Arsa langsung menangis saat mendengar ucapan buyah, tidak tau kah dia kalau putrinya itu juga mencintai ustadz Azmi? Tidak tau kah dia jika putrinya itu ingin Azmi lah yang menjadi imamnya nanti? Apa sebuta itu hatinya sampai tidak bisa melihat cinta dimata putrinya sendiri?
Arsa berlari menuju kamarnya, entah apa yang terjadi setelah sore nanti, hancur sudah semuanya, cinta yang selalu dijaganya, nama yang selalu tersematkan dalam sepertiga malamnya, semua itu sudah berakhir!
Impiannya selama ini hanya akan menjadi impian sampai kapan pun! Dia tidak akan bisa mewujuhkannya! Mungkinkah Allah tidak metakdirkan Arsa dan Azmi untuk bersanding?
"Arsa." Ucap ummi lirih sembari berjalan mendekat kearah Arsa.
"Ummi." Sahut Arsa sembari menghapus sisa air matanya.
"Menangislah kalau kau ingin menangis, ummi tau semuanya, tanpa kau jelaskan seorang ibu akan mengerti semua isi hati anaknya, menangislah putriku." Ucap ummi sembari memeluk Arsa.
"Hiks... hiks... apa Arsa dan Azmi tidak ditakdirkan untuk berjodoh ummi? Apa Allah tak ingin Arsa jadi tulang rusuknya? Apa nama kita tak bersanding di lauhul mahfudz?" Tanya Arsa yang masih menangis.
"Jodoh itu ditangan Allah, ummi mana tau kau nanti berjodoh dengan dia atau tidak, tapi yang jelas kau jangan terus menangis untuk seseorang yang belum halal bagimu, Allah pasti akan memberikan rencana yang indah untuk hambanya. Jalani saja dulu Arsa, terimalah khitbah ustadz Syakir dengan sepenuh hati, nak cinta itu bisa tumbuh seiring waktu."
"Dulu ummi dan buyah juga tidak saling mencintai, namun lambat laut karena sikap dan akhlak buyah ummi jadi jatuh cinta sama dia, kau pun nanti akan begitu setelah menikah dengan ustadz Syakir. Minta petunjuk sama Allah, kalau memang Azmi bukan jodohmu mintalah untuk menghapus perasaan cintamu pada Allah." Ucap ummi sembari mengelus puncak kepala Arsa yang tertutup hijab.
🎲
Azmi berjalan lesuh kerah kamarnya, tatapan heran para santri pun terlihat disepanjang koridor pondok barat rasanya meninggalkan pesantren itu, apa lagi untuk kedua kalinya.
Namun apa boleh buat, kiyai sudah mengeluarkannya dari pesantren, mau tidak mau dia harus keluar, Azmi pun mengemasi barang barangnya dengan asal. Ahkam dan Aban yang melihat itu tidak bisa berbicara banyak. Huft! Baru saja kemarin mereka bersama, kumpul bertiga setelah 8 tahun tapi kenapa mereka harus berpisah secepat itu.
Selesai mengemasi barang barangnya Azmi pamit pada kedua sahabat sekaligus kakak angkatnya itu, Azmi mau pun Ahkam dan Aban saling berpelukan lama sekali tidak ada yang berniat melepas atau menyudahi.
"Titip salam buat anak hadrah dan juga Arsa ya kak." Ucap Azmi dengan wajah pucatnya itu.
"Iya mi, kamu hati hati dijalan, pulang ke Blitar kan?" Tanya Ahkam memastikan.
"Iya kan, aku kan gak punya saudara di sini. Jadi pulang ke Blitar aja kali." Jawab Azmi berusaha tersenyum.
"Jodoh gak akan ketuker mi, mungkin Allah sudah menyiapkan seseorang yang jauh lebih pantas untuk bersanding denganmu." Ucap Aban sembari mengelus bahu Azmi pelan.
"Iya kak, insyaallah Azmi strong kok." Sahut Azmi sembari tersenyum tipis.
Azmi pun berjalan keluar pesantren Nurul Qadim, saat sudah sampai digerbang dia berbalik dan melihat seisi pesantren dengan teliti, lalu matanya mengarah pada rumah mewah yang berdiri di samping pesantren, dia menatap kearah sebuah balkon kamar yang diyakini hatinya adalah balkon kamar Arsa, puas menatap balkon kamar Arsa, Azmi kembali melanjutkan perjalanannya.
Suara Adzan duhur yang sudah terdengar sedari tadi membuat langkah Azmi harus terhenti sebentar untuk melaksanakan kewajibannya sebagai umat islam.
"Ya Rabb... kenapa hamba masih yakin kalau Arsalah yang kelak akan menjadi jodoh hamba, benarkan perasaan hamba ya rabb, hamba tak mau mencintai seseorang yang sebentar lagi akan menjadi halalnya orang lain, palingkan perasaan hamba darinya, dan taruh perasaan hamba pada seseorang yang telah kau kirim, hamba berserah atas kuasamu ya rabb." Ucap Azmi dalam doanya.
Setelah selesai berdoa dan membaca Al Qur'an untuk menenangkan hatinya, Azmi keluar dari Masjid dan pergi kesalah satu rumah makan untuk mengisi perutnya yang sudah kelaparan sejak tadi.
"Maaf mas, meja ini sudah dipesan orang lain." Ucap seorang pelayan saat Azmi ingin menduduki meja nomer 5.
"Siapa yang memesan memang?" Tanya Azmi asal.
"Dipesan atas nama Syakir Daulay dan Salwa Salsabilla." Jawab pelayan tersebut membuat Azmi membulatkan matanya.
"Ooo." Ucap Azmi singkat, namun dalam hatinya dia heran dengan nama pemesannya.
Azmi pun pindah di meja yang berada di sudut ruangan. Apa Syakir yang dimaksud pelayan itu sama dengan Syakir yang dimaksud kak Ahkam kemarin?. Tanya Azmi dalam hati.
Tak lama seorang pria seumuran Azmi datang dengan seorang perempuan ber dress biru dab rambut yang dibiarkan terurai, pria itu duduk dan langsung bercanda ria dengan perempuan yang ada didepannya.
Apa itu Syakir? Masa anak kiyai pacaran? Coba aku tanya kak Ahkam aja. Pikir Azmi.
081543××××××
Kak apa pria yang ada di foto ini ustadz Syakir yang kakak maksud kemarin?Kak Ahkam 💙
Ini Azmi? Iya dia ustadz Syakir.Azmi unyu ❤
Iya kak aku Azmi, kalau benar dia ustadz Syakir kenapa dia jalan sama perempuan? Apa itu saudaranya?Kak Ahkam 💙
Gak tau mi, coba aku tanya ke ning Arsa. Kamu terus ikuti ustadz Syakir aku curiga ada yang gak beres sama dia.Azmi unyu ❤
Ok kak, makasih bantuannya 😊Kak Ahkam 💙
AssyiiaaappSetelah membaca pesan dari Ahkam, Azmi pun terus memperhatikan Syakir, memang dari tempat Azmi duduk dia tidak bisa mendengar percakapan keduanya namun dari gerak tubuh mereka sudah di pastikan mereka memiliki hubungan, entah apa hubungan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah Ustadz
Novela JuvenilCerita Fiksi Azmi Askandar seorang ustadz lulusan Al Zahir Kairo Mesir yang kembali ke Nurul Qodim untuk mendapatkan hati seorang gadis yang telah lama dia cintai dalam diam. Dapatkah Azmi membuktikan cintanya? . . . . . Jangan Jadi Pembaca Gelap! ...