, aku bisa apa?❞ --Raditya Jeno Pradana. jojoacel © 2018