Prolog

599 33 2
                                    

Mata Raina berubah menjadi tajam setelah menatap layar ponsel milik Adam. Ia langsung menoleh ke arah Adam. "Dam!"

Adam mulai mengarahkan pandangannya dari buku biologi ke arah Raina.
"Kenapa, na?" Tanya Adam.

Raina menyodorkan ponsel milik Adam tepat di depan kedua mata Adam.
"Dia siapa?!" Bentak Raina.

Adam tersentak kaget dan tak bisa dan kehilangan kata kata.
"Dam! Jawab!" Pekik Raina.

What the fuck! Ga mungkin kan itu gua? -Batin Adam.

"Ng...ga ga mungkin, i..ni pasti foto editan." Ucap Adam terbata-bata.

"Dam, gua kecewa sama lu!" Ucap Raina seraya meletakkan ponsel Adam kembali ke tangan Adam.

Tanpa berpikir panjang, Raina langsung memasukkan buku biologi miliknya ke dalam tas lalu beranjak pergi ke arah pintu.

Adam dengan sigap mencekal tangan Raina yang hampir menyentuh gagang pintu.

"Sumpah demi Tuhan,Raina gua ga tau siapa cowo itu." Ucap Adam seraya menatap Raina lekat-lekat.

Raina tahu betul jika sahabatnya ini tidak berbohong sama sekali. Adam memang tipe cowo pelupa dan Raina juga sudah terbiasa dengan sikap pelupa yang dimiliki oleh Adam.

Tetapi tetap saja Raina sudah sangat merasa kecewa dengan foto vulgar itu. Dirinya tidak terima jika sahabatnya ini tidak mau mengakui dirinya gay, padahal sudah jelas-jelas Raina melihat foto tadi.

Raina berdecak sebal. "Dam, gua tau lu tuh emang pelupa. Tapi apa iya lu ga inget sama foto yang tadi? Padahal fotonya juga yang nyimpen elu." Ucap Raina bernada kesal.

Adam menangkup wajah Raina dan menatap mata Raina lekat-lekat.
"Na, gua aja ga tau kapan gua bikin itu album. Gua ga tau sama sekali album yang judulnya Aaron itu!"

"gua udah deketin muka gua ke elu kayak gini supaya lu bisa nyari-nyari kebohongan di wajah gua. Tapi apa? Lu ga bisa nemuin satu kebohongan pun kan? Gua emang beneran ga tau." Tambah Adam.

Raina tak bisa menjawab pertanyaan Adam karena memang benar apa yang dikatakan oleh Adam, Dirinya tidak bisa menemukan satu kebohongan pun di wajah Adam. Raina melepas kedua tangan Adam dari sisi wajahnya. Kemudian Raina membuka pintu dan berjalan keluar kamar Adam. Linda--ibunya Adam, melihat Raina keluar kamar Adam.

"Raina, gimana belajarnya? Makasih ya udah mau ngajarin Adam. Soalnya dua hari yang lalu kami sekeluarga harus pergi ke Amerika karena hal penting."

Raina mengulas senyumnya dengan terpaksa. "Iya tante, tadi Adam langsung ngerti pas aku ajarin."

Raina memang sedari tadi pagi sudah bermain ke rumah Adam untuk mengajari Adam pelajaran Biologi, karena dua hari yang lalu Adam sekeluarga harus pergi ke Amerika. Tak lama Adam datang menghampiri ibunya dan Raina yang sedang asyik mengobrol.

Linda melirik ke arah belakang Raina, terlihat ada Adam yang sedang berjalan ke arah mereka berdua.
"Nah karena Adam udah turun, kalian harus makan siang dulu." Ucap Linda.

Raina menoleh ke arah belakangnya dan mendapati Adam yang sekarang sudah berada di belakangnya. Raina hanya bisa terdiam dan tidak tersenyum sama sekali. Tatapannya ke arah Adam kembali tajam.

Akhirnya mereka bertiga duduk di atas kursi makan, mereka makan dengan tenang dan tidak mengeluarkan suara. Linda yang merasa suasana disini berbeda seperti biasanya. Sekarang lebih terasa canggung.

"Sayang, kamu ngapain Raina?" tanya Linda memecah keheningan.

Seketika Adam tersedak oleh makanannya yang baru saja ia masukkan. Raina yang melihatnya langsung menyodorkan air putih ke Adam dan menepuk-nepuk punggung Adam.

"Ngga ngapa-ngapain, ma." Jawab Adam.

Tak lama, ponsel Raina berbunyi. "Tante aku mau angkat telpon bentar." Ucap Raina lalu dengan cepat pergi meninggalkan meja makan tersebut lalu.

"Dam, kamu lagi kenapa sih sama Raina?" Linda kembali bertanya.

"Dia lagi pms mah kayaknya." Jawab singkat Adam lalu kembali memasukkan makanannya ke dalam mulutnya.

Raina kembali datang ke ruang makan. Ia bergegas mengambil tas tenteng miliknya yang berisikan buku biologi. Dirinya terlihat sangat terburu-buru.

"Maaf tante, aku ada urusan mendadak. Mama masuk rumah sakit. Kata papa, mama mau dioperasi pengangkatan payudaranya." Ucap Raina seraya menenteng tasnya tersebut.

Sontak Adam dan Linda kaget, mereka bertiga akhirnya pergi ke rumah sakit.

Maaf banget ya, aku emang kurang bisa bikin prolog :)

Raina And Her Double HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang