Epilog

5.6K 535 30
                                    

Seulgi mengitari apartemen barunya untuk menemukan Irene. Tidak seperti apartemen milik Irene di New York, apartemennye di Korea terbilang luas. Wajar saja karena empat apartemen dijadikan satu olehnya. Gedung yang ia tempati merupakan milik keluarga, jadi Seulgi bebas mengaturnya sedemikian rupa.

Senyum gadis monolid terukir saat menemukan kekasihnya tengah duduk santai di kursi dekat kolam renang pribadinya sembari menyesap coklat hangat. Seulgi berjalan mengendap mendekati Irene kemudian memeluknya dari belakang.

"Seul," Irene mengangkat kepalanya.

"Apa yang kau lakukan disini, unnie?"

Irene kembali menatap kedepan.

"Tidak ada, hanya masih takjub kau memiliki kolam renang pribadi di apartemen."

Seulgi tertawa kecil. Gadis itu melepas pelukannya untuk mengambil satu kursi di ujung dan menempatkannya disamping milik Irene.

"Apa kau senang?" tanya Seulgi.

"Ini terlalu mewah untukku dan aku tidak terbiasa. Entahlah, haruskah aku merasa senang?"

Kedua mata Irene menoleh menatap monolid kekasihnya.

"Kau harus senang, karena kau bersamaku sekarang."

Jawaban Seulgi membuat senyum Irene terangkat secara otomatis.

"Kau benar."

Seulgi membalas senyuman kekasihnya. Detik berlalu tanpa ada yang mengeluarkan suara lagi. Mereka menikmati keheningan yang terasa sangat nyaman tersebut. Sudah cukup lama semenjak keduanya bersama. Saat Seulgi meminta Irene untuk tinggal dengannya di Korea, gadis itu tidak langsung menyetujuinya. Irene meminta waktu kepada Seulgi untuk menuntaskan kontraknya di perusahaan tempat ia bekerja sebelum pindah bersama Seulgi. Lagipula Irene juga harus mempersiapkan mental karena bagaimanapun, dia tidak memiliki kenangan baik di kampung halamannya. Irene hanya belum siap jika harus kembali ke Korea dalam waktu dekat.

Seulgi tentu menghormati keputusan Irene. Dia tidak memaksa kekasihnya untuk ikut dengannya. Baru setelah setahun berselang, Irene menyusul Seulgi ke Korea dan tinggal bersamanya.

"Oh iya, unnie. Apa kau membawa iPad yang kau gunakan untuk facetime denganku saat ulangtahunmu tahun lalu?"

Irene mengernyitkan dahinya, berusaha mengingat iPad apa yang Seulgi maksud.

"Ah, itu! Aku memberikannya untuk Yerim. Memangnya kenapa?"

"K- Kau memberikannya pada Yerim?"

"Ya, gadis itu membutuhkan iPad untuk sekolahnya. Lagipula aku sudah punya satu."

Seulgi menelan ludahnya saat Irene menyelesaikan ucapannya. Seulgi benar-benar tidak ada ide hal ini terjadi. Dia pikir iPad itu.. Irene.. hadiahnya...

Haah, lagipula semua sudah terjadi.

"Begitu ya," lirih Seulgi.

Melihat ada yang disembunyikan dari wajah kekasihnya, Irene memicing.

"Kenapa, Seul? Ada apa dengan iPad itu?"

Seulgi menggeleng pelan.

"Tidak ada, unnie."

Irene menarik dagu Seulgi agar menghadapnya. Wajahnya berubah serius dan itu menakutkan.

"Katakan padaku."

Seulgi menggigit bibir bawahnya.

"S- Sebenarnya di iPad itu a- aku menyisipkan file untuk hadiah ulangtahunmu."

"File apa?"

Irene bertanya dengan suara pelan. Perasaannya tiba-tiba menjadi tak enak.

"File yang berisi moment kita saat aku masih tinggal bersamamu, juga video singkat diriku memberi selamat kepadamu."

Tebakan Irene benar. Kini giliran gadis itu yang menggigit bibir bawahnya.

"Seul, beberapa waktu yang lalu Yerim melakukan kesalahan hingga membuat semua data di iPad itu hilang."

Mulut Seulgi terbuka, sedang Irene menundukkan kepalanya karena merasa bersalah.

"A- Aku tidak memiliki salinannya, semua ada di iPad itu."

Gadis yang lebih tua mengangkat kepalanya dengan cepat.

"SUNGGUH?!"

Seulgi mengangguk pelan. Wajah Irene berubah cemas.

"Eotteokhae? Seulgiya, mianhae. Aku tidak tahu seharusnya aku-..."

Irene menatap kekasihnya, namun hanya sebentar sebelum kembali menundukan kepalanya.

Seulgi menghela napasnya. Tidak ada yang bisa disalahkan, semua sudah terjadi. Tangannya kemudian terulur untuk mengangkat dagu Irene.

"Gwaenchanha. Kita bisa membuat moment lebih banyak lagi, unnie. Mulai dari sekarang, kau dan aku, kita berdua akan melakukannya."

Melihat senyum Seulgi membuat Irene ikut tersenyum. Gadis itu mengangguk perlahan.

"Mari menua bersama, Seul, membuat banyak kenangan berharga yang akan terus kita ingat. I love you."

Seulgi mengecup kening kekasihnya.

"I love you, too."












































S E L E S A I

Light in New York [KSG x BJH] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang