6. Komentar dan Awal

2.3K 53 1
                                    

Alunan musik yang terdengar begitu keras membuat pengemudi di dalamnya berjoget ria sambil mendengarkan lagu berjudul Taki-Taki yang dibawakan oleh penyanyi yang sangat amat terkenal.

Dengan wajah yang ceria, Rara melirik smart watch nya dan melihat jam yang kemudian menyala kala tangannya terangkat.

"Lah?" Rara bingung sendiri. "Perasaan tadi masih jam tujuh. Kok sekarang udah setengah delapan aja?"

Rara mendengus. "Cepet banget."

Gadis itu pun memerhatikan jalanan yang cukup padat itu kembali. Hingga sampai di lampu merah, gadis itu membuka handphonenya dan menekan tombol home cukup lama.

"Kirim pesan ke Reghina." ucap Rara saat handphonenya sudah menunjukkan aplikasi Google. "Re, di kelas udah ada guru? Kirim."

"Mengirim pesan ke Reghina." ucap Mbak Google.

Rara pun menekan tombol bergambarkan surat terlipat itu dan kembali menaruh handphonenya di dashboard mobilnya.

Tak lama dari itu, lampu sudah berubah kuning, Rara pun langsung menancap gas menuju sekolahnya. Sekolah yang sangat ia cintai.

🌿

Saat pertukaran pelajaran dengan bel istirahat pertama, murid-murid XI-IPA-2 dengan bangga menghela napas mereka lega. Ulangan pelajaran Kimia membuat mereka semua kelimpungan.

"Ra, lo ngerjain semua soalnya?" tanya Reghina sambil membereskan mejanya, bersiap mengumpulkan ulangannya.

Rara mengangguk sekali. Ia menunjukkan kertas HVS nya ke hadapan Reghina. Reghina yang semula ingin menggerutu karena Rara yang mengisi semuanya itu malah mengurungkan niatnya.

"Anjeng, gue kira lo nyelesain pake cara kimia. Itu lo ngerjain pake cara apa anjir? Mana ada Asam Basa kuat sama lemah dicampur begitu?" tanya Reghina sambil terkekeh mengejek.

Keduanya sama-sama berjalan menuju meja guru. Keduanya sama-sama mengumpulkan dengan wajah biasa saja. Yang satu mengisinya dengan rumusnya sendiri, dan yang satunya mengisi dengan mengulang soal.

"Rara, sebentar." Bu Kapira selaku guru Kimia menahan kepergian Rara.

Rara yang mendengar namanya dipanggil pun menoleh dan menatap Bu Kapira dari jarak 5 meternya itu.

"Ke sini dulu kamu!" titah guru yang berumur kisaran 25 tahun itu.

Rara mendekat dan menatap guru itu dengan tatapam teduhnya. Rara memang memiliki tatapan yang teduh yang menyamankan.

"Kamu udah dikasih tau sama Redan, kan?" tanya Bu Kapira dengan raut malas.

Guru itu benar-benar sudah malas dengan muridnya yang satu ini. Jika bukan karena sekolah yang sudah membuatnya berjanji akan menuntun muridnya ke jalan yang benar, sudah pasti wanita itu bodo amat pada Rara.

"Udah," jawab Rara. "Bu, ngapain sih ada tutor segala? Saya kan bisa diajar sama Ibu di kelas aja. Itu juga udah bikin saya mumet, Bu."

Bu Kapira membereskan kertas ulangannya dengan serius. Reghina yang sedari tadi menatap aneh antara guru dan muridnya itu mulai penasaran. Buat apa Rara mengobrol dengan guru yang jelas-jelas biasanya saja Rara tak pernah membicarakannya.

"Re," panggil Selzy, teman sekelasnya.

Reghina hanya diam, namun Selzy seakan tahu bahwa Reghina mendengarnya mulai bertanya. "Rara sama Bu Kapira lagi ngapain dah? Kok keliatannya deket banget gitu?"

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang