The New Me

15. Sial

Keesokan harinya ketika saya turun, saya kebetulan bertemu Ginger di tangga, dia menginstruksikan sesuatu pada pelayan.

Dia mengenakan seragam hotelnya.Setelan dua potong merah semua. Dia terlihat cantik dan profesional dengan itu.

"Pergi sekarang? Ingin berbagi tumpangan?" Saya menawarkan karena kami berdua akan bekerja. Kedua orang tua sudah pergi.

Dia meraih gagang kopernya sebelum memutar kepalanya.

"Paman sudah membuat pengaturan untukku, aku akan pergi dulu." Dia berkata membalikkan tumitnya padaku.

"Oke, hati-hati kalau begitu." Saya memasang wajah ramah ketika saya berbicara.

Saat dia menghilang, aku mengangkat bahu. Jika dia menolak saya maka jadilah itu. Saya tidak akan tersinggung. Itu hanya basa-basi.

Pelayan itu kebetulan melihat apa yang saya lakukan, bukannya menjauh, saya tersenyum padanya dengan penuh arti.

Wajahnya menunjukkan sedikit kebingungan tetapi dia menenangkan diri sebelum bertanya apakah aku perlu sesuatu yang aku bilang tidak. Dia pergi setelah itu.

Jadi saya kembali bekerja hari ini.Karena itu musim panas suhu udara telah diatur sedikit lebih rendah dari biasanya.

Hari saya tidak memulai yang terbaik tetapi saya tidak ingin merusak suasana hati saya jadi saya masuk ke dalam dengan pikiran jernih. Saya berusaha keras untuk menunjukkan sisi ramah pada semua yang saya temui di pintu masuk. Entah itu dengan hati atau tidak, mereka membalas saya. Beberapa bahkan membuat lelucon dengan saya.

Kami semua menuju ke lift khusus karyawan. Saya mulai 'merasakan' hari ini ketika mesin di depan gagal membaca id saya. Kami memiliki pintu putar geser otomatis hanya dua kaki di depan lift dan sayangnya, mulai bertindak ketika giliran saya.

Orang yang ada di belakangku sudah menggunakan yang ada di sisi yang berlawanan. Beberapa mata tertuju padaku sehingga aku merasa sedikit malu. Saya meletakkan id saya di pemindai lagi dan lagi tapi tetap saja tidak berfungsi.

Keamanan membantu saya sesudahnya.Mereka menonaktifkan mesin dan secara manual membuka tutupnya.

Kami melakukan brainstorming untuk hasil akhir. Banyak proposal yang disampaikan, ide-ide dijelaskan dan penolakan serta estimasi.

Selama istirahat makan siang, saya ingin makan pasta jamur krim tetapi bagian terakhir pergi ke karyawan sebelum saya.

Ketika saya pergi untuk istirahat teh, saya tidak berpikir saya kikuk untuk secara tidak sengaja menumpahkan air panas pada saya. Itu tidak banyak, tetapi hari ini aku mengenakan kemeja putih. Aku pergi untuk memeriksa apakah kebetulan aku membakar diriku dan syukurlah, itu hanya kemerahan. Ini akan hilang oleh waktu.

Ketika saya sudah berada di kamar mandi, saya memutuskan untuk buang air kecil dan masuk ke dalam salah satu kios. Kelompok yang masuk pasti berpikir tidak ada orang di samping mereka saat mereka bergosip dengan bebas.

"Kataku, kepala kreatif tidak dapat diandalkan."

"Dia benar-benar tidak, bayangkan seseorang yang tidak tahu cara menggunakan pintu putar, dia meminta petugas keamanan untuk membukanya secara manual."

<Itu karena mesinnya sendiri! Saya menggunakannya tanpa masalah sebelumnya!>

"Sebenarnya ?! Apakah dia idiot atau hanya bertingkah seperti itu?"

<Aku tidak!>

"Suatu tindakan, dia menginginkan perhatian. Kau tahu, kondisinya mengharuskannya. Aku yakin bahkan posisinya dapat dicapai dengan merengek pada keluarganya."

<Itu murni b *******!>

"Ya seperti," Ayah, ini .. "" Ayah, itu .. "" Mereka menertawakan saya, jadi pecat mereka "

"pfft. haha! Itu lucu, kamu terdengar seperti dia--"

berderak

Mereka tiba-tiba menghentikan kisah mereka dan memalingkan kepala untuk menemukan saya pergi di depan wastafel untuk mencuci tangan. Kebetulan di samping gadis itu tertawa.

Saat mereka membeku di tempat, aku dengan santai mengeringkan tanganku dan memandanginya melalui cermin.

"Oh ~ halo ~!" Kataku hampir seolah mengenali mereka.

"H-hai!" Mereka mengatakan dalam sinkronisasi.

"Eh, Flor, bukankah kamu bilang kamu perlu menyerahkan laporanmu?" seseorang dengan cepat memikirkan alasan, tangannya mencubit yang bernama Flor.

"Oh aku juga!" "Aku sama!" dua lainnya berkata dengan ketukan.

Begitu mereka setuju bahwa mereka semua menyerahkan laporan mereka, mereka pergi dengan tergesa-gesa. Mereka sangat terkejut melihat saya di dalam. Aku bahkan mendengar mereka saling menyalahkan saat keluar.

"Kenapa kamu tidak memeriksa apakah ada orang di sana?"

"Aku? Bukankah kamu yang memberi tahu kami bahwa orang jarang pergi ke sana saat ini?"

Mendesah. Saya harap persahabatan kecil Anda bertahan.

Wanita-wanita itu sebenarnya bukan dari tim kami. Mereka milik departemen lain.Mereka mungkin hanya mendengar beberapa desas-desus tentang saya kemudian membuat asumsi sendiri. Tapi itu tidak berarti mereka bisa saja memfitnah saya.

Jujur saya berharap mereka bisa melihat betapa kerasnya saya bekerja. Saya tidak tahu tentang 'IRIS' masa lalu, tetapi saya melakukan yang terbaik untuk mencari nafkah. Saya berani mengatakan bahwa saya berusaha dua kali. Seperti nyata, saya juga hanya seorang karyawan.

Dan apakah mereka ada dalam situasi saya?

Saya kembali ke kantor saya dan melanjutkan pekerjaan saya. Saya mengatur beberapa file dan membuat ringkasan mingguan terperinci ketika monitor saya pingsan. Saya memanggil tim IT dan mereka datang untuk memperbaikinya tetapi tentu saja, saya tidak dapat menyelamatkan apa yang telah saya lakukan.

Sungguh sial.

Entah bagaimana, hari ini ternyata tidak benar. Dari pagi sampai sekarang, ini bencana.

Apakah Ginger mengutuk saya?

Tidak, saya harus mengatakan bahwa itu semua dimulai ketika saya bangun di tubuh ini.

Bzzz

Ponsel saya bergetar. Saya selalu memasukkannya ke mode diam setiap kali saya berada di dalam perusahaan.

Saya mengambilnya dan melihat itu adalah panggilan Lukas.

Betapa merepotkan.

"Iris." Dia menyapa.

"Kakak Luke," aku berbicara dengan nada senang. Saya harus.

"Temui aku besok malam?" Dia langsung mengundang saya.

"Tentu, siapa yang ikut dengan kita?"Saya bertanya kalau-kalau, lebih baik bersiap-siap.

"Aku dan kamu? Adakah yang ingin kamu undang?"

Tidak ada "Jadi, di mana kita akan bertemu?" Saya memintanya dengan nyaman.

"Pesan saja padaku jam berapa kamu pulang kerja dan aku akan menjemputmu," katanya dengan alami.

"Oke, sampai ketemu besok?" Aku pura-pura bertanya.

"Hei, jangan main-main. Kamu sudah setuju dan hanya itu." Dari sisi lain telepon, dia menegur.

"Baiklah, sampai jumpa besok," kataku dengan jelas.

Dia tertawa kecil ketika berkata, "Sampai jumpa."

Kami menutup telepon setelah mengucapkan selamat malam satu sama lain.

220219