Seorang wanita berhijab syar'i baru saja sampai di depan gerbang pesantren Nurul Qadim, wanita itu terdiam sembari celingak celinguk mencari dimana satpam berada, saat seseorang yang dicari sudah berada di depannya gadis itupun memberitahu tujuan utamanya siang itu ke Nurul Qadim.
Adegan tanya jawab pun terjadi antara pak satpam dan wanita itu, cukup lama hingga akhirnya pak satpam itu pergi memanggil seseorang dari arah pondok putri. 15 menit, pak satpam itu kembali dengan seorang wanita yang kini sudah bercadar.
Kedua wanita itu saling tersenyum, mereka saling melihat dari atas sampai bawah lalu berpelukan erat, mereka bahkan lupa kalau saat ini mereka masih berada di halaman pondok Nurul Qadim.
"Arsa, masyaallah kamu cantik banget pakai cadar." Ucap wanita yang berhijab syar'i memanggil wanita bercadar didepannya Arsa.
"Kamu juga cantik semoga bisa istiqomah dalam berhijab ya, Salwa." Sahut yang dipanggil Arsa memanggil wanita berhijab syar'i didepannya Salwa.
"Arsa aku tadi ke Blitar loh, kukira kamu di Blitar." Ucap Salwa kembali membuat wajah Arsa murung dibalik kain cadarnya.
"Buat apa aku ke Blitar?" Tanya Arsa sembari menundukkan kepalanya.
"Aku lihat dia dengan wanita lain, apa kau tau?" Tanya Salwa sembari menatap Arsa yang menundukkan kepala.
"Iya aku tau, aku juga tau kalau dia akan menikah dengan wanita itu." Sahut Arsa berusaha tegar.
"Tapi kau--
"Sudahlah Salwa tak perlu membahas dia terus, biarkan dia melanjutkan hidupnya di Blitar, aku pun akan melanjutkan hidupku disini." Ucap Arsa memotong ucapan Salwa.
"Kau yakin?" Tanya Salwa sedikit ragu.
"Insyaallah aku yakin dan insyaallah aku ikhlas kalau memang dia bukan jodohku." Jawab Arsa mantap.
Salwa hanya bisa menghembuskan nafasnya gusar, mau bertanya tapi takut jika membuat Arsa menangis, dia tau tidak mudah untuk mengikhlaskan sesuatu yang ada dihati kita, tapi ini Arsa perempuan kuat dan tangguh yang pernah dia lihat setelah ibunya.
"Aku senang melihat penampilanmu sekarang ini." Ucap Arsa sembari ikut duduk disamping Salwa, mereka berdua sekarang sudah berada dibalkon kamar Arsa.
"Aku juga senang melihatmu bercadar seperti ini." Sahut Salwa sembari menatap Arsa dan tersenyum.
"Kau perempuan yang kuat dan tangguh, kau pasti bisa melewati semua ini, terimakasih." Lanjut Salwa sembari memegang tangan Arsa.
"Kau sudah mengatakannya dua kali saat di rumah sakit hari itu dan sekarang ini. Dan untuk apa berterimakasih padaku?" Tanya Arsa sedikit kebingungan.
"Karena kau sudah mengembalikan Salwa yang dulu." Jawab Salwa yang masih memegang tangan Arsa.
"Maksudnya?" Tanya Arsa tak mengerti.
Salwa tersenyum lalu mengambil HP dari dalam tasnya, dia menunjukan sebuah photo pada Arsa. Dua photo yang sangat berbeda dimana Salwa yang membuka auratnya dan yang berhijab syar'i seperti sekarang ini.
Arsa memperhatikan photo itu, dia mengerti apa yang dimaksud Salwa dari dua photo yang sangat bertolak belakang itu. Arsa mengarahkan pandangannya ke Salwa yang sudah meneteskan air mata.
"Kita semua seorang pendosa, jadi jangan merasa kau itu penuh dengan dosa, jadikan masa lalu sebagai pelajaran, hijrah itu mudah yang sulit itu adalah istiqomah, aku akan menjadi sahabatmu dalam hijrahmu ini, bersama sama kita akan mengejar cinta-Nya." Ucap Arsa sembari memeluk Salwa.
"Terimakasih." Sahut Salwa lirih.
"Sudahlah jangan terus terusan berterimakasih padaku, dalam persahabatan tidak ada ucapam terimakasih dan minta maaf." Ucap Arsa sembari melepas pelukannya.
"Apa rencanamu setelah ini?" Tanya Salwa berusaha mengubah topik pembicaraan.
"Besok aku diundang pengajian ke Blitar." Jawab Arsa.
"Aku ikut, boleh?" Tanya Salwa sedikit memohon.
"Tentu saja." Jawab Arsa sembari tersenyum.
***
Mendung seolah menyambut kedatangan dua orang yang baru saja menjadi sahabat itu, Arsa diundang untuk rutinan pengajian pondok putri Pesanten Darussalam.
Namun siapa yang akan menyangka jika pesantren itu adalah milik ayahnya Naya, Arsa pun melihat ummi Laila hadir dibarisan depan, disampingnya duduk Naya.
Ummi melirik sekilas ke arah Arsa yang juga sedang melirik ke arah ummi, ummi tersenyum melihat Arsa seperti tanpa beban, namun siapa yang tau jika Arsa sedang menyembunyikan berjuta bebannya itu, toh sekarang dia bercadar jadi tidak akan ada yang mengenalinya, tapi entah bagaimana ummi bisa mengenalinya padahal Naya yang duduk disamping ummi tidak tau kalau wanita yang sedang berdiri di atas panggung adalah Arsa.
Selesai membaca Al Qur'an Arsa memberi sedikit ceramah untuk para santriwati, mereka tanpa sangat memperhati apa saja yang diucapkan Arsa. 1 jam sudah Arsa berada diatas panggung kini dia pun turun dari panggung, saat turun dia bertemu dengan ummi.
"Assalammualaikum Arsa." Sapa ummi ramah.
"Waalaikumsalam ummi." Sahut Arsa sembari tersenyum.
"Bagaimana kabarmu sa?" Tanya ummi sembari memperhatikan Arsa dari atas sampai bawah.
"Alhamdulillah Arsa baik ummi." Jawab Arsa sembari menunduk karena tiba tiba Azmi datang dari arah belakang.
"Ummi dicariin dari tadi malah disini, dicariin Rara tuh maunya makan disuapin ummi katanya." Ucap Azmi, rupannya dia tidak menyadari jika wanita bercada didepannya saat itu adalah Arsa.
"Yaudah ummi kesana." Sahut ummi yang meninggalkan Arsa begitu saja.
"Assalammualaikum akhy." Ucap Arsa sebelum Azmi pergi.
"Waalaikumsalam." Jawab Azmi sedikit bingung pasalnya dia tidak kenal siapa wanita bercadar didepannya itu.
"Arsa!" Teriak seseorang sembari melambaikan tangannya.
"Arsa?" Tanya Azmi tak percaya.
"Sa--
"Maaf saya harus pergi." Ucap Arsa lalu pergi ke arah seseorang yang memanggilnya itu.
"Kamu ngapain sama Azmi?" Tanya seseorang itu yang tak lain adalah Salwa.
"Gak ada, tadi aku omong omongan sama ummi, tapi tiba tiba dia datang." Jawab Arsa sembari melirik Azmi sekilas.
"Yaudah ayo pergi." Ajak Salwa sembari menarik tangan Arsa.
Sementara itu Azmi berjalan mencari keberadaan umminya, tega benar ummi ini tidak memberitahu kalau wanita bercada itu Arsa? Kenapa Arsa bercadara? Apa yang sudah terjadi?
Tapi dilihat lihat Arsa cantik juga jika bercadar, huft! Seharusnya Azmi tau wanita bercadar itu Arsa, apa lagi Arsa tadi bertilawah Al Qur'an, kenapa dia tidak bisa mengenali suara Arsa? Payah!
"Ummi." Ucap Azmi sedikit berbisik.
"Iya, kenapa?" Tanya ummi yang sedang menyuapi Arsa.
"Wanita tadi itu Ar--
"Iya, dia Arsa." Ucap ummi memotong ucapan Azmi.
"Kenapa ummi gak bilang?" Tanya Azmi.
"Buat apa? Agar kau bisa berduaan dengan dia? Ingat mas kau sebentar lagi akan menikah!" Ucap ummi sedikit tegas.
"Aku mau menemuinya." Ucap Azmi sembari berdiri.
"Terserah! Tapi nanti jika kiyai tau kau sendiri yang menjelaskan siapa itu Arsa!" Sahut ummi tegas.
Azmi mengerutkan hadinya mendengar perkataan ummi, ada apa dengan ummi? 1 minggu yang lalu dia kokoh dengan pendiriannya yang tidak setuju Azmi menikah dengan Naya, namun kenapa hari ini ummi seperti melarang Azmi untuk bertemu dengan Arsa? Huft! Ummi ini bikin orang pusing saja.
Assalammualikum :)
Masih setia dengan Azmi dan Arsa kan ?
Maafkan author yang udah membuat kalian menunggu lama :(
Hiyahiyahiya author tau menunggu itu melelahkan:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah Ustadz
Teen FictionCerita Fiksi Azmi Askandar seorang ustadz lulusan Al Zahir Kairo Mesir yang kembali ke Nurul Qodim untuk mendapatkan hati seorang gadis yang telah lama dia cintai dalam diam. Dapatkah Azmi membuktikan cintanya? . . . . . Jangan Jadi Pembaca Gelap! ...