Azmi, Ayan, dan kiyai berjalan menuju kamar yang akan ditempati Azmi selama menjadi ustadz dipesantren Nurul Qadim, saat melewati koridor pondok putra sesekali mereka tersenyum pada santri yang menyapanya.
"Jangan bilang I Love You bila tak mau diajak menikah... Jangan mudah tertipu berhubungan dengan orang yang salah... Perasaan cinta anugrah terindah... dalam makna cinta... cinta karena Allah🎶"
Itu lagu saat milad Syubbanul muslimin. Batin Azmi saat samar samar dia mendengar lagu itu dari dalam kamar yang akan ditempatinya.
Tok... tok...
Suara ketika pintu dari luar membuat dua orang pemuda yang berada di dalamnya langsung mematikan audio sholawatnya dan membukakan pintu untuk seseorang yang berada diluar.
"Assalammualaikum nak Ahkam, nak Aban." Sapa kiyai pada dua orang pemuda yang membukakan pintu.
"Waalaikumsalam kiyai." Sahut kedua pemuda yang dipanggil Ahkam dan Aban sembari mencium punggung tangan kiyai.
"Ini saya bawakan teman baru untuk kalian, dia ustadz baru di pesantren, semoga bisa menjadi sahabat fillah nggeh." Ucap kiyai menjelaskan maksud kedatangannya.
"Iya kiyai, mari ustadz masuk." Sahu Ahkam sembari mempersilahkan ustadz yang tak lain adalah Azmi intuk masuk kedalam kamar mereka.
"Kalau begitu kiyai permisi, Wasalammualikum." Ucap kiyai sembari tersenyum.
"Waalaikumsalam kiyai." Sahut Ahkam dan Aban bersamaan.
"Ustadz perkenalkan nama saya Hafid--
"Hafidzul Ahkam dan Nurus Sya'ban." Ucap Azmi memotong ucapan Ahkam sembari tersenyum.
"Kok mas bisa tau?" Tanya Aban bingung.
"Huft! Kak Ahkam sama kak Aban jahat banget sih ditinggal 8 tahun aja masak udah lupa, dulu katanya sahabat karib, lagunya diingat tapi yang orang yang nyanyi dilupakan:v miris!" Jawab Azmi dengan nada sedih.
"Lagu? Siapa ya ustadz? 8 tahun?" Tanya Ahkam benar benar bingung dengan jawaban Azmi.
"Azmi Askandar." Jawab Azmi membuat Ahkam dan Aban membulatkan matanya.
"Az-azmi? Masyaallah kamu beneran Azmi? Uluh uluh udah besar ya sekarang kamu mi, jadi ustadz pula." Ucap Ahkam sembari mencubit pipi Azmi layaknya seseorang yang gemes dengan anak kecil.
"Hiii kak Ahkam apa apaan coba." Sahut Azmj geli, sembari menepis cubitan Ahkam.
"Yang lupa itu kamu bukan kita! Habis keluar dari pondok menghilang begitu saja! Gak ngurusin hadrah Syubband lagi! Bingung tau kita ngasih penjelasan ke para netizen waktu itu." Ucap Aban dengan nada sedikit kecewa.
"Ya maaf kak waktu itu abah gak ngebolehin Azmi untuk berhubungan dengan anak SM lagi." Sahut Azmi dengan nada sedih.
"Eh mi, kamu kok mau sih kembali ke pesantren ini? Apa jangan jangan kamu masih punya rasa sama dia?" Tanya Ahkam yang tiba tiba serius.
"Rasa ini gak akan berubah kak, rasa ini masih sama seperti 8 tahun yang lalu." Jawab Azmi sembari menunduk.
"Mi, dia sudah ada yang mengkhitbah." Ucap Aban lirih namun sukses membuat Azmi membulatkan matanya.
"Kak Aban bercandanya gak lucu!" Sahut Azmi ketus.
"Siapa yang bercada? Aku serius mi! Aku dengar dia dikhitbah sama anaknya kiyai pemilik pesantren Assalam itu, siapa namanya aku lupa, hehehe." Ucap Aban sembari mengingat ingat nama seseorang yang sudah mengkhitbah dia yang tak lain adalah Arsa.
"Itu loh mi, ustadz Syakir." Timpal Ahkam sekbari duduk disamping Azmi.
"Jangan sedih gitu dong, ning Arsa belum menjawab khitbahnya kok, jadi kamu masih punya waktu untuk deketin dia." Ucap Ahkam sembari mengelus bahu Azmi pelan.
"Udahlah jangan bahas dia terus, eh mi kamu habis keluar dari pesantren malam itu gimana? Ceritain dong?" Tanya Aban dengan kepo.
🎲
8 tahun yang lalu...
Malam itu hanya ada suara tangisan yang terdengar dari ruang kiyai pemimpin pesantren Nurul Qadim, seorang gadis kecil menangis dipelukan umminya.
Sementara didepannya duduk dua orang laki laki yang sangan dia cintai, sang kiyai yang tak lain adalah buyah dan seorang santri putra yang juga vocalis utama hadrah Syubbanul Muslimin.
Dua orang itu sudah melakukan aksi tanya jawab sejak setengah jam yang lalu, sang kiyai tampak sangat kecewa dan marah pada pemuda yang duduk didepannya itu, seorang santri yang selama ini dia banggakan ternyata diam diam mencintai putrinya sendiri, dan berani bermain surat untuk menujukan rasa cintanya.
"Kiyai benar benar kecewa sama kamu Azmi, selama ini kiyai selalu membanggakanmu, selalu menjadikanmu contoh teladan buat santri putra lainnya, kau juga yang menlantunkan sholawat cinta dalam istiqoroh, dimana istiqorohmu sebagai santri? Jangan turuti nafsu, Tatamkan dihati iman yang kokoh. Kau ingat lirik itu? Di mana iamanmu sekarang? Kalau kau benar mrncintai putriku, cintai dia dalam diam, sebut namanya dalam doamu, bukan malam bermain surat seperti ini, sudah berapa banyak surat yang kau kirim untuknya?" Tanya kiyai dengan nada marah.
"Tunggu orang tuamu datang, malam ini juga kau dikeluarkan dari pesantren Nurul Qadim, masalah hadrah kau bisa putuskan sendiri mau tetap ada dihadrah atau juga keluar dari hadrah!" Lanjut kiyai tegas sembari berjalan keluar.
"Ummi bawa Arsa kerumah! Jangan ada yang bilang satu pun masalah ini pada santri atau siapapun." Ucap buyah lalu benar benar keluar ruangan.
"Arsa, maaf." Ucap lirih seorang pemuda yang tak lain adalah Azmi.
"Ehmm..." gumam Arsa sembari berjalan keluar ruangan dengan dipapah ummi.
Azmi pun kembali ke kamarnya, tatapan heran para santri terlihat sepanjang koridor pondok, namun Azmi tampak acuh dengan tatapan itu dia lebih mementingkan perasaan orang tuanya nanti yang terluka saat tau Azmi dikeluarkan dari pesantren.
Tak butuh waktu lama untuk membereskan baju dan barangnya, saat ini hanya tinggal menunggu abah dan ummi yang datang lalu Azmi akan keluar dari pesantren Nurul Qadim untuk selama lamanya, namun tidak untuk melupakan cintanya, cintanya itu tidak salah hanya saja kecerohobannya yang membuat semuanya terbongkar.
10 menit Azmi menunggu kedatangan abah dan umminya, akhirnya mereka pun sampai, seperti yang sudah diduga Azmi, abah sangat marah mengetahui sikap putra silungnya itu.
"Memalukan sangat memalukan! Mau jadi apa kamu mas! Kecil kecil sudah pintar bermain surat! Apa ini tujuan abah memondokkanmu dulu? Sunggu membuat malu orang tua saja." Ucap abah yang tersulut emosi.
"Astaghfirullah abah, istigfar bah istigfar, jangan sampai dikuasai setan abah." Sahut ummi menasehati sembari mengelus pelan rambut Azmi yang kini bersender dibahunya.
"Udah mas, kamu jangan dengerin kats abah, udah kamu tidur saja." Ucap ummi lirih sembari tersenyum teduh kearah Azmi.
Setelah itu abah memutuskan untuk memasukkan Azmi ke sekolah umum, namun saat disekolah umum Azmi menunjukkan prestasinya dibidang agama sehinga banyak menjuarai perlombaan tingkat nasional mau pun internasional, karean prestasinya itu juga Azmi mendapat beasiswa untuk kulia di universitas Al Zahir Kairo Mesir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah Ustadz
Teen FictionCerita Fiksi Azmi Askandar seorang ustadz lulusan Al Zahir Kairo Mesir yang kembali ke Nurul Qodim untuk mendapatkan hati seorang gadis yang telah lama dia cintai dalam diam. Dapatkah Azmi membuktikan cintanya? . . . . . Jangan Jadi Pembaca Gelap! ...