Aku membuka mataku perlahan karena cahaya yang masuk dari balik jendela. Tanganku meraba ke samping tempat tidur. Keningku mengerut. Kutolehkan kepalaku kemudian membulatkan mata. Tidak ada Seulgi!
Dengan cepat, aku bangkit dari tidurku dan berjalan keluar kamar. Aku mengitari seluruh apartemen namun tak juga menemukan Seulgi. Perasaan khawatir menyergapku. Entahlah, ini seperti deja vu dan aku membencinya. Itu mengingatkanku akan masa lalu.
Karena tak juga menemukan Seulgi, kuputuskan untuk keluar apartemen. Tanpa disadari sekarang aku berlari seperti orang bodoh.
Dengan menggigit bibir bawah, pandanganku menyapu ke area jalanan segera setelah berada diluar.
"Unnie?"
Aku membalikkan tubuhku dengan cepat dan melihat Seulgi. Mataku terpejam dan menghela napas lega karena gadis di depanku tidak hilang.
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Bagaimana denganmu?" tanyaku sedikit sarkas.
"Uh, aku hanya ingin keluar bermain salju yang tersisa sebelum musim dingin benar-benar berakhir."
"Kau benar-benar... Aish!"
Aku menunjuknya dengan telunjukku namun segera kuturunkan. Kuusap wajahku frustasi. Apa dia tidak tahu kalau aku tengah khawatir? Dan alasan apa itu? Bermain salju sebelum musim dingin berakhir.
"Unnie kau tahu? Tadi aku ke Central Park dan salju disana sudah nyaris tidak ada, tidak seperti kemarin. Waaah, kalau kita kesana saat musim panas nanti rasanya pasti sempurna! Akan ada lebih banyak wanita berbikini! Tapi aku salut kepada unnie-unnie kemarin ditengah cuaca yang masih dingin berani menggunakan bikini."
Wajah Seulgi berbinar-binar seperti membayangkan berada disana saat musim panas nanti. Melihatnya membuatku tidak tega memarahinya. Tapi hey! Apa Seulgi lagi-lagi membahas wanita berbikini? Oh My God aku tidak tahu kalau Seulgi orang yang mesum. Aku merubah ekspresiku menjadi datar. Tapi tiba-tiba aku merasakan sebuah jaket menutupi bahuku. Aku menoleh dan melihat Seulgi mengenakan jaket miliknya kepadaku.
"Cuaca masih cukup dingin, unnie. Lihat pakaianmu."
Aku menurunkan pandanganku ke arah baju yang tengah ku kenakan. Piyama lengan pendek tipis. Benar saja aku merasa dingin menyeruak masuk melalui pori-pori kulitku. Tiba-tiba aku tersentuh dengan perlakuan kecilnya. Mungkin ini bukan pertama kalinya Seulgi melakukan hal manis seperti tadi. Sewaktu aku masih di Korea, Seulgi juga beberapa kali melakukannya. Tapi tetap saja, rasanya aneh dan menakjubkan.
"Masuklah, unnie akan membuatkanmu sarapan."
Aku berjalan cepat meninggalkan Seulgi dibelakang. Sial! Aku tidak ingin Seulgi melihat pipiku yang memerah.
***
Musim dingin berakhir, yang disertai mulainya musim semi. Selama lebih dari dua pekan Seulgi tinggal bersamaku. Cukup singkat, namun sudah membuat kami semakin dekat. Bahkan lebih dekat dibanding dahulu. Aku sedikit terkejut karena kukira hubungan kami akan canggung. Tapi syukurlah hal itu tak terjadi. Seulgi gadis yang hangat dan bersahabat. Mungkin itulah yang melengkapi sikap dinginku dan membuat kami dekat.
Masa perkuliahan Seulgi sebentar lagi dimulai. Gadis mirip beruang itu sibuk mengurusi sesuatu untuk ospek nya nanti. Teman barunya yang bernama Wendy juga terkadang datang ke apartemen kami saat aku bekerja. Seperti saat ini. Bedanya sekarang akhir pekan dan aku bisa bertemu dengan Wendy. Pertemuanku dengannya terakhir kali hanya sekilas. Aku tidak sempat mengenalkan diri secara resmi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light in New York [KSG x BJH] ✔
FanfikceIrene Bae (25) Creative Director muda di perusahaan advertising ternama di New York. Kang Seulgi (20) mahasiswa baru NYU jurusan hukum.