sixteen

20K 2.8K 744
                                    

Awas, di bawah ada bikin sesuatu yang spot jantung kalian : )

"Radit, duduk sini sayang." Suara lembut Luhan membuat Jeno menoleh. "Nata masih ditangani, kamu duduk sini sebelah mama."

Jeno menurut. Pemuda yang sebelumnya berdiri di depan pintu bertuliskan ruang tindakan itu akhirnya melangkahkan kakinya menuju ibundanya tersebut.

Luhan meraih tangan putra sulungnya, kemudian menatap netra putranya itu dengan tatapan lembutnya. "Khawatir banget ya sama Nata?"

Jeno mengangguk lemas. Tadi ia bersama Jisung langsung membawa Jaemin menuju klinik terdekat. Jisung juga langsung menghubungi Luhan dan tak lama kemudian Luhan datang bersama Sehun dan Jiwon. Jisung juga sudah mengabari Baekhyun dan Chanyeol.

"Ma, kalo Nata kenapa-napa gimana?" Jeno menatap sendu ke arah Luhan. "Kalo sampe ada apa-apa sama Nata—"

"Hey, kakak ngomongnya kok gitu." Luhan mengusap surai anak sulungnya itu. "Nata gapapa, sayang. Percaya sama mama."

"Radit!"

Jeno dan Luhan menoleh, mereka menemukan Baekhyun tengah berjalan tergesa bersama Chanyeol di belakangnya. "Nata gimana keadaannya?!" Baekhyun bertanya dengan panik ke arah Luhan.

Luhan meraih sebotol air mineral di sampingnya tadi, menyuruh Jeno berdiri dan membiarkan Baekhyun duduk di tempat Jeno duduk tadi. "Minum dulu, Nata udah ditanganin sama dokter. Tunggu ya."

Tak lama kemudian, Jisung, Sehun dan Jiwon kembali. Mereka baru saja menyelesaikan administrasi klinik. Sehun menyerahkan Jiwon ke Luhan, kemudian ia melirik ke arah Chanyeol dan ke arah anak sulungnya itu. "Kita perlu bicara." Ujarnya.

Sehun dan Chanyeol tidak tahu betapa gugupnya Jeno sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sehun dan Chanyeol tidak tahu betapa gugupnya Jeno sekarang. Pemuda itu tengah memikirkan apa yang akan dilakukan ayah dan mertuanya ini kepadanya. Akankah ia mendapat bogem mentah dari mertuanya? Atau sebuah tamparan keras dari ayahnya?

"Ayah tahu kamu udah jagain Nata. Gausah gugup gitu. Kamu kira kita bakalan nonjokin kamu?" Chanyeol membuka suara. Tertawa pelan melihat wajah tegang Jeno.

Sehun ikut tertawa pula melihat ekspresi tegang di wajah putra sulungnya itu. Kemudian pria bermata sipit itu mengajak mereka menuju kantin klinik. Ia membeli tiga botol minuman dingin lalu mengajak mereka berbicara lebih santai di salah satu meja pengunjung.

"Boleh ayah tahu kenapa Nata bisa begini, Dit?" Tanya Chanyeol setelah ia menenggak minumannya.

Jeno menghela nafas. Kemudian ia nulai bercerita. Dari awal, saat ia berpacaran dengan Herin, hingga beberapa waktu yang lalu, Herin melempar vas bunga dan pecahannya mengenai Jaemin. Jeno juga sempat meminta maaf karena ketidaktegasannya menolak Herin.

"Orang tuanya Herin ada dimana?" Tanya Sehun setelah mendengar cerita Jeno.

"Dia anak broken home. Mamanya udah ga ada dan papanya nikah lagi. Sekarang papanya ada di Kanada." Jawab Jeno. "Dia disini cuma sama pembantunya."

Sehun dan Chanyeol mengangguk mengerti. Untuk usia anak SMA, mereka menganggap Herin keterlaluan. Bagaimana bisa gadis yang baru menginjak kata dewasa berani melemparkan vas bunga pada orang lain, padahal ia tahu dirinya yang salah? Anak muda zaman sekarang.

"Kamu mau gimana abis gini?" Kembali Chanyeol bertanya. "Walaupun ini emang udah cukup keterlaluan, kita belum mau ikut campur. Kalian dulu aja yang nyelesaiin masalah."

Jeno mengangguk mengerti. Sebenarnya tak ada gambaran apapun di pikirannya, bagaimana menyelesaikan masalah ini. Berbicara empat mata dengan Herin? Sudah. Memutuskan gadis itu? Sudah. Menghina gadis itu dengan sebutan iblis? Jeno juga sudah melakukannya. Jadi, apalagi yang harus Jeno lakukan?

"Ayo balik. Mama bilang Nata udah siuman."

"Ma, bun, kepala aku pusing banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ma, bun, kepala aku pusing banget." Ujar Jaemin mengadukan diri pada dua pria cantik di hadapannya ini.

Jaemin siuman beberapa saat setelah dokter selesai menanganinya. Tak ada yang serius dari luka Jaemin. Hanya saja, pemuda itu kehilangan cukup banyak darah sehingga ia merasa pusing sekarang. Dokter mengatakan bahwa hal itu bukan masalah, Jaemin akan membaik beberapa waktu ke depan.

"Gapapa, sayang." Baekhyun menenangkan. Mengusap puncak kepala anak sulungnya itu kemudian tersenyum lembut. "Nata mau makan? Atau mau minum?"

Jaemin menggeleng pelan. "Mam, Radit kemana?" Tanya pemuda Jaemin pada Luhan.

Luhan tersenyum. Selalu saja Jeno yang diutamakan oleh menantunya itu. Manis sekali. "Radit lagi bicara sama papa sama ayah. Sebentar lagi balik kok."

Cklek

Baru saja dibicarakan, Jeno bersama Sehun dan Chanyeol masuk ke dalam ruang inap. Jaemin bisa melihat kilat kekhawatiran pada netra Jeno. Ia tersenyum tipis, mengisyaratkan pada Jeno bahwa ia baik-baik saja.

Namun lain halnya dengan Jeno. Rasa sesak menyeruak memenuhi rongga dadanya ketika ia melihat dahi Jaemin dibalut kasa dan Jeno juga bisa melihat ada sedikit bercak darah disana. Jaemin pasti kesakitan, pikirnya.

"Nata baru boleh pulang besok sore." Ujar Baekhyun. "Nanti malem bunda aja yang nemenin Nata. Radit pulang ya?"

Baekhyun tahu. Amat sangat tahu. Jeno sangat ingin berada disana untuk menjaga Jaemin. Tapi Baekhyun juga mengerti bahwa setidaknya Jeno butuh istirahat. Jeno terlihat sangat lelah sekarang.

Jeno menoleh ke arah Baekhyun, dan kemudian ia mendapat anggukan dari calon mertuanya tersebut. "Nata gapapa, sayang. Kamu sendiri juga butuh istirahat." Ujar pria itu.

Pada akhirnya Jeno menghela nafas. Mengangguk mengiyakan permintaan Baekhyun. Ia mendekati Jaemin, meraih kursi di samping ranjang pasien dan memperhatikan Jaemin yang kini tersenyum padanya.

"Kita pulang dulu ya," pamit Luhan pada Jeno dan Jaemin. "Kita mau nyiapin keperluan Nata di rumah. Radit jagain dulu ya Nata-nya. Nanti malem kita kesini lagi."

Jeno mengangguk. Mengantar orang tuanya dan orang tua Jaemin keluar ruangan, kemudian ia kembali. Ia menatap Jaemin sendu.

"Nata—"

"Gausah minta maaf, Dit. Bukan salah kamu." Jaemin dengan lemah tersenyum ke arah Jeno. Membuat Jeno semakin sesak karenanya. "Aku gapapa kok. Ini cuma luka kecil."

Tak ada balasan, Jeno diam. Jaemin pun begitu. Jeno sibuk memikirkan penyesalannya. Dan Jaemin sibuk memperhatikan Jeno. Tak ada aksara yang terucap dari pasangan kesayangan kita ini, hingga sebuah kalimat dari Jaemin mampu membuat jantung Jeno berhenti saat itu juga.

"Radit, kita putus aja gimana?"



Note :
Ini pendek, sebagai pengantar kesenduan Jeno dan Jaemin. Aku tahu yang kalian harapkan, tenang saja.

❝ Cuma Temen? ❞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang