Sementara itu di pondok pesantren Nurul Qadim, Arsa melontarkan senyumnya ke semua orang yang ia temui di koridor pondok. Senyum hangat yang selalu dilihat para santri saat pagi hari, Arsa berjalan menuju kelasnya dengan sangat tenang seperti tak pernah terjadi apa pun padanya.
Itulah salah satu kehebatan Arsa, dia bisa tersenyum meski hatinya terluka, dia bisa terlihat bahagia meski hatinya gelisah, bagaimana tidak gelisah, ucapan abah tadi malam masih menggema di telinganya.
"Untuk apa Azmi kembali ke kota ini? Untuk siapa? Untuk dia? Apa kau tidak bisa melihat Azmi hidup tenang?! Ummi lihat sekarang! Ummi selalu membela dia kan! Lihat sekarang anak kita masuk rumah sakit gara gara dia!"
Meski abah tidak bilang kalau dia akan membawa Azmi pergi dari Probolinggo setelah sembuh, tapi kemungkinan besar hal itu terjadi, toh abah sangat membencinya.
Arsa memasuki kelas dengan senyum yang kembali mengembang di wajah cantiknya, dia sama sekali tak ingin para santrinya terganggu karena masalah pribadinya.
Setelah bel istirahat berbunyi Arsa keluar dari kelas itu, dia berniat untuk kembali ke rumah, menenangkan hatinya sejenak, namun langkahnya terhenti saat seseorang memanggilnya.
"Arsa!!" Teriak seseorang itu sembari melambaikan tangannya.
"Kiran, Dira." Ucap Arsa sembari tersenyum.
"Kamu gapapa kan sa, ustadz Syakir gak ngapa ngapain kamu kan? Trus sekarang keadaannya ustadz Azmi gimana?" Tanya Kiran bertubi tubi, Kiran dan Dira adalah sahabat Arsa dari kecil.
"Gapapa kok, ustadz Syakir diurus ke kantor polisi sama kakak kembarnya Salwa, sementara ustadz Azmi masih dirumah sakit, tapi keadaannya udah membaik kok." Jawab Arsa sembari tersenyum.
"Eh sa, kok kamu gak bilang sih kalau ustadz Azmi itu Azmi Askandar yang 8 tahun lalu pernah mondok disini dan jadi vocalis hadrah Syubband? Dulu kenapa sih dia dikeluarin dari pesantren ini sa? Kan waktu itu ada sangkut pautnya sama kamu?" Tanya Kiran membuat Arsa kembali menunduk. Huft! Kenapa juga sahabatnya ini harus mengingatkan dia kejadian 8 tahun yang lalu.
"Aku mau balik ke rumah dulu." Jawab Arsa lalu pergi dengan langkah cepat.
"Loh sa, Arsa! Kok malah pergi sih, sa!" Teriak Kiran yang tak dikubris sama sekali oleh Arsa.
"Hadeh Kiran, Kiran, kamu itu gimana sih, udah tau juga Arsa lagi sedih malah ditanyain masalah itu, tuh kan Arsa jadi tambah sedih." Ucap Dira yang dari tadi hanya diam.
"Yaa aku kan cuma tanya, lagian kamu heran gak sih, selama ini, selama 8 tahun lo Dira! 8 tahun itu waktu yang lama banget, selama itu gak ada yang tau kenapa Azmi keluar dari pesantren ini! Bahkan denger denger Ahkam dan Aban yang sahabat karibnya Azmi juga gak tau kenapa Azmi dikeluarkan! Anak Syubband saja bungkam!" Sahut Kiran dengan nada kepo:v
"Tauah, kau membuatku pusing, biarkan sajalah, memang kalau sekarang tau alasan logisnya juga gak ada yang kaget, toh santri santrinya juga udah pada berubah bukan 8 tahun yang lalu. Udah ahh jangan bahas itu lagi, yuk kejar Arsa, dia pasti sedih banget kamu tanya gitu tadi." Ucap Dira lau pergi dari tempat itu.
***
Jam menunjukan pukul 10.00 siang, Azmi terdiam sembari mendengarkan sholawat yang dia bawakan 8 tahun, Azmi melirik sekilas ke arah pintu, sudah hampir setengah jam di melirik pintu itu namun seseorang yang di harapkan akan membukan pintu itu tidak kunjung datang.
Azmi mengehembuskan nafasnya gusar. Apa Arsa tidak akan menjenguk dirinya? Apa kiyai masih membenci dirinya? Namun kata ummi kiyai yang membayar semua adminitrasinya, berarti dia sudah tidak membenci Azmi. Banyak sekali kemungkinan kemungkinan yang berputar di otak Azmi.
"Mas jangan ngelamun toh, mikirin siapa sih? Arsa? Abahmu bentar lagi kesini loh." Ucap ummi membuyarkan lamunan Azmi.
"Ummi tau aja mas mikirin dia, ummi apa abah semarah itu sama Arsa? Nanti kalau Azmi sudah sembuh apa abah akan mengizinkan Azmi tinggal di Probolinggo?" Tanya Azmi demgan nada sedih.
"Mas lupa ucapan ummi tadi pagi, biarkan saja semuanya mengalir sesuai rencana Allah nikmati saja alurnya." Jawab ummi sembari tersenyum.
"Assalammualaikum." Seru seseorang sembari membuka pintu.
"Waalaikumsalam." Sahut Azmi dan ummi serempak.
"Mas Azmi, Rara kangen banget sama mas, mas gapapa kan? Gak ada yang sakit kan?" Tanya seorang gadis kecil dengan polosnya, dia adalah adek perempuan Azmi, Rara.
"Mas sehat?" Tanya seorang remaja lelaki sembari tersenyum meledek, dia adek laki laki Azmi, Naufal.
"Sehatlah nih lihat udah gapapa, dokternya aja yang berlebih lebihan." Jawab Azmi sembari berusaha berdiri.
"Eh mas, ah jangan bangun dulu, hii dek Naufal gak boleh gitu sayang." Ucap ummi sembari menahan Azmi yang ingin berdiri.
"Hehehe maaf mas, lk gak kuat ojo di pekso (kalau gak kuat jangan dipaksa)." Ucap Naufal sembari menunjukan gigi putihnya.
"Mas kenalin ini Kinaya putri arum, anak teman abah, seorang ning loh." Ucap abah sembari tersenyum pada Azmi.
"Ooo, nama saya Azmi Askandar, panggil Azmi aja." Sahut Azmi sembari tersenyum pada wanita itu.
"Kalau saya panggil Naya aja, ohya ini saya bawakan lele goreng, kata abah mas suka lele goreng, dihabisin ya." Ucap Naya sembari tersenyum ke arah Azmi.
"Iya ukhty syukron." Sahut Azmi sembari membalas senyuman Naya.
"Naya kamu jagain Azmi bentar ya, abah mau bicara sama ummi dulu." Ucap abah yang mendapat anggukan dari Naya.
Abah berjalan sedikit menjauh dari kamar Azmi, lalu berhenti didekat taman dan duduk ditepian koridor, ummi pun ikut duduk disamping abah.
"Ada apa bah?" Tanya ummi to the point.
"Abah sudah memutuskan untuk menjodohkan Azmi dengan Naya, menurut ummi gimana?" Tanya abah membuat ummi membulatkan matanya.
"Apa?! Abah gak bercandakan? Azmi gak cinta sama Naya, mereka bahkan baru bertemu beberapa menit yang lalu!" Ucap ummi dengan nada tegas.
"Ummi, mereka kan bisa ta'arufan dulu, tak usah buru buru." Sahut abah berusaha menenangkan ummi.
"Gak! Ummi gak setuju!" Ucap ummi sembari memasang wajah marah.
"Trus ummi setujunya sama siapa? Arsa? Ummi! dia yang sudah membuat Azmi masuk rumah sakit!" Sahut abah sedikit membentak.
"Bukan Arsa abah! Jangan trus trusan nyalahin Arsa! Azmi melakukan ini semua karena dia cinta sama Arsa!dan kita gak bisa maksa Azmi! Ini tentang masa depannya!" Ucap ummi yang tak mau kalah.
"Karena menyangkut masa depannya, abah memilih Naya! Dia yang pantas jadi istrinya Azmi bukan Arsa!" Sahut abah yang tersulut emosi.
"Terserah abah! Yang jelas sampai kapanpun ummi gak ridho Azmi menikah dengan Naya!" Ucap ummi lalu pergi meninggalkan abah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah Ustadz
Teen FictionCerita Fiksi Azmi Askandar seorang ustadz lulusan Al Zahir Kairo Mesir yang kembali ke Nurul Qodim untuk mendapatkan hati seorang gadis yang telah lama dia cintai dalam diam. Dapatkah Azmi membuktikan cintanya? . . . . . Jangan Jadi Pembaca Gelap! ...