The New Me

14. Hubungan

Dadaku terasa longgar begitu para tamu pergi. Mengukur kecemasan saya tidak hanya dipenuhi sampai penuh, bahkan meledak. Bayangkan saja dansa ballroom saya. Jika itu adalah pesta dansa seperti di klub maka aku akan senang memantul.

Selama awal 20-an saya, dalam diri lama saya, saya klub hopping dengan teman-teman saya. Itu adalah tempat di mana kita bisa menghilangkan stres bekerja. Karena ada banyak orang di sekitar, Anda dapat pergi dengan hanya menekuk tangan Anda ke atas dan ke bawah, menganggukkan kepala atau terpental saat memutar bahu Anda.Selama Anda menikmati diri sendiri, sulit untuk menemukan kekurangan.

Apa yang terjadi di dalam tetap di dalam. Anda semua orang asing.

Bahkan orang tua saya kelelahan. Sebagai tuan rumah, mereka memastikan bahwa semua tamu bersenang-senang. Mereka hadir dan mengobrol dengan mereka.

Kami mengucapkan selamat malam satu sama lain kemudian pergi ke kamar kami. Ginger masih bersama kita, dia akan tinggal sampai besok malam.

Saya ingin langsung tidur. Saya melepas lensa kontak saya, satu tanpa nilai. Itu adalah sesuatu yang saya pesan dengan mudah. Lagipula, aku harus bertindak sebagai seseorang dengan penglihatan buruk. Saya merawatnya dengan benar sesuai dengan instruksi pembuatan.

Setelah mengganti pakaian dan mandi cepat, saya berbaring di tempat tidur.

Tidak pernah dalam hidupku aku bermimpi merayakan ulang tahunku dengan cara seperti itu. Dari pakaian sampai makanan hingga dekorasi mungil yang kami miliki, semuanya mahal. Itu terlalu banyak, sampai-sampai jeritan itu sia-sia.

Jika saya memiliki jumlah seperti itu sebelumnya maka saya tidak perlu mengambil dua pekerjaan untuk mendaftarkan diri selama satu semester.

Saya memakai musik untuk mengubah pikiran saya. Saya ingin menikmatinya, untuk secara pasif membantu menghilangkan suasana hati saya namun itu mengingatkan saya pada tarian ballroom terkutuk itu.

Saya membuka mata saya dan menghentikan musik dari bermain.

Pikiranku kembali ke waktu saya dengan pria restoran. Dia jelas-jelas mengejek saya, mengingatkan saya pada kejadian tercekik itu.

Aku tidak percaya aku dikalahkan oleh itu. Aku seharusnya membalas, tetapi aku bahkan tidak bisa mengatakan sesuatu untuk dikatakan. Saya hanya terpana. Saya ingin menampar diri sendiri.

"Pikirkan hal-hal baik, jenis barang yang lucu, apa saja." Saya meneriakkan.

Hal-hal baik, hal-hal lucu ..... naksir dan choco saya

Choco adalah anak anjing Labrador yang sangat saya sayangi ketika saya menemani seorang teman yang bekerja sukarela selama sehari di penampungan hewan. Ibunya telah meninggalkannya setelah lahir dan beberapa warga negara yang baik hati menemukannya. Dia punya masalah dengan salah satu kakinya, jadi ketika dia berjalan, dia pincang.

Berbicara tentang naksir saya, saya bertanya-tanya siapa yang dia hubungkan kali ini. Terakhir kali itu adalah seorang guru dari SMA lama saya dan sebelum dia menjadi wakil kepala sekolah di sekolah yang sama.

Liam mengingatkan saya padanya.Mereka memiliki kesamaan enam puluh persen dalam penampilan luarnya?Terutama senyum dan rahangnya.Jantungnya berdegup kencang.

Lalu imajinasi mengalir saat aku tertidur.

Lingkaran hitam terbentuk di bawah mata saya ketika saya bangun karena tidak cukup tidur. Saya menyalahkan diri sendiri atas pemikiran yang tidak perlu yang saya miliki malam ini.

Pembantu telah melakukan pekerjaan mereka sesuai. Setelah pembicaraan pagi terakhir kali, mereka sekarang jauh lebih berhati-hati ketika menghadiri saya.

"Selamat pagi Ibu." Aku mencium ibuku lalu pergi untuk melakukan hal yang sama dengan ayah. "Selamat pagi, Yang Mulia," kataku setelah membungkuk.

Mereka tengah tertawa ketika saya bertemu mereka di lorong.

"Selamat pagi sayang." "Selamat pagi putri." Mereka mengatakan secara bersamaan.

"Selamat pagi, Ginger sayang." Kata Ibu melihat melewati saya. Aku dan Ayah berbalik untuk memberinya anggukan ringan.

"Selamat pagi Bibi, Paman," lalu dia melihat ke arahku, "Iris." Dia menyapa sebagai balasan.

"Ayah, maukah kamu bergabung dengan kami untuk sarapan hari ini? Kamu jarang makan bersama kami." Saya mengeluh memegangi tangan ibunya dan ibunya.

"Itu sebabnya aku di sini. Aku milikmu untuk dipesan sehari." Dia memberi busur sederhana dengan satu tangan di perutnya. Ibu terkikik di sisinya.

Di sudut mataku, aku melihat senyum Ginger menegang.

"Ah- jangan lupa," kataku dengan suara keras, "Ginger, bisa juga bergabung dengan kita."

Karena Ginger tinggal di rumah maka biasanya dia akan bergabung dengan kami, tetapi dengan saya mengatakannya keras-keras, dia merasa canggung.

"Tentu saja, tentu saja." Ibu setuju.

"Kalau Bibi bilang begitu." Dia memberi ibu pandangan bersyukur.

Sebelum dia bisa datang ke sisi ibu, saya berpegangan padanya dan berkata, "Ayo pergi."

Kami sarapan ala Jepang yang terdiri dari salmon panggang, nasi, acar, dan sup miso.

Makanan juga termasuk penyebaran buah-buahan, tahu hangat, dan plum acar yang dibungkus sendiri-sendiri.

Ketika ayah pergi bekerja paling awal, kami jarang sarapan dengannya. Jadi hari ini ibu memberi perhatian ekstra padanya.

"Ini, makan ini."

"Cobalah buah ini."

Saya merasa hangat melihat mereka. Sangat indah menyaksikan pasangan menjadi tua satu sama lain. Tiba-tiba saya merindukan orang tua saya sendiri.Makanan dan obrolan kami bagikan.Saya sangat ingin bertemu mereka lagi.

"Apa yang salah?" Ayah bertanya dengan cemas.

"Sayang ada apa? Apakah kamu kesakitan? Aku akan menelepon rumah sakit." Kata Ibu dengan suara cemas.

"Eh?" Tanpa sadar aku mengucapkan sesuatu yang terasa basah di pipiku. Tampaknya ketika saya kehilangan kehidupan lama saya, air mata mengalir di wajah saya.

"Tidak apa-apa, Bu aku baik-baik saja."Saya menghentikan ibu yang sudah ada di teleponnya. Aku mengusap pipiku dan melanjutkan, "Aku baik-baik saja, peluk saja aku baik-baik saja?"

Meskipun dia tampak ragu-ragu, Ibu melingkarkan tangannya di sekitar saya sambil berbisik, "Apakah kamu yakin tidak apa-apa?"

"Saya."

"Iris." disebut ayah. Dia sudah berdiri di belakangku dengan satu tangan di pundakku.

Saya berhenti dari pelukan dan menghadap mereka. "Aku hanya menjadi emosional, maaf?"

Saya benar-benar merasa minta maaf. Kepedulian mereka di sini untuk saya, tetapi saya memikirkan orang tua saya sendiri.

Keduanya diam di tempat mereka diam-diam menatapku.

Aku menghela nafas, "Hanya saja sudah lama sejak kami bertiga duduk bersama seperti ini. Aku merasa nostalgia."

Itu yang benar-benar saya rasakan. Ini ditujukan kepada orang tua kandung saya di kehidupan lama saya.

Kali ini ayah yang menyesal, "Maaf. Seharusnya aku meluangkan lebih banyak waktu." Dia memelukku dan menepuk punggungku.

"Tidak apa-apa. Kami punya alasan," aku menghibur.

"Mengapa kita tidak menghentikan ini dan Mari kita nikmati hari kita, kan?" Aku bertanya.

Saat itu, kami mengakhiri melodrama yang kami buat.

Ayah adalah pembohong. Dia mengatakan bahwa dia akan pulang selama sehari tetapi pergi bekerja di sore hari. Ginger keluar setelah sarapan.

220219