5 × 3

138 22 9
                                    

"Bel, kamu gak bosen sendirian terus di sini?" tanya ibuku yang baru saja memasuki kamar Ethan.

Jujur, aku merasa bosan berada di sini tanpa ponsel yang menemani. Namun, dikarenakan tugasku adalah menjaga Ethan, kurasa tak ada salahnya berpura-pura tidak bosan di depan ibuku. "Engga, Ma, Bella gak bosen."

"Oh ya, Bel, tadi Mama lihat Calum lho," ucap ibuku dengan nada seseorang yang sedang membanggakan dirinya.

"Kok Mama kelihatan senang gitu sih?" tanyaku penasaran.

"Ya, kan, Calum calon mantu Mama," jawab ibuku.

Aku terdiam mendengar jawaban ibuku yang sangat di luar dugaan itu. Seandainya aku adalah orang yang jahat, aku pasti akan mengaminkan ucapan ibuku. Tetapi karena aku adalah Adorabella yang baik hati, aku memutuskan untuk diam saja. "Dia sama siapa, Ma?"

"Sendirian," jawab ibuku. "Tadi Mama mau nyapa dia, eh, dianya udah ngilang gitu aja."

Aku menanggapi jawaban ibuku dengan beberapa huruf O. Kalau aku boleh jujur, aku sangat ingin bertemu dengan Calum. Namun karena pertemuan terakhirku dengan Calum terbilang cukup menyedihkan, aku menghilangkan niatku itu. Aku takut Calum akan bertanya mengenai diriku yang beberapa hari ini susah dihubungi. Ya, sejak pertemuan yang berisi pendeklarasian bahwa Calum dan Mawar sudah berpacaran, aku 'menghilang'. Aku 'menghilang' bukan hanya karena Calum dan Mawar, tetapi juga karena aku disibukkan dengan tugas sekolahku dan juga kegiatan KRB yang akan mendatangi perpustakaan kota.

"Kamu gak mau nemuin Calum, Bel?" tanya ibuku.

Aku menggelengkan kepalaku. "Bella lagi males keluar, Ma, kalau Calum ingat Bella pasti Calum ke sini."

"Kamu lagi berantem sama Calum?" tanya ibuku.

Aku kembali menggelengkan kepalaku. "Bella sama Calum baik-baik aja, kok, Ma."

"Tunjukin coba," pinta ibuku.

Aku menatap ibuku dengan tatapan kebingungan. Aku tahu ibuku menyuruhku untuk menunjukkan kepada beliau bahwa aku dan Calum baik-baik saja, tetapi yang membuatku bingung adalah maksud dari permintaan ibuku itu. Untuk apa ibuku harus tahu hal itu?

"Ih, Mama, Bella sama Calum baik-baik aja," ulangku.

"Bella, Mama udah pernah kasih tau, kan, kalau kita harus terus menjalin hubungan dengan orang yang kita sayang?" tanya ibuku.

Aku menautkan kedua alisku. Pembicaraan antara aku dan ibuku ini sudah sedikit melenceng. Aku tidak boleh membiarkan ibuku terus-menerus berasumsi bahwa aku dan Calum sedang bertengkar.

"Ma, Bella gak sayang sama Calum," jawabku.

"Ini hari Minggu, Bel, kamu mau ibadah kamu tadi sia-sia?" tanya ibuku.

"Iya deh, Ma, iya, Bella temui Calum," ucapku.

Satu senyuman lebar menghiasi wajah ibuku. Dari senyum itu aku sudah bisa menyimpulkan bahwa beliau sangat ingin aku keluar dari kamar ini dan menemui Calum yang sekarang tak tahu di mana. Seandainya ibuku tahu Calum sudah berpacaran dengan Mawar, apakah beliau masih akan sesemangat ini untuk menyatukanku dengan Calum? Kurasa tidak dan mungkin saja beliau malah akan menyuruh Calum untuk menjauhiku.

Tidak, tidak. Itu tidak boleh terjadi. Walaupun aku tahu aku dan Calum tidak akan bersatu, aku tetap tidak mau berpisah dengan Calum. Ia adalah kakakku dan terpisah dari seorang kakak adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Cukuplah hubungan sang kakak saja yang menyakitkan.

×××

Dikarenakan aku memang tidak berniat untuk bertemu dengan Calum, aku memutuskan untuk langsung melangkahkan kakiku ke taman yang berada di depan rumah sakit tempat Ethan dirawat. Taman yang sedang kukunjungi ini merupakan taman yang cukup terkenal di kotaku karena di sekelilingnya terdapat warung-warung yang menjadi tongkrongan para anak muda maupun para orangtua.

Catch Fire × Calum Hood || ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang