Flashback
Semuanya baik-baik saja sebelum perusahaan milik Ibu Joohyun mengalami kemunduran. Saat itu Joohyun masih berusia lima tahun. Gadis sekecil itu terpaksa harus melihat pertengkaran kedua orangtuanya. Ayah Joohyun yang memang mengurus perusahaan milik Ibu Joohyun setelah mereka menikah terlilit hutang yang cukup banyak. Tentu saja tanpa diketahui oleh isterinya. Ibu Joohyun pikir suaminya mengurus perusahaan dengan baik. Tapi faktanya berbanding terbalik dengan apa yang disangkanya. Sejak itu keduanya sering terlibat pertengkaran. Perusahaan terpaksa diakuisisi oleh perusahaan lain demi membayar utang Ayah Joohyun. Sedangkan pria tersebut sering bolak balik keluar negeri. Entah apa yang dia lakukan tapi hal tersebut sering menjadi topik untuk memulai pertengkaran jika Ayah Joohyun pulang ke rumah.
Layaknya sebuah rutinitas, Joohyun kecil berlari menuju kamarnya saat Ayahnya pulang dan pertengkaran itu terjadi. Joohyun kecil meringkuk di sudut kamar dengan air mata yang terus keluar. Dia takut, sangat takut mendengar teriakan dan benda-benda pecah. Kedua orangtuanya seakan lupa memiliki puteri kecil yang harus mereka lindungi. Terhitung sudah hampir setahun hal ini berlangsung. Joohyun memang tak terlalu menunjukan rasa takut dan sedihnya dihadapan orangtuanya. Dia hanya akan menangis jika sendirian seperti ini. Namun Joohyun benar-benar muak melihat pertengkaran yang tak berujung ini.
Karena itulah dia berdiri dan melangkahkan kakinya keluar dari rumah lewat pintu belakang agar tak diketahui mereka. Joohyun kecil memutuskan untuk pergi ke taman bermain dekat rumahnya. Dia duduk di bangku ayunan seraya melihat beberapa anak-anak bermain bersama orangtuanya. Joohyun tersenyum sedih. Dia iri melihat itu semua.
Tiba-tiba dari arah samping, Joohyun melihat seorang wanita dewasa duduk di bangku ayunan kosong disampingnya.
"Apa yang kau lakukan disini sendirian, gadis kecil? Mana orangtuamu?" tanya wanita itu ramah.
Joohyun kecil membuang napasnya kasar.
"Mereka bertengkar di rumah. Aku muak melihatnya."
Jawaban gadis kecil disampingnya membuat wanita tersebut melebarkan matanya. Dia terkejut bagaimana bisa gadis sekecil itu yang ia taksir usianya masih 6 atau 7 tahun berbicara seperti itu.
Joohyun yang merasa wanita disampingnya terkejut mendengar jawabannya terkekeh pelan.
"Orang-orang yang baru mengenalku juga terkejut sama sepertimu, unnie. Mereka bilang aku terlampau dewasa dibanding umurku."
Wanita itu mengangguk menyetujui. Kalimat yang dikatakannya barusan pun masih membuatnya terkejut. Itu bukan kalimat yang digunakan anak-anak kecil. Tapi wanita itu segera menghapus rasa keterkejutannya dan bersikap normal. Dia juga pernah berada di posisi gadis kecil disampingnya.
"Aku juga pernah merasakannya,"
Joohyun menolehkan kepalanya. Dia menatap bingung kearahnya.
"Sama sepertimu sekarang. Orangtuaku juga sering bertengkar. Pada akhirnya mereka berpisah saat aku lulus SD." Wanita itu memandang sedih ke bawah. Dia teringat masa lalunya.
"Apa orangtuaku akan bernasib sama seperti orangtua unnie?" tanya Joohyun dengan wajah polosnya. Sebagai pengingat saja Joohyun ini masih kecil meski ucapannya terdengar dewasa.
Wanita itu tersenyum tipis. Dia mengusap kepala Joohyun.
"Aku tidak tahu. Semua bergantung pada kedua orangtua mu. Tapi aku menyayangkan hal ini terjadi pada anak sekecil dirimu. Di usiamu ini kau harus banyak mendapat perhatian," Dia menatap Joohyun iba.
"Oh ya namaku Lee Hyori. Kau sendiri gadis kecil?"
"Namaku Joohyun, unnie."
"Hanya Joohyun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Light in New York [KSG x BJH] ✔
FanfictionIrene Bae (25) Creative Director muda di perusahaan advertising ternama di New York. Kang Seulgi (20) mahasiswa baru NYU jurusan hukum.