Enam

2.4K 143 17
                                    

8 tahun yang lalu...

"Jangan turuti nafsu... tanamkan dihati iman yang kokoh... pacaran tidak perlu... temukan cinta dalam istiqoroh... bila kau jatuh cinta.... ingin memilikinya... minta restu orang tua... datangilah rumahnya...🎶"

"Bila putus cinta... ditinggal kekasih... sudah tak mengapa... janganlah bersedih... cinta yang sejati... mengajak yang halal... tak kan jauh pergi pasrahlah tawakal...🎶"

Seorang gadis menghentikan langkahnya saat mendengar suara merdu dari dalam bascamp Syubband, dia pun mengintip di balik sela sela jendela untuk melihat siapa pemilik suara merdu itu.

Dari dalam dia melihat seorang ikhwan sedang menghafal lirik sholawat seorang diri, dia tampak beberapa kali mengacak ngacak rambutnya karean frustasi, paslanya dia sudah menghafal sejak 1 jam yang lalu namun tidak hafal hafal juga, sementara sholawat itu akan dibawakan besok malam di alun alun kota Probolinggo.

"Ning Arsa." Ucap seseorang dari belakang membuat gadis itu mematung ditempat.

"Eh kak Hendra, hehehe." Sahut gadis itu sembari menunjukan deretan gigi putihnya.

Layaknya seorang pencuri yang tertangkap basah sendang melakukan aksi pencurian, gadis yang diketahui adalah Arsa itu senyum senyum tak jelas.

"Ning ngapain disitu, kalau mau masuk ke bascamp masuk aja ning, gak usah ngintip ngintip." Ucap Hendra sembari menahan tawanya.

"Nggak kak, Arsa tadi cuma lewat terus gak sengaja denger orang nyanyi sholawat. Lagu baru syubband ya?" Tanya Arsa sedikit canggung.

"Iya ning lagu baru vocal baru." Jawab Hendra.

"Ooo, yaudah kak kalau gitu Arsa pergi dulu." Ucap Arsa yang mendapat anggukan dari Hendra.

Arsa tersenyum salting dengan sikapnya barusan. Huft! Untung saja tadi cuma kak Hendra bukan ustadz atau pun ustadzah.

Kenapa dia tersenyum saat mengingat wajah ikhwan itu? Kenapa hatinya dag dig dug? Perasaan apa ini?. Huft! Arsa masih terlalu polos untuk mengartikan kalau dia sedang jatuh cinta pada ikhwan itu.

"Assalammualaikum ning." Sapa seorang ikhwan dari arah belakang Arsa.

"Waalaikumsalam." Sahut Arsa sedikit canggung, mengingat itu suara ikhwan.

"Ana Azmi Askandar, vocal baru Syubband, kata kak Hendra tadi ning ngintip ana?" Tanya ikhwan itu yang ternyata bernama Azmi.

Kak Hendra payah! Masa dibilangin ke orangnya sih. Batin Arsa kesal.

"Hehehe iya, tadi denger suara akhy sholawatan pas lewat didepan bascamp." Jawab Arsa sembari menumjukan deretan giginya, tapi percuma saja Azmi tidak akan bisa melihatnya. Karena posisi Arsa yang membelakangi Azmi.

"Ooo, terus menurut ning suara ana merdu gak sampai ning berani ngintip?" Tanya Azmi membuat pipi Arsa merah.

"Lu-lumayan merdu kok, ana pergi dulu akhy. Wassalammualaikum." Ucap Arsa sembari berdiri dari duduknya.

"Ning juga cantik kok." Ucap Azmi lirih namun masih bisa didengar Arsa.

🎲

Arsa tersenyum saat mengingat kejadian 8 tahun yang lalu, tangannya mengusap halus buku diary bersampul doraemon itu, buku yang menjadi saksi bisu bagaimana Arsa mencintai Azmi seperti Fatimah yang mencintai Ali.

Semuanya tertulis indah didalam buku kecil itu, hanya sebuah rangkaian kata dan doa yang bisa Arsa buktikan untuk cintanya selama 8 tahun itu, namun sekarang berakhir sudah kisah cinta dalam diamnya itu.

"Ana uhibbuka fillah ustadz." Ucap Arsa sembari menangis.

"Nak." Ucap seseorang yang berada diambang pintu.

"Buyah." Ucap Arsa sembari menghapus kasar air matanya.

"Buyah mau kau jujur Arsa! Ini tentang masa depanmu, apa kau bahagia dengan keputusan buyah? Apa buyah menyakiti hatimu? Apa kau bahagia menikah dengan ustadz Syakir?" Tanya buyah sembari menatap lekat mata putri sulungnya itu.

"Insyaallah Arsa bahagia buyah, buyah adalah orang tua Arsa buyah pasti memilih yang terbaik untuk Arsa, kalau menurut buyah ustadz Syakir adalah yang terbaik untuk Arsa insyaallah Arsa akan menerima pernikahan ini." Jawab Arsa sembari tersenyum tipis.

"Kalau begitu tenangkan hatimu, nanti sore ustadz Syakir dan keluarganya akan datang untuk membicarakan masalah pernikahan." Ucap buyah sembari mengelus pelan puncak kepala Arsa yang tertutup hijab.

Arsa tersenyum nanar pada ucapannya sendiri, tidak bisakah dia jujur untuk perasaannya itu? Dasar munafik! Selalu berbohong demi kebahagiaan orang lain, karena kebohongan inilah selamanya kau akan menjadi Fatimah!

Dia melirik jam yang melingkar dipegelangan tanggannya, jam menunjukan pukul 14.00 siang, dia pun segera mengambil air wudhu sebelum waktu sholat dzuhur habis. Air mata dan air wudhu bercampur menjadi satu di wajah cantik Arsa, sajadah pun sudah terbeber sedari tadi.

Arsa pun siap melafalkan bacaan bacaan sholatnya, setelah selesai Arsa tak lupa berdoa kepada Allah, di tumpahkan semua keluh kesahnya, tangisannya pun pecah dan membasahi wajah cantiknya.

"Ya Rabb siapakah jodoh hamba sebenarnya? Dekatkanlah hamba pada jodoh yang telah kau tulis di lauhul mahfudz, jangan biarkan hati hamba jatuh cinta pada orang yang salah, jika ustadz Syakir bukan jodoh hamba jauhkanlah hambah darinya tapi jika dia adalah jodoh yang sudah kau tetapkan hapuslah semua keraguan yang ada dalam diri hamba, dan hapuskanlah perasaan hamba pada dia yang bukan jodoh hamba, hamba berserah atau kuasamu ya Rabb." Ucap Arsa dalam doanya.

Aku percaya jodoh itu tak kan salah, jodoh telah tertulis di lauhul mahfudz, kalau aku dan kau berjodoh maka nama kita akan bersanding di sana, namun kalau tidak berjodoh mungkin kau bukan yang terbaik untukku, atau aku bukan yang terbaik untukmu.

~ Arsara Aisyah Almeera ~

ukhraaa_


Ana Uhibbuka Fillah UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang