7 | photo album

314 85 16
                                    

Hari kedua berlanjut dengan hal yang sama; Hyungseob akan dipanggil ke ruangan Woojin dan Woojin akan membiarkannya duduk sendirian sedangkan ia juga sibuk sendiri.

Lelaki berambut merah itu rupanya mencoba menguji kesabaran Hyungseob hingga hari ke tujuh, dan selama seminggu penuh tidak ada percakapan berarti diantara mereka.

Hyungseob akhirnya berbohong pula ketika Heejin bertanya—pada Hyungseob sendiri—maksud Woojin memanggil Manager Divisi Marketing cantik yang satu ini. Hyungseob bilang bahwa mereka sedang merencanakan target Divisi Marketing untuk ke depannya dan beruntungnya, Heejin percaya.

Kemudian hari ke delapan datang. Hyungseob tidak menahan langkah ketika Heejin kembali memintanya datang ke ruangan Woojin.

Sudah cukup bermain-mainnya, Park Woojin.

Woojin terperanjat dari kegiatannya ketika Hyungseob menggebrak mejanya marah, tidak menyangka akan diperlakukan sekasar itu oleh seorang yang jabatannya jauh sekali di bawah Woojin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Woojin terperanjat dari kegiatannya ketika Hyungseob menggebrak mejanya marah, tidak menyangka akan diperlakukan sekasar itu oleh seorang yang jabatannya jauh sekali di bawah Woojin. Padahal kalau diingat-ingat, Woojin pernah menyerahkan seluruh hidupnya untuk pegawainya yang satu ini.

At the same time, he realize they used to be 'us'.

"Aku tidak tahu maksudmu apa," Gurat marah Hyungseob terlihat jelas,"tapi katakan sekarang juga karena kesabaranku sudah habis."

Lalu, apa yang kalian harapkan dari Woojin?

Lelaki itu tentu tidak akan minta maaf ataupun menyesal.

Woojin bangkit dari kursinya dan berdiri menantang Hyungseob,"Berani sekali karyawan rendahan sepetimu membentakku! Aku bisa saja memecatmu hari ini!"

Hyungseob hanya tidak habis pikir dulu ia pernah menjalin kasih dengan manusia yang tidak punya hati. Untuk kesekian kalinya, Hyungseob menyesal pernah mengenal Woojin.

"Kalau begitu, kenapa tidak memecatku sejak hari pertama kau disini!?"

Woojin tidak menjawab, namun terlihat jelas lelaki itu tengah menahan emosi. Rahangnya bahkan bergemeletuk seperti pop-corn.

"Kutunggu keputusanmu secepatnya."

Hyungseob tidak akan berusaha untuk bertahan di perusahaan ini jika Pemimpin Utamanya saja tidak menginginkan kehadirannya. Dengan perasaan kalut, ia berbalik dan menjauh dari meja kerja Woojin, mencoba melangkah kearah pintu keluar dengan mantap.

"Aku!—"

Langkah Hyungseob otomatis berhenti, mungkin Woojin akan memecatnya sekarang.

"—hanya ingin melihat album foto Rui."

Haha, Hyungseob mungkin saja salah dengar.

Haha, Hyungseob mungkin saja salah dengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
toast and butter • jinseobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang