4 | he tells a lie

325 78 29
                                    

Setelah sempat menerima sambutan kecil dari bawahannya, Hyungseob segera beralih menuju ruangannya, mengikuti arahan Heejin. Jeon Heejin—gadis yang menjabat sebagai asisten Hyungseob—ini terlihat gemas melihat reaksi Kepala Bagiannya yang yang baru.

Heejin tentu senang Kepala Bagiannya kali ini seorang yang masih muda, bukan pria paruh baya berperut buncit yang suka memelototi bokong karyawan wanita.

"Saya senang Anda-lah yang menjabat sebagai Manager Divisi kami."

Hyungseob menoleh cepat. Barusan ia memperhatikan jalanan padat di bawah sana lewat dinding kaca di sebelah meja kerjanya.

"A-ah, terima kasih." Wajah Hyungseob merona tipis.
Heejin beralih pada mesin teh yang tersedia di ruangan itu,"Saya dengar Anda juga seorang single-parent."

Hyungseob duduk di deretan sofa yang terletak di tengah ruangan. Rasanya masih asing untuk duduk langsung di belakang meja kerjanya.

Hyungseob berdeham pelan,"Ya, aku punya seorang anak laki-laki."
Heejin meletakkan dua gelas teh hangat yang baru selesai diracik ke atas meja, bibir berpoles lipstik merah muda itu tersenyum lebar.

"Istri anda—"

"Tidak, aku yang melahirkan."
Heejin membeku di sofanya, hatinya sesak akibat merasa bersalah karena menanyakan hal sensitif di hari pertama mereka bertemu.

Buru-buru gadis itu berdiri dan membungkuk dalam,"M-maafkan Saya."

Namun gadis itu berubah bingung kala Hyungseob terkekeh melihat aksinya,"Kenapa minta maaf? Aku tidak masalah, kok. Duduklah."

"Saya harusnya tidak menanyakan hal ini."

"Mungkin akan ada saatnya aku tidak bisa berangkat bekerja jika sesuatu terjadi pada anakku. Setidaknya aku perlu menjelaskan padamu keadaanku yang sebenarnya sebelum kita mulai bekerja."

Heejin belum pernah melihat seorang pemimpin yang rendah hati secara nyata selain dari film ataupun novel namun, melihat sosok Hyungseob sebagai Manager Divisi Pemasaran yang baru telah membuka mata Heejin tentang dunia.

"Ah, benar! Selama tiga bulan sekali, akan ada hari dimana seluruh karyawan dapat mengajak anak mereka untuk berkunjung. Karyawan juga di bebas tugaskan. Hal ini untuk menjaga komunikasi antar karyawan dan mengenal satu sama lain lebih baik."

"Kukira akan sangat tertekan saat bekerja disini, ternyata tidak begitu."

"CEO kami mengatakan untuk tidak terlalu tertekan pada pekerjaan, karena itu ada beberapa event tahunan yang diadakan untuk membuat karyawan betah bekerja."

Mungkin memang benar, bahwa kehidupan Hyungseob akan semakin membaik.

Lingkungannya bekerja jauh lebih menyenangkan dari pada lingkungannya yang dulu, tapi bukan berarti Hyungseob tidak suka dengan kantor lamanya. Untuk beberapa aspek, Hyungseob merasa kantor barunya jauh lebih terbuka.

Setelah berbincang hampir satu jam, Hyungseob kemudian mengakhiri sesi obrolannya bersama Heejin.

"Pekerjaan pertama tidak akan seberat itu. Berkasnya bisa langsung Anda periksa." Heejin meletakkan beberapa macam map berbeda warna ke hadapan Hyungseob yang sudah duduk di balik meja kerjanya.

"Eum, Heejin-ah," Heejin menoleh cepat dari kegiatannya merapikan beberapa kertas,"ada 10 orang 'kan di Divisi kita?"

"Iya, Anda benar."

"Aku ingin mengajak mereka untuk makan malam bersama sepulang kerja nanti. Bisa kau reservasikan restoran di dekat sini untuk nanti malam?"

Heejin tidak tahu sudah berapa kali ia tersenyum hari ini hanya karena kerendahan seorang Ahn Hyungseob.

Sungguh, saat pertama kali 'pria buncit yang sangat Heejin benci'—yang adalah mantan Manager Pemasaran—itu pindah ke kantor ini, tidak ada kata makan malam bersama. Hanya Hyungseob yang melakukannya setelah hampir lima tahun terlewati.

Untuk selanjutnya, gadis itu yakin Divisi mereka tidak akan mengalami hal-hal buruk lagi.

Ahn Hyungseob terlalu 'worth-it' untuk di lewatkan.

Hari ke sembilan Hyungseob bekerja, ia dikejutkan dengan Heejin yang menghampirinya ke pintu masuk lobbi kantor dengan sedikit terengah, tampaknya gadis cantik itu tengah panik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ke sembilan Hyungseob bekerja, ia dikejutkan dengan Heejin yang menghampirinya ke pintu masuk lobbi kantor dengan sedikit terengah, tampaknya gadis cantik itu tengah panik.

"Ada apa?"

Hyungseob tidak bohong, ia juga mulai merasa was-was.

"Ada yang ingin bertemu—" Gadis itu meneguk ludahnya kasar.

Menyimpulkan dari potongan cerita yang ia dengar, Heejin mengerti sekali bahwa Hyungseob sangat membenci mantan kekasihnya, seseorang yang menyebabkan Hyungseob harus mengurus Rui seorang diri.

Suara Heejin berubah lirih,"—dia mengaku sebagai Ayah Rui."

Tidak ada yang lebih buruk dari ini, Hyungseob rasa.

Baginya sudah cukup hanya ada Rui dalam hidupnya, dia bahkan tidak berharap bahwa sosok itu akan kembali.  Luka yang dulu ditorehkan oleh mantan kekasihnya seolah tidak ingin sembuh, hingga setiap kali Hyungseob mengingatnya, hanya tangis yang menyapa.

Sentuhan Heejin di punggung tangannya, menyadarkan Hyungseob dari lamunan. Keduanya saling menatap dengan mata sendu.

"Aku bisa mengusirnya untukmu—" Ujar Heejin.

Kali ini ia bertindak sebagai teman alih-alih sebagai Jeon Heejin, asisten Manager Divisi Pemasaran.

"Tidak, Heejin-ah." Hyungseob memijat pelipisnya kalut,"Aku harus menyelesainya cepat atau lambat. Dan jika memang ini waktunya, aku tidak akan menghindar."

Bisa Heejin lihat, mata yang kemarin berbinar ceria itu harus kembali berkaca-kaca hanya karena luka dari masa lalu.

"Ayo." Ajak Hyungseob.

Pemuda beranak satu itu memimpin langkah. Kadang mencoba untuk membalas senyum pada orang-orang yang menyapa tapi, gurat sedih itu tidak mungkin lenyap.

"Anda bisa mundur jika ragu." Begitu ujar Heejin ketika langkah mereka berhenti di depan pintu ruang kerja Hyungseob namun, tekad Hyungseob sudah bulat, ia akan tetap menemui mantan kekasihnya.

"Tidak, aku tetap akan menemuinya dan...," Hyungseob meletakkan tangannya di gagang pintu,"tinggalkan kami berdua."
Heejin tidak dapat protes kembali dan segera undur diri.

Hyungseob menarik nafas dalam-dalam, sebelum membuka tuas pintu dan masuk ke ruangannya. Sosok yang tadinya melihat-lihat isi meja kerja Hyungseob itu pun mendongak sebelum akhirnya tersenyum.




















"K-kang Daniel!?"

to be continued...











Btw, kan kalo di korea wanita sudah menikah otomatis marganya ikut suami. Bisa jadi Ibu Park kemarin itu nama asli, bisa juga nama setelah ganti marga.

Aku no comment, ah. Biar kalian sibuk berpikir, wkwk.

Cuma jangan lupa aja, vote and comment💕

toast and butter • jinseobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang