Seulgi mengekoriku dibelakang. Wajah memelasnya masih sama dia tunjukkan seperti beberapa jam yang lalu. Dengan sekali helaan napas, aku membalikkan direksi tubuhku menghadap Seulgi. Mataku menatap tajam gadis mirip beruang ini.
"Ini terakhir kalinya kukatakan, Seul. Aku tidak akan membawamu kesana."
Sejak siang tadi, Seulgi memohon kepadaku agar membawanya pergi ke club. Dia bilang dia sedikit nervous karena lusa dia sudah harus menghadiri masa orientasi di kampus nya. Satu-satu nya cara agar sedikit rileks adalah dengan mengunjungi club untuk menghilangkan rasa gugup nya. Seulgi bilang dia selalu berhasil mendapat kepercayaan diri setelah pergi ke club. Jika ini di Korea, aku tak masalah membawa Seulgi ke tempat tersebut. Tapi ini di Amerika! Usia Seulgi belum cukup untuk mendatangi club.
"Kalau kau ingin menghilangkan gugup, aku bisa membantumu dengan meditasi." lanjutku.
Seulgi memutar bola matanya malas dan berdecak.
"Aku tidak suka meditasi."
"Lalu kau mau apa-"
"...-selain pergi ke club?" Aku mengoreksi kalimatku saat melihat Seulgi akan mengucapkan kata 'club'.
Bibir gadis di depanku ia majukan. "Unnie kan bisa beralibi dengan mengatakan aku sebaya denganmu dan kartu identitasku lupa terbawa."
Aku tetap menggeleng tegas. Meskipun bisa saja aku melakukannya, tapi tidak. Aku ingin Seulgi bisa mematuhi aturan di negara tempat kami tinggal ini dengan baik.
"Unnie jahat."
Setelah mengatakan itu, Seulgi berlari menuju kamar kami dan mengunci nya.Kepalaku menggeleng lemah. Aku tidak tahu Seulgi bisa kekanakkan seperti ini. Padahal saat kuperkenalkan dengan rekan-rekanku, sifat Seulgi begitu dewasa. Apa dia memiliki kepribadian ganda?
Tapi tunggu dulu-
Kalau Seulgi mengunci pintu kamar, itu berarti-
"YAH KANG SEULGI BUKA PINTUNYA! AKU TIDUR DIMANA NANTI!"
"Bukan urusanku!" teriaknya dari dalam.
Aku menghela napas panjang dan teringat ucapan teman kerjaku dulu bahwa memiliki adik adalah bencana. Dia benar, aku menyetujui ucapannya.
***
Mataku mengerjap saat merasakan silau menusuk mataku yang masih terpejam. Pandanganku menoleh ke sekitar. Ah aku ingat berakhir tidur di sofa ruang tengah semalam karena Seulgi tak juga membukakan pintu. Namun keningku mengernyit saat melihat selimut menutupi tubuhku. Aku yakin sekali tak memakai selimut karena memang semua selimut berada di kamar yang dikunci Seulgi. Jadi apa ini?
"Kau tak ingin bersiap kerja?"
Suara tersebut mengejutkanku. Seulgi datang dibelakangku dengan tatapannya yang terfokuskan layar ponsel di genggamannya.
"Jam berapa sekarang?" tanyaku.
"Setengah sembilan."
Mataku melebar sempurna.
"Shit!" umpatku dan secara otomatis tubuhku berdiri dan berlari menuju kamar mandi.
"Unnie, language!" teriak Seulgi disertai kekehan.
Aku tak memedulikannya, yang kupikirkan sekarang adalah mandi dengan cepat kemudian bersiap berangkat kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light in New York [KSG x BJH] ✔
FanfictionIrene Bae (25) Creative Director muda di perusahaan advertising ternama di New York. Kang Seulgi (20) mahasiswa baru NYU jurusan hukum.