Limabelas

2.5K 152 13
                                    

   Arsa masuk ke dalam toilet dengan tangisan yang kian meledak, sampai kapan kesabarannya akan diuji? Kenapa cintanya begitu membuat dia menderita?.

"Argh!" Teriak Arsa didepan wastafel.

Setelah puas menangis di toilet Arsa pun menghapus air matanya dan keluar dari toilet itu, diapun pergi ke mushola untuk melakasanakan sholat duhurnya.

"Ya Allah beri Arsa kekuatan untuk menghadapi segala cobaan yang engkau berikan ke Arsa, Ya Allah siapapun nanti jodoh Arsa, Arsa mohon semoga dia yang beriman dijalan-Mu, bisa membimbing Arsa ke surga-Mu, yang mencintai Arsa karena-Mu, Ya Allah jika memang Azmu bukan jodoh Arsa, Arsa mohon hapus semua perasaan Arsa ke Azmi, jangan biarkan hati ini mencintai seseorang yang namanya tidak bersanding di Lauhul Mahfudz dengan nama Arsa, Amin." Doa Arsa lalu membaca Al - Fatihah.

Setelah sholat Arsa pun keluar mushola dan berniat mencari Kiran, Dira, Ahkam, dan Aban. Arsa ingin pulang saja dari pada berada tetap berada disini, bisa bisa Arsa drop jika terus terusan disalahkan.

Saat melewati kamar Azmi, Arsa mengintip dari jendela, dia melihat Azmi yang sudah memakai selang infusnya dan tertidur pulas, tanpa sadar seulas senyuman muncul diwajah pucatnya itu.

"Ana uhibbuka fillah ustadz." Ucap Arsa lirih.

Dia pun melihat sekitar, ternyata ada ummi, Rara, Kiran, Dira, Naya, dan abah yang sedang duduk di bangku taman dekat air mancur. Arsa pun menghampiri mereka dengan niat ingin mengajak Kiran dan Dira pulang ke pondok.

"Nah ini dia abah, cewe yang tadi Naya ceritain, karena ngejar dia Azmi sampai ngelepas selang infusnya sendiri." Ucap Naya sembari menunjuk ke arah Arsa yang baru saja datang.

"Kamu belum puas buat Azmi masuk rumah sakit! Dan sekarang kamu juga berniat membunuh Azmi!" Ucap abah ketus sekali.

"Maaf abah." Sahut Arsa lirih.

"Maaf, maaf, kamu pikir dengan maaf Azmi bisa sembuh! Apa maafmu itu bisa membuat Azmi sehat kembali! Kamu ngapain kesini? Mau merusak pikiran Azmi lagi! Dia sudah lulus dari kuliahnya, bukannya pulang kerumah malah pergi ke Probolinggo! Untuk siapa? Untukmu? Azmi lebih memilih kamu dari pada kami! Orang tuanya sendiri!"

"Lebih baik kamu sekarang pergi! Dan jangan pernah kau temuain Azmi lagi! Karean saya sudah menjodohkan Azmi dengan Naya!."

Degh!

Blush!

Brukkk!

"Arsa!" Teriak ummi, Kiran, dan Dira bersamaan.

"Sa! Arsa! Sa! Kamu kenapa sa! Sa bangun sa! Dokter!!!" Teriak ummi begitu khawatir.

Seorang dokter dan 2 orang suster yang tak sengaja lewat mendengar teriakan ummi dan langsung membawa Arsa ke ruang UGD.

"Kalau sampai terjadi sesuatu ke Arsa, ummi gak akan maafkan abah! Dan dengar! Sampai kapanpun ummi gak akan setuju! Gak akan ridho! Azmi menikah dengan Naya!" Ucap ummi lalu pergi menyusul Arsa.

Hanya butuh sekitar 20 menit akhirnya sang dokter keluar dari ruang UGD dan mengatakan kalau Arsa hanya pingsan biasa karena kelelahan dan drop karena terlalu banyak pikiran.

Ummi bernafas lega mendengar penuturan dokter begitu juga dengan Kiran dan Dira, Arsa pun boleh pulang jika sudah sadar nanti, kini mereka bertiga hanya perlu menunggu Arsa sadar lalu pulang ke pondok.

***

   Karena tidak ada yang perlu untuk  dikhawatirkan, ummi pun pamit untuk kembali ke kamar Azmi. Saat sampai di dalam ummi melihat Azmi yang ingin turun dari ranjangnya dan mencoba melepas selang infusnya untuk kedua kalinya.

Abah yang juga melihat itu langung mencegah Azmi turun, dan berusa membuat Azmi tidak melepas selang infusnya lagi, namun abah yang sudah tua kalah dengan Azmi yang masih muda, meski Azmi sakit namun tenaganya tetap tangguh.

"Mau kemana kamu mas, duduk! Kamu gak boleh kemana mana!" Ucap abah tegas.

"Ummi Arsa mana? Ahkam, Aban, Kiran, Dira mana ummi?" Tanya Azmi pada ummi tanpa menghiraukan ucapan abah.

"Arsa ada diruangan UGD mas." Jawab ummi membuat Azmi membulatkan matanya.

"Ruang UGD? Kok bisa?" Tanya Azmi panik.

"Ini semua gara gara abah, abahmu memberitahu Arsa kalau kau dijodohkan dengan dia, dan saat itu juga Arsa langsung pingsan." Jawab ummi sembari menatap sinis ke arah abah dan Naya.

"Loh kok jadi salah abah! Biarkan dia tau! Biar dia gak ganggu hidup Azmi terus!" Ucap abah ketus.

"Stop! Abah Azmi bukan anak kecil lagi yang bisa diatur atur! Biarkan Azmi memilih masa depan Azmi sendiri!" Sahut Azmi dengan ketus.

"Kamu boleh memilih siapa saja! Asal bukan Arsa!" Ucap abah

"Dan juga bukan DIA." Ucap Azmi sembari mendorong pelan tubuh abah yang berusa menghalanginya untuk keluar.

"Azmi!" Teriak abah yang kewalahan menghadapi tenaga Azmi.

"Azmi! Ummi ikut!" Teriak ummi sembari menyusul Azmi.

Azmi pun berlari sangat kencang untuk bisa sampai diruang UGD, dia tidak memperdulikan tatapan orang yang heran melihat Azmi yang lari pontang panting, bahkan ummi yang dari tadi meneriaki namanya pun dia tak perdulikan.

Jangtungnya yang terasa sakit saat dibuat berlari langsung membaik saat manik mata Azmi menatap teduh Arsa yang sedang tertidur pulas sendirian, tidak ada yang menemaninya, kemana Kiran dan Dira?

"Arsa." Ucap Azmi lirih.

"Az-azmi." Ucap Arsa lemah.

"Sudah bangun rupanya, Kiran sama Dira mana?" Tanya Azmi sembari duduk sisamping Arsa.

"Mereka sholat duhur sambil cari kak Ahkam dan kak Aban." Jawab Arsa lirih.

"Mas, kamu larinya kenceng amat, ummi sampai capek ngejar kamu." Ucap ummi sembari memegang dadanya.

"Maaf ummi." Sahut Azmi lalu berdiri dan mempersilahkan umminya duduk ditempatnya.

"Gak usah mas, ummi mau cari minum aja haus banget, sa kamu mau dibeliin apa? Laper gak?" Tawar ummi sembaru tersenyum kearah Arsa.

"Gak usah ummi, Arsa gak laper kok." Sahut Arsa yang mendapat anggukan dari ummi.

"Mi, kamu terima saja perjodohan itu, mungkin Nayalah yang terbaik buat kamu." Ucap Arsa membuat Azmi membulatkan matanya.

"Gak aku gak akan terima perjodohan ini! Aku gak cinta sama Naya! Aku gak mau sa." Elak Azmi tegas.

"Masalah cinta jalani saja dulu, nanti juga lambat laut kau akan tau sifatnya seperti apa." Ucap Arsa berusaha menjelaskan.

"Aku udah tau siafatnya saat dia nuduh kamu tadi, pokoknya aku gak akan terima perjodohan ini! Titik!" Ucap Azmi lalu pergi dari ruangan itu, sementara Arsa hanya bisa menghembuskan nafasnya gusar, toh dia pasti akan kalah berdebat dengan Azmi.

Note: Alhamdulillah ceritanya sudah selesai di revisi tapi partnya jadi maju:v buat yang udah baca dari awal bisa di baca ulang dari part 11 sampai terakhir di publish :)

Maaf untuk ketidak nyamanannya 🙏 soalmya author masih amatiran 😊
Syukron untuk 3k readresnya 😘

ukhraaa_

Ana Uhibbuka Fillah UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang