01 ✨ Kang Seulgi

13.7K 871 28
                                    

Kedua bola mataku terfokuskan pada sebuah benda berbentuk persegi panjang dengan beberapa angka di dalamnya. Tiga puluh detik lagi, dan benda itu akan berbunyi nyaring. Dalam hati aku ikut menghitung mundur. Dan tepat di detik terakhir, benda itu akhirnya berbunyi. Segera kumatikan tombol diatasnya dilanjutkan dengan meninggalkan ranjang yang telah kugunakan sejak tiga bulan yang lalu. Aku membuat kesalahan saat menyalakan lilin aromaterapi dan tak sengaja membakar ranjang lamaku. Beruntung tidak sampai separah yang kupikirkan. Sejak itu aku jadi trauma menyalakan lilin di dalam apartemen. 

Aku meregangkan tubuhku yang kaku. Sebenarnya sejak semalam aku tidak bisa tertidur. Setelah menyelesaikan pekerjaan hampir tengah malam, rasa kantukku tiba-tiba menghilang. Sudah kugunakan berbagai cara agar bisa tertidur seperti meminum susu hangat atau menghitung domba. Tapi cara tersebut tak juga berhasil.

Kulihat pantulan diriku di dalam cermin. Aku menghela napas begitu melihat lingkaran hitam dibawah mata. Sepertinya akan memakan cukup waktu untuk menutupinya dengan make up.

Setelah membersihkan diri, aku melihat jam diatas nakas. Masih ada dua jam sebelum berangkat. Kuputuskan untuk membuat sarapan terlebih dahulu. Biasanya aku lebih memilih sarapan diluar daripada membuatnya. Menurutku terlalu berlebihan toh hanya aku sendiri yang memakannya. Dan lagipula aku memang sedikit malas melakukannya, meski banyak yang bilang masakanku enak.

"Apa yang akan kubuat hari ini?"

Menggulung lengan kemeja, aku memulai aksi dengan membuka lemari pendingin sebagai permulaan. Menilik bahan apa saja yang tersedia didalamnya. Mataku jatuh pada tofu disana. Dengan sekali anggukan, aku akan membuat dubu jorim kali ini, ditambah telur gulung, dan aku melihat masih ada sedikit kimchi juga di lemari pendingin.

Tapi sebelum itu, kuambil ponselku dan menyambungkannya di speaker. Kurang afdol jika memasak tanpa mendengarkan musik menurutku pribadi. Dengan mendengarkan musik, mood-ku untuk memasak berangsur naik.

Aku tersenyum saat terdengar lagu milik Robin Thicke berjudul Blurred Lines. Tanpa sadar aku mulai menganggukan kepalaku mengikuti irama lagu tersebut.

Hampir menghabiskan dua belas lagu hingga semua masakanku siap. Dengan hati-hati, aku menuangkan Jorim yang masih panas kedalam mangkuk, disusul memotong telur gulung dan memasukkan potongan kimchi kedalam piring, tak lupa pula nasi hangatnya.

Aku menatap makanan di meja dengan getir.

"Jal meokgeseumnida." ucapku tak sesemangat waktu memasak.

Apa yang kau harapkan memakan hasil masakanmu seorang diri? Rasanya seolah menyesakkan berselimut kesepian. Kurasa bukan hanya aku saja yang membencinya. Memang inilah hidupku selama tujuh tahun terakhir. Bagaimanapun juga, aku tidak boleh menyesali keputusanku meninggalkan Korea dan berkarir di kota ini, New York. Oleh karena itu aku hanya akan memikirkan hal-hal baiknya saja selama tinggal disini. Dan hey, di usia semuda ini aku merupakan Creative Director di perusahaan advertising ternama. Dalam sebulan aku mampu menghasilkan 11000 US dollar. Bagaimana mungkin aku tidak senang dengan hidupku ini?

Beberapa suapan terakhir masuk ke mulutku. Sembari mengunyah, aku membereskan bekas makananku dan bergegas menuju kamar. Tentu saja mengoles make up. Aku harus menjaga penampilanku dengan baik karena pekerjaanku yang sering bertemu client.

Selesai berdandan, aku mengembuskan napas pelan dan mengangguk pada diriku sendiri di cermin. Kuambil tas tanganku dan pergi bekerja.

"Wait!"

Aku menekan tombol hold di lift saat mendengar suara tersebut. Seorang pria yang kukenal masuk dan tersenyum.

"Oh Irene. Morning. Get off to work?" tanya pria bernama Sam, tetangga di sebelah apartemenku.

Light in New York [KSG x BJH] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang