Arsa yang ingin kembali ke rumah justru berbelok arah ke gerbang pesantren saat melihat Ahkam dan Aban yang berbicara dengan pak satpam, mereka berdua tampak ingin pergi keluar pesantren.
"Kak Ahkam! Kak Aban!" Teriak Arsa sembari berlari ke arah mereka.
"Ning Arsa ada apa?" Tanya Ahkam sembari menoleh ke arah Arsa.
"Kak mau kerumah sakit ya? Arsa ikut ya?" Tanya Arsa menebak arah tujuan Ahkam dan Aban keluar pesantren.
"Iya ning, boleh kok." Jawab Aban sembari tersenyum.
"Aku ambil mobil dulu." Ucap Arsa yang mendapat anggukan dari Ahkam dan Aban.
Saat hampir masuk kedalam mobilnya, Kiran dan Dira berlari ke arahnya dan meminta izin untuk ikut ke rumah sakit, mau tidak mau Arsa pun memperbolehkan mereka ikut.
Mereka berlima pun pergi kerumah sakit tempat Azmi dirawat, namun saat sudah sampai di kamar Azmi, senyum manis yang mengembang di wajah Arsa luntur saat melihat Azmi bersama seorang wanita.
Siapa wanita ini? Kenapa dia berduaan dengan Azmi? Tanya Arsa dalam hati.
"Ehem kok berdua duaan sih." Goda Ahkam sembari melirik Arsa.
"Tadi ada Rara sama Naufal tapi mereka berdua keluar katanya mau main diluar." Sahut Azmi sembari ikut melirik Arsa, Naya pun ternyata mengikuti arah pandang Azmi.
"Ooo, gitu tah? Gimana udah sehat? Sehat dong kan udah dijengukin." Ucap Ahkam kembali melirik Arsa.
"Aku kira tadi kamu gak datang loh sa, eh ternyata datang, makasih udah mau njengukin Azmi." Seru Azmi sembari tersenyum manis pada Arsa.
"Ooo, jadi ini yang namanya ning Arsara, kamu yang udah buat Azmi kayak gini?!" Tanya Naya ketus.
"Jaga bicaramu Naya! Aku kayak gini bukan karena Arsa!" Ucap Azmi membentak Naya, membuat semua orang membulatkan matanya, belum pernah Azmi bicara seperti itu pada seorang wanita.
"Aku mau keluar dulu." Ucap Arsa lirih sembari menangis.
"Arsa! Arsa tunggu aku sa!" Teriak Azmi sembari berusaha bangkit dan melepas selang infusnya.
"Mi aku bantu." Ucap Aban sembari memapah Azmi keluar kamar.
"Orang baru tuh gak usah sok ikut campur." Ucap Kiran sembari menatap sinis ke arah Naya yang diikuti Dira.
***
Disinilah Arsa berada duduk lesuh dibangku taman rumah sakit, air matanya terus saja mengalir tanpa mau berhentu, Arsa pun tak mengiraukan tatapan heran orang orang yang berlalu lalang.
Siapa pula wanita itu? Datang datang dan langsung menuduh Arsa yang tidak tidak? Apa dia calonnya Azmi? Apa abah menjodohkan dia dengan Azmi? Banyak sekali pertanyaan pertanyaan yang memutar diotak Arsa, siapa yang akan menjawabnya? Apa kah orang yang sekarang berlari kecil itu akan menjawabnya?
"Arsa." Ucap seseorang lirih.
"Azmi." Sahut Arsa sembari menghapus air matanya kasar.
"Sa, kamu jangan dengerin ucapan Naya, aku kayak gini bukan karena kamu kok sa, kamu jangan nagis dong." Ucap Azmi sembari menatap Arsa.
"Duh kelihatanya kalau kita disini bakal jadi nyamuk nih, pergi yuk." Timpal Ahkam seraya tersenyum jahil.
"Yaudah pergi sana, pergi jauh jauh." Sahut Azmi dengan gaya mengusir.
"Tega kamu mi, giliran udah ada Arsa aja kita diabaikan, huu yuk pergi." Ucap Aban dengan nada kecewa.
"Kita pergi dulu ya ustadz tamvan, Arsanya jangan diapa apain." Ucap Kiran sembari mengedipkan matanya.
Sementara Arsa hanya bisa menunduk dan tersenyum melihat tingkah Azmi dan para sahabatnya itu, tak lama dia merasa ada seseorang yang memegang tangannya, saat Arsa menoleh untuk melihat siapa yang memegang tangannya.
Huft! Arsa kira Azmi memegang tangannya, namun ternyata Rara mewakili adegan itu, Mungkin pemikiran Arsa yang terlalu jauh.
"Belum halal." Ucap Azmi sembari tersenyum jahil ke arah Arsa.
"Kakak cantik." Panggil seseorang ramah.
"Rara." Tebak Arsa yang mendapat anggukan dari Rara.
Dan ternyata ummi sudah duduk disamping kiri Arsa, Arsa dibuat salking dengan pemikirannya sendiri, bisa bisanya dia berpikir seperti itu tentang Azmi.
"Arsa sudah bertemu Naya?" Tanya ummi membuat Arsa memasang raut wajah masamnya.
"Sudah ummi." Jawab Arsa singkat.
"Menerutmu apa dia pantas bersanding dengan Azmi?" Tanya ummi membuat Azmi dan Arsa membulatkan matanya.
"Apa mak--
"Ummi tanya ke Arsa mas, bukan ke kamu." Ucap ummi memotong ucapan Azmi.
Arsa menarik nafasnya dalam, tidak percaya dengan apa yang ditanyakan ummi, tapi dia harus menjawabnya. "Jika memang nama Naya dan Azmi telah bersanding di Lauhul Mahfudz Arsa bisa apa? Kita memang bermimpi dan merencanakan, tapi sebaik baiknya rencana adalah rencana-Nya." Jawab Arsa sembari tersenyum nanar, mencoba tidak menangis dengan apa yang baru saja dia katakan.
"Nak--
"Ummi, Azmi, Arsa mau ke toilet dulu." Ucap Arsa memotong ucapan ummi.
Azmi menatap miris kepergian Arsa, kenapa cintanya begitu sulit untuk didapat? Kenapa banyak sekali rintangan untuk mendapatkan Arsa? Apa mungkin Allah memang tidak mentakdirkan mereka untuk bersatu?
Hanya waktu yang bisa menjawab.
"Ummi sih tanya begituan! Tuhkan Arsa jadi sedih!" Ucap Azmi sedikit ketus.
"Lagian ummi ngapain sih tanya begitu ke Arsa?" Lanjutnya.
"Mas, abahmu telah menjodohkanmu dengan Naya." Ucap ummi sembari menatap Azmi.
Degh!
Blush!
"Apa!" Ucap Azmi membulatkan matanya.
"Iya mas, makanya ummi tanya gitu ke Arsa." Sahut ummi.
"Tapi Azmi gak kenal Naya ummi, Azmi gak cinta sama Naya, Azmi gak mau nikah sama Naya." Rengek Azmi yang sudah menagis di bahu ummi.
"Ummi tau mas, tapi mau bagaimana lagi, abahmu itu keras kepala, coba nanti kamu ngomong sama abah, dan jangan lupa minta petunjuk sama Allah." Ucap ummi sembari mengelus rambut Azmi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah Ustadz
Teen FictionCerita Fiksi Azmi Askandar seorang ustadz lulusan Al Zahir Kairo Mesir yang kembali ke Nurul Qodim untuk mendapatkan hati seorang gadis yang telah lama dia cintai dalam diam. Dapatkah Azmi membuktikan cintanya? . . . . . Jangan Jadi Pembaca Gelap! ...