Tujuh

2.4K 140 2
                                    

   Arsa menatap nanar semua orang yang berada di ruang tamu sore itu, semuanya tampak bahagiam membicarakan masalah pernikahan tanpa ada yang bertanya apakah Arsa juga bahagia dengan pernikahan ini?

Sesekali dia tersenyum pada calon ibu mertunya saat dimintai pendapat tentang gaun pengantin, make up pengantin, dekorasi tempat. Arsa hanya bisa berdoa semoga pembicaraan ini cepat selesai.

"Baik kalau begitu pernikahan dilakukan 1 ming--

"Jangan menikah dengan ustadz Syakir Arsa!" Teriak seseorang didepan pintu.

"Azmi." Ucap Arsa lirih.

"Mau apa kau kesini? Apa kau tidak malu setelah dikeluarkan dua kali dari pesantren ini masih berani menampakan wajahnya?!" Tanya buyah yang tersulut emosi.

"Beri saya waktu untuk menjelaskan maksud kedatangan saya kiyai, Arsa kam--

"Mau bicara apa kamu sama calon istri saya."

"Ustadz Syakir!" Terika seorang gadis dibelakang Azmi.

"Sal-salwa." Ucap Syakir ketakutan.

"Ustadz kenal dengan perempuan ini?" Tanya Arsa yang berada dibelakang Syakir.

"Tentu kenal saya pacarnya, ini buktinya." Jawab Salwa sembari menunjukan beberapa photo dirinya dengan Syakir.

"Itu semua photo editan! Putraku tidak mungkin melakukan hal maksiat seperti itu." Ucap kiyai Fikri, buyahnya Syakir sembari merampas photo photo itu dan merobeknya.

"Baik kalau kiyai masih tidak percaya, saya masih punya bukti lain." Ucap Salwa sembari mengambil HP dan menekan nomer seseorang.

Drett... drettt

"Ustadz Syakir." Ucap Arsa lirih saat mendengar suara HP berbunyi dari dalam saku baju koko Syakir.

"Saya batalkan pernikahan ini! Saya tidak mau menikahkan putri saya dengan seorang laki laki yang sudah pernah bermaksiat dengan wanita yang bukan mahramnya!" Seru buyah dengan tegas.

"Yakin ingin membatalkan pernikahan ini?" Tanya Syakir yang sudah mengarahkan pistol ke otak kiri Arsa.

"Jangan mendekat! Atau kalian semua akan kehilangan dia." Lanjut Syakir mengancam.

🎲

5 hari yang lalu...

   Sore itu, kiyai Fikri dan Syakir sedang duduk duduk diteras rumah sembari berbicara ringanan, namun semua itu berubah saat kiyai Fikri bertanya tentang jawaban khitbah Arsa. Berapa lama waktu yang dibutuhkan seorang wanita untuk menjawab khitbah?

Apa yang membuat dia meragukan Syakir? Apa jangan jangan dia mencintai laki laki lain? Banyak sekali pertanyaan yang memutar di pikiran kiyai Fikri, sampai akhirnya dia menyuruh Syakir untuk bertanya pada adek perempuannya Arsa, Arsella.

Malam itu juga Syakir bertemu dengan Arsella di kafe dekat pesantren Assalam, Arsella pun tidak tau pasti kenapa Arsa belum menjawab khitbah Syakir sampai sekarang.

"Apa ning Arsa mencintai laki laki lain? Atau pernah mencintai seseorang?" Tanya Syakir, senenarnya agak canggung dia bertanya seperti itu pada Arsella namun hanya pertanyaan itu yang menjadi pikiran Syakir.

"Kalau mencintai laki laki lain, mungkin tidak. Tapi kalau pernah mencintai seseorang, mungkin iya." Jawab Arsella lirih.

"Siapa ning? Coba ceritakan semuanya pada saya." Ucap Syakir memohon.

"8 Tahun yang lalu, Nurul Qadim mengangkat seorang santri sebagai vocalis hadrah Syubbanul Muslimin, dia sangat tampan, bersuara merdu, dan sholeh, membuat banyak santriwati yang mengaguminya. Setelah memebawakan lagu baru Syubband yang berjudul 'Cinta Dalam Istiqoroh' dengan suara merdunya dia pun menjadi Idola baru dikalangan kaum Hawa. Namun dia justru menjauh jika ada perempuan yang minta foto, diapun selalu menjaga pandangannya dari perempuan yang bukan mahramnya."

"Sampai malam itu sebuah insiden terjadi, aku tidak tau apa insidennya karena dibicarakan di ruangan buyah, insiden itu membuat dia di keluarkan dari pesantren, pihak pesantren mau pun hadrah Syubband saat itu bungkam pada awak media. Tidak ada yang tau secara ditail kenapa dia di keluarkan dari pesantren, yang para santri tau hanyalah dikeluarkannya dia ada sangkut pautnya dengan kak Arsa."

"Kak Arsa memang tidak bilang jika dia mencintai ikhwan itu, tapi setelah ikhwan itu keluar pesantren kak Arsa jadi suka malamun tidak mengatur pola makannya. Dari situ ummi menyimpulkan kalau kak Arsa mencintai ikhwan itu. Tapi tidak ada yang tahu pasti apa kebenarannya." Jelas Arsella.

"Siapa namanya?" Tanya Syakir, huft! Hanya itu yang bisa dia tanyakan untuk cerita yang sudah terjadi bertahun tahun lalu.

"Azmi Askandar." Jawab Arsella membuat Syakir membulatkan matanya.

"Di-dia salah satu mahasiswa di universitas Al Zahir Kairo Mesir, aku pernah mendengar suara Sholawatnya, suaranya memang merdu." Ucap Syakir kaget.

"Berarti dia sudah lulus?" Tanya Arsella yang mendapat anggukan dari Syakir.

🎲

   Cerita dan suara tangisan menemani pemandangan yang lambat laut makin gelap, menandakan sebentar lagi akan malam, lebatnya pepohonan dikiri kanan tampak mulai menyeramkan, sebuah mobil berhenti tepat di rumah tua yang berada ditengah hutan.

Dari dalam mobil itu keluar Syakir yang menggendong Arsa kedalam rumah, Arsa yang terikat kaki dan tangannya itu hanya bisa pasrah, tidak mungkin juga dia memberontak, karena kekuatanya tak sebanding dengan kekuatan Syakir.

"Hisk... hiks... siapa perempuan tadi?" Tanya Arsa seraya terisak.

"Salwa." Jawab Syakir singkat.

"Punya hubungan apa kau dengan dia?" Tanya Arsa sembari menatap tajam ke arah Syakir.

"Seperti tadi yang sudah dia bilang, Dia Pacarku." Jawab Syakir sembari mendekatkan wajahnya dengan wajah Arsa.

"Jahat hiks... hiks." Ucap Arsa lirih.

"Kau yang jahat ning Arsara! Kau yang jahat!" Sahut Syakir dengan nada keras.

"Apa kau tau kalau Azmi kembali ke pesantren? Apa kau yang bilang ke buyah siapa ustadz Azmi yang sebenarnya?" Tanya Arsa lirih.

"Aku tau itu dari Arsella dan Arsella juga yang memberitahu kiyai Umar tentang jati diri ustadz Azmi yang sesungguhnya." Ucap Syakir membuat Arsa membulatkan matanya.

"Tidak tahukah engkau jika adekmu itu juga mencintai ustadz Azmi?" Tanya Syakir sembari tersenyum licik.

"Apa yang aku takutkan malam itu akhirnya terjadi, kemarin dia kembali ke pesantren Nurul Qadim." Lanjut Syakir dengan senyum liciknya.

ukhraaa_

Ana Uhibbuka Fillah UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang