02 ✨ New Friend

6.4K 704 33
                                    

Aku menyerahkan teh hangat kepada Seulgi. Gadis itu meraihnya dan menyesapnya perlahan, tak lupa makin mengeratkan selimut yang membalut tubuhnya. Melihatnya benar-benar membuatku khawatir. Orang bodoh mana yang keluar menggunakan pakaian tipis seperti yang dikenakan Seulgi? Ini adalah bulan Februari, bulan dimana cuaca dingin berada di puncaknya. Seulgi menghela napasnya setelah beberapa sesapan. Dia menatapku.

"Gomawo, unnie."

"Sebagai gantinya cepat ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?"

Seulgi mengangguk seraya meletakkan cangkir ditangannya ke meja.

"Aku diterima di NYU, sebab itu aku datang kemari. Dan saat sedang mencari apartemen untukku tinggal nanti, aku berhenti sebentar ke toilet. Tapi saat selesai, aku lupa bahwa aku menaruh tas dan koperku di bangku halte. Aku berlari kesana dan sudah tidak menemukan tasku dan hanya menyisakan koper. Padahal dompet dan segala macam barangku ada disana." Seulgi menghela napas dan menatap kosong kedepan.

"Aku memang bodoh!"

Aku mengangguk menyetujui ucapan Seulgi. Bagaimana bisa dia melupakan barangnya sendiri? Tapi itu membuatku yakin bahwa dia memang Kang Seulgi, si beruang ceroboh.

"Kau sudah lapor ke polisi?"

Seulgi mengangguk. "Aku ke kantor polisi tak lama sebelum kau datang tadi."

Kugelengkan kepalaku. "Apa disini kau memiliki saudara? Atau teman? Seseorang yang bisa kau mintai tolong dan bukannya duduk sendirian di kursi taman dengan cuaca seekstrim ini."

Seulgi terdiam begitu aku menyelesaikan kalimatku. Wajahnya terlihat murung. Apa aku salah bertanya?

"Aniya, kau tidak salah bertanya, unnie." ucapnya seolah membaca pikiranku.

Seulgi lagi-lagi menghela napasnya. "Aku bisa saja menghubungi Ibuku dirumah dan meminta bantuannya ke karyawan perusahaan Ayahku disini, tapi..."

Seulgi memberi jeda pada kalimatnya.

"Kepergianku disini tak mendapat restu dari mereka. Sebenarnya aku nekat kemari karena ingin belajar hukum dan bukan bisnis seperti permintaan mereka."

Aigoo siapa yang sedang kulihat sekarang ini? Benarkah ini Seulgi? Aku pikir gadis ini mengalami peningkatan. Dulu aku ingat Seulgi adalah anak yang selalu menuruti kedua orangtuanya, dia takut membuat orangtuanya marah. Tapi lihat sekarang? Sudah berani rupanya. Baguslah, dia bukan lagi si pengecut Seulgi.

"Baiklah. Kau bisa tinggal disini kalau begitu."

Seulgi tersenyum lebar dan menundukan kepalanya. "Gomawo, unnie. Setelah tas ku kembali, aku akan pindah darisini dan mencari apartemen."

Aku menggeleng. "Tak usah. Aku sangat senang kalau kau tinggal disini seterusnya. Lagipula aku bosan tinggal sendiri."

Kusunggingkan senyum tulus padanya. Seulgi juga membalas senyumnya yang mirip beruang. Sudah berapa lama aku tidak melihat senyum itu?

"Pergilah ke kamar. Besok kuantar kau ke kantor polisi lagi. Kau tidak memberitahu kontak pada mereka untuk dihubungi, kan?"

Seulgi mengangguk. Dia lalu menatapku sedikit ragu. "Tapi, unnie. Kulihat sepertinya disini hanya ada satu kamar?"

"Ah, memang. Aku bisa menggelar kasur kecil dibawah nanti."

Seulgi menggeleng dengan cepat. "Tidak, unnie. Aku saja yang akan tidur dibawah kalau begitu."

"Gwaenchanha." balasku singkat sembari menyalakan laptop.

Seulgi tetap diam di posisinya dengan menggeleng cepat. Dia menatapku intens membuatku mengembuskan napas.

Light in New York [KSG x BJH] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang